Beberapa bulan telah berlalu dan Zara juga Yusuf masih baik-baik saja. Masih tak ada masalah apapun yang tak bisa mereka hadapi bersama dan semuanya selalu bisa berakhir dengan baik.Zara kini juga tengah mengandung anak pertama mereka yang sudah berusia 7 bulan dalam kandungan Zara.
Yusuf semakin mewanti-wanti kesehatan istrinya tersebut. Walaupun Zara sendiri seorang dokter gizi tetap saja Yusuf mencari dokter gizi pribadi khusus untuk Zara.
Berita kehamilan Zara tersebar luas, di semua media. Sebagai menantu dari keluarga KHAIDAR tentu saja itu menjadi sebuah berita yang sangat besar.
Kehamian anak pertamanya seolah benar-benar di nanti kan oleh semua orang baik mertua, suami, dan semua orang termasuk dirinya.
“Mas, kamu yakin gak mau cek USG anak kita?”tanya Zara kepada sang suami. Mereka kini sedang duduk santai di taman belakang rumah mereka.
Yusuf sedang asik mengelus perut Zara, dia menjawab, “Gak papa, mau perempuan ataupun laki-laki yang penting dia sehat...,”
“Tapi, kesepakatan kita dulu....,” ucapan Zara membuat tangan Yusuf terhenti.
Dia menatap Zara dengan wajah datar, “Kenapa membahas masalah itu?”
Zara terdiam sebentar, dan berkata, “Mas, kamu tahu betul bagaimana pernikahan kita ini, kan?”tanya Zara heran.
Pria itu berdiri dari duduknya, dengan kedua tangan yang terselip dikedua kantong celananya.
Dia menjawab sambil memandang rumputan hijau di depannya. “Aku tahu jelas dan juga masih ingat semuanya. Tapi kalaupun nanti dia anak perempuan tidak apa...,” dia memandang kerah Zara, kemudian mengelus lembut kepala Zara yang tertutup hijab.
Dia berkata, “Kita masih punya banyak waktu dan kesempatan untuk kamu melahirkan anak-anakku yang lainnya...,”
Zara tertegun sesaat, ucapan Yusuf harusnya membuat dia tenang kan? Tapi, ntah kenapa hatinya berdetak dengan gelisah. “Lain kesempatan? Kenapa aku merasa segelisah ini dengan ucapannya ya Allah. Seolah aku merasa tak ada kesempatan lain...,”hatinya benar-benar gelisah.
Namun saat di tatapnya Yusuf, dia tak sanggup mengatakan isi hatinya saat ini.
Zara hanya bisa berkata, “Ya, masih banyak waktu,”katanya dengan senyum tipis.
Yusuf dan Zara benar-benar menikmati waktu mereka bersama sang calon bayi yang masih bersemayam di perut Zara yang hanya tinggal 3 bulan lagi akan lahir kedunia.Yusuf membawa Zara dalam sandaran dadanya. Suasana saat ini benar-benar sangat tenang dan damai.
Zara bisa mendengar jelas detak jantung Yusuf yang sangat normal. Tangannya bergerak menyentuh dada bidang Yusuf sedang pria itu hanya diam saja sambil tangan nya mengelus kepala Zara dan yang lainnya mengelus perut istrinya.
“Detak jantungnya sangat normal...,” dia kemudian ikut meraba detak jantungnya dan semuanya juga normal. “Biasanya orang yang jatuh cinta jantungnya akan berdebar-debar kan?”bisik hatinya “ya, ini sudah benar! Diantara kami tidak ada yang saling jatuh cinta, bahkan saat kami sama-sama sedang menanti kelahiran anak pertama. Apa ini yang dikatakan hati yang beku?”pikir Zara merasa geli dengan pikirannya sendiri.
Tapi, apapun itu bagi Zara hubungan mereka saat ini sudah seharusnya terjadi seperti ini. Sejak awal kedua belah pihak sama-sama tidak menjanjikan cinta, dan tak ada yang berusaha untuk jatuh cinta.
Selagi masih saling menghormati dan menjaga perasaan satu sama lain semua akan baik-baik saja.
Membiarkan semuanya mengalir dengan sendiri dan mengalir seperti sebagai mana harusnya.
Benar begitu, bukan?
#Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M SORRY MAMA! (New Version)
Historical FictionWellcome back in my story Im sorry mama kembali hadir setelah berabad-abad hiatus bersama dengan authornya. Kini hadir dengan versi terbaru. Semoga kalian suka, no description just ready to read guys... Enjoy... 💗💖💗