Pak Khaidar keluar dari rumah itu dengan perasaan kesal yang luar biasa.
Sampai di dalam mobil pria itu diam dan memikirkan banyak hal.
"Tuan?"panggil Roy. "anda baik-baik saja? Apa yang anda rencanakan selanjutnya? "
"Hmmm, aku memikirkan sesuatu. Tapi, sebelum itu kau hubungi dulu boy, dan minta dia urus semua barang Zara. "
"Baik Tuan. " Roy pun menggunakan panggilan Bluetooth nya untuk menghubungi Boy yang masih berada di rumah Yusuf.
Sementara itu, Boy masih berada di kamar bersama si kecil Anaya. Pria yang tadi di tunjuk Pak Khaidar untuk mengantar Anaya masuk kedalam kamarnya.
Anaya duduk di pinggir ranjangnya dengan boneka panda di pelukannya. Menatap pria bertubuh jakung dengan pakaian serba hitam setelan formal yanv dipakainya.
"Omm! Tadi itu kakek kan? Kenapa Anaya malah di suruh masuk. Anaya udah Lama gak ketemu kakek.. Trus kenapa juga om di sini sama Anaya?" celoteh gadis kecil itu.
"Maaf nona kecil,"ujar Boy dengan kepala menunduk hormat, "saya Hanya melakukan apa yang menjadi tugas saya dari kakek anda. "
"Hmmm? "Anaya memiringkan kepala, bingung. "Tugas?"
"Ya, saya..., "
Tring...
Panggil Roy tersambung di perangkat yang melekat di telinga Boy. "Ya, Roy? Hmmmm, oke. Baiklah!"
"Maaf, nona kecil, saya harus pergi dan melakukan tugas saya yang lain." ucap Boy.
"Ehhh? Apa itu artinya kakek juga sudah pergi? Bahkan tanpa menemui Anaya? "tanya gadis itu sedih.
"Ehmm, sepertinya begitu."ujar Boy ragu.
Anaya merunduk sedih, "Paman, apa kakek tidak suka Anaya? "
Dahi Boy berkerut, "Kenapa nona kecil bertanya begitu? "
"Kakek dulu suka bermain dengan Anaya. Tapi kenapa sekarang setelah lama tidak bertemu kakek justru tidak mau ketemu Anaya. "
"Saya tidak tahu kalau soal itu Nona. Tapi saya harus segera pergi...,"
Boy hendak berbalik badan untuk membuka pintu, "Paman!"
"Ya? Ada lagi nona? "
"Apa kakek benar-benar membenci Anaya?"lirihnya.
Boy bimbang harus menjawab bagaimana. Tapi akhirnya kata itu telintas di kepalanya.
"Boleh saya katakan sesuatu nona kecil? "
"Hmmm..., "
Dengan tubuh Boy yang berdiri miring menatap Anaya, pria itu tersenyum dan berkata.
"Dari pada mengkhawatirkan kakek membenci nona a
Kecil atau tidak Bukankah sebaiknya nona kecil memikirkan hal yang sama terhadap mama nona? Nyona Zara. Apa anda benar-benar membenci dan melupakan mama nona sendiri? "
Anaya membatu dengan semua ucapan Boy. Bibir kecilnga membeku dari semua kata yang ingin terucap.
"Permisi nona."
Boy melangkah pergi meninggalkan Anaya masih terdiam.
Boy pun melangkahkan kaki untuk menaiki lantai atas dan beringgungan dengan Yusuf dan yang lainnya.
Boy hanya acuh dengan mereka sampai Boy menaiki lantai atas dan kembali setelah beberapa menit dengan koper besar di tangannya.
Yusuf yang masih frustrasi terdiam di tempat duduknya. Pria itu melirik Boy yang berlalu di hadapannya.
Sampai dia melihat koper dan beberapa barang yang dikenalinya milik istrinya, Zara.
"Brengsek! Apa yang kau lakukan dengan barang-barang istriku?!"sentaknya. Sambil menahan tangan Boy dengan kuat.
Boy dengan tampang dinginnya menatap Yusuf. "Tuan Khaidar meminta saya membawa semua barang Nyonya muda. Saya harap tuan Muda tidak menghalagi saya. "
"Persetan dengan perintah papa! Dia masih istriku! Semua barang-barangnya masih tanggung jawabku!"hardik Yusuf dengan rahang yang mengetat.
Boy mengeraskan genggamannya dari koper Zara yang berusaha mengambil alih.
"Menyingkirkah Tuan Muda! Anda menganggu tugas saya! '
"Tidak akan! Barang-barang ini akan tetap ada di sini! "kekeh Yusuf membuat Boy kesal.
"Baiklah jangan salah kan saya kalau sedikit kasar, "Boy lalu memberikan bogeman keras dengan tangan kirinya ke perut Yusuf membuat pria itu terdorong mundur dan mengerang sakit.
"Sialan!" desis Yusuf. Yang di papah oleh Erna dan Bela yang hanya mampu terdiam tak berani melawan anak buah Khaidar itu.
Erna saja sudah ketar ketir membayangkan nasib dirinya yang tidak mendapatkan fasilitas apapun lagi dari suaminya itu.
"Tenangkan dirimu Yusuf! "lerai Erna.
Boy tersenyum remeh dengan drama menjijikan yang dilihatnha itu.
"Tuan Muda, seharusnya anda tidak menghentikan saya sekarang. Karena tidak ada gunanya. Dan soal perceraian anda dan Nyonya muda, jika Tuan Khaidar katakan akan terjadi, pasti itu akan terjadi. Permisi...! "
Boy melangkah pergi dengan Dada terbusung bangga dengan kata-katanya yang membuat Yusuf membeku.
"Ah ya saya lupa!" Boy menghentikan langkahnya. "selamat atas pernikahan anda. Dan selamat menikmati malam pertama, ohh sudah jebol duluan bukan malam pertama kan. Permisi.... "
Boy tertawa puas dalam hati karena kali ini perkataanya itu tepat menyindir Bella sampai ke ubun -ubun wanita ular itu.
***
Ahh, sepertinya semua ajudan Tuan Khaidar memihak perceraian mereka.
#Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M SORRY MAMA! (New Version)
Historical FictionWellcome back in my story Im sorry mama kembali hadir setelah berabad-abad hiatus bersama dengan authornya. Kini hadir dengan versi terbaru. Semoga kalian suka, no description just ready to read guys... Enjoy... 💗💖💗