Bismillah...
Apa kabar?
💗💗💗
Roy menatap Khaidar dengan ekspresi begitu terkejut. Dia tidak pernah tahu jika Tuannya memiliki istri lain sebelum Erna.
"Maaf, Tuan. Jika pertanyaan Saya membuat anda sedih."
Khaidar tersenyum miris mendengarnya. "Tidak apa Roy. Kembalilah bekerja. Tolong segera laporkan padaku jika Kau Sudah mendapat informasi keberadaan menantuku."
Roy membungkuk hormat. "Baiklah, Tuan. Saya permisi!"
Pintu Sudah ditutup Oleh Roy dari luar. Pria itu meninggalkan Khaidar seorang diri Di dalam.
Mata Khaidar kembali memandang bingkai foto sang istri yang Begitu cantik dengan pakaian syar'i yang dikenakannya.
Kemudian matanya kembali menerawang ke depan. "Semoga Aku lekas menemukanmu, menantuku!"
Sungguh, Khaidar sangat menyayangi Zara dengan sepenuh hati. Sejak mendapati Zara sebagai menantunya Khaidarlah orang yang paling senang.
Walaupun Mereka jarang bertemu, Jarang berbicara. Tapi, kasih sayang Khaidar terasa nyata Dan sampai ke hati Zara.
Hingga wanita itu memiliki dua hal yang membuatnya berat meninggalkan kehidupannya sebagai Nyonya muda Keluarga Khaidar.
Selain Anaya, meninggalkan papa mertuanya juga merupakan hal yang membuat hati Zara sangat sedih.
Papa mertuanya Itu seolah telah menggantikan kasih sayang yang tidak ia dapat Dari Ayah kandungnya sendiri.
Saat ini Zara masih berada Di rumah Melisa. Wanita itu Sedang bermunajat kepada sang Kuasa dengan balutan mukenah yang membungkus tubuhnya.
Zara menengadakan kedua telapak tangannya. Berdoa dengan begitu khusyuk dengan air Mata yang tidak berhenti mengalir. Sampai membuat mukenahnya yang kering menjadi basah.
"Ya Allah. Yang maha pengasih Dan penyayang. Sesungguhnya enggkaulah yang meridhoi atas segala pertemuan Dan juga perpisahan. Jauh sebelum ini enggkau telah menjauhkan hamba dengan ibunda hamba yang kini berada Di sisimu. Hamba mohon, sekarang jangan Jauhkan hamba Dari putri tersayang hamba Anaya. Dia pelita hati hamba, yang selama ini menjadi sumber kekuatan hamba. Kini mereka yang berkuasa Sedang berusaha memisahkan hamba dengannya."
Zara kembali terisak dalam doannya. Hatinya Begitu sesak dengan rasa sakit Dan juga rindu yang begitu meluap. Baru tiga Hari Dan Dia Sudah serindu ini kepada Putrinya. Bagaimana jadinya Dia, jika waktu Itu bertambah Lama.
"Jangan! Hamba mohon Jangan pisahkan hamba dengan putri hamba. Tidak Sanggup hati seorang ibu yang terpisah Dari anaknya."
Sungguh semakin dilanjutkan Zara tidak yakin jika Dia bisa bertahan. Zara menutup doanya dengan segala permohonan kepada sang pencipta.
Mata Zara terpejam dalam. Kepalanya terasa sangat pusing Karena Dia terlalu banyak Menangis.
Tiba-tiba usapan hapus Zara rasakan Di pipinya, bersamaan dengan Suara kecil yang terdengar lirih. "Don't cry!"
Zara membuka matanya yang merah. Jayden berdiri di hadapannya dengan air Mata yang menetes. "Jangan menangis aunty! Maaf, jika Jayden nakal. Maaf jika Jayden menyusahkanmu!"
Zara menggigit bibirnya menahan tangis. Melihat Jayden mengingatkan Zara kepada putrinya. "Kenapa Jay menangis?" tanya Zara dengan Suara gemetar.
Dia mengusap air Mata Jayden. "Jayden nakal ya? Makanya aunty nangis? Mommy juga Suka nangis diam-diam Kalau Jay nakal. Maaf...hikss... Maaf!"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M SORRY MAMA! (New Version)
Historical FictionWellcome back in my story Im sorry mama kembali hadir setelah berabad-abad hiatus bersama dengan authornya. Kini hadir dengan versi terbaru. Semoga kalian suka, no description just ready to read guys... Enjoy... 💗💖💗