BAB 9 : Sebuah hasutan

3.3K 250 39
                                    


Saat Zara dan Anaya hanya berdua di rumah menikmati kebersamaan ibu dan anak yang sempat terlewatkan selama ini. Yusuf sang suami kini berada di Singapura.

Saat Zara berpikir bahwa suaminya itu sendirinya di sana, nyatanya pria itu ditemani oleh ibunya Erna. Wanita paruh baya itu sengaja mengajak Yusuf untuk menemani dirinya dengan alasan sebuah kerja sama bisnis.

Yusuf bersama dengan ibunya, berangkat berdua tanpa diketahui siapapun termasuk Tuan KHAIDAR sendiri, suami ataupun ayahnya Yusuf yang saat ini juga berada di negara yang berbeda.

Sejak Anaya berusia 2 tahun pria tua itu memilih mengurus bisnisnya di negeri sakura, jepang. Tuan Khaidar sendiri memilih pergi karena dia sendiri tidak tahan dengan tingkah istrinya yang selalu membuat kepalanya pusing dengan segala rencana dan tindakannya.

Terlebih obsesi sang istri yang menginginkan cucu laki-laki. Padahal pria itu sendiri tidak masalah jika cucu perempuannya yang menggantikan posisinya di masa depan sebagai penerus perusahaan keluarga.

Namun, istrinya itu bak sudah gelap mata akan harta dan kekuasaan. Khaidar sendiri merasa kasihan dengan menantu perempuannya. Hubungan Khaidar dan Zara memang bukan seperti menantu dan mertua yang terlihat akrab.

Tapi, lebih dari Erna bahkan Yusuf sendiri, pak Khaidar terlihat lebih peduli pada kondisi Zara dari pada mereka. Saat erna berusaha terus memisahkan Anaya dari Zara dengan membuat wanita itu selalu sibuk.

Pak Khaidar selalu membawa Anaya diam-diam kembali kepada Zara, dengan berasalan bahwa dia ingin bersama cucunya kepada Erna yang mendominasi baby Anaya saat itu.

Pria itu justru membawa Anaya ke rumah sakit di tempat Zara bekerja. Dan memberikan cucunya itu pada Zara. Bahkan Pak Khaidar sengaja meminta pihak rumah sakit untuk mengosongkan jadwal Zara yang sengaja dibuat padat oleh Erna setiap harinya.

Kini pria itu sudah berada jauh dari Anaya dan Zara dan hal itu cukup membuat Zara merasa kehilangan. Dan Khaidar juga cukup merasa cemas dengan keadaan di indonesia, terhadap menantu dan cucu perempuannya itu.

Hingga diam-diam Khaidar selalu mengawasi kehidupan Zara dan Anaya lewat seseorang kepercayaan yang bertugas untuk mengawasi mereka setiap saat..

************

Singapura_

Yusuf saat ini tengah duduk di balkon sebuah kamar sambil menikmati secangkir kopi hitamnya. Pria itu menatap hamparan rumput hijau di bawahnya sambil sesekali menyeruput kopinya.

Pria itu diam dengan wajah datarnya, tampak pria itu memikirkan banyak hal hingga kehingnya berkerut. Sampai sebuah suara membuatnya menoleh kebelakang.

"Pagi-pagi sudah minum kopi? Kau tidak melewatkan sarapanmu lagi kan, Yusuf?"suara itu berasal dari Erna sang ibu.

Wanita itu berjalan mendekatinya sambil membawa sebuah nampan yang bersisi roti dan beberapa jenis buah. "Aku baru ingin sarapan,"jawab pria itu singkat lalu kembali menatap kedepan.

"Kemarilah, ada yang ingin mama bicarakan,"kata wanita itu setelah menaruh nampannya di sebuah meja kecil di balkon.

Pria itu menghela nafas sejenak, lalu ikut duduk bersama Erna. "Kenapa mama ajak Yusuf kemari? Ada apa sebenarnya?"dia menatap Erna dengan serius.

Erna berdecak mendengarnya, "Yah, mau bagaimana lagi! Mama melihatmu sangat tertekan akhir-akhir ini. Hanya ingin mengajakmu liburan saja,"

Kedua alis Yusuf menuki, curiga. "Apa hanya itu?" dia mengambil potongan apel dan memasukan kemulutnya, "Terus terang saja! Pasti ada alasan lain, benar kan?"

"Haizzz, baiklah! Kau memang paling mengerti mama! Kau pasti jelas tahu mama mengkhawatirkan sesuatu, dan hal itu juga yang membuatmu khawatir,"

"Tentang apa?"tanya Yusuf seolah tak mengerti.

"Yusuf, Yusuf..., kau jelas tahu maksud mama! Ini soal pernikahanmu dengan Zara!" decak Erna. "istrimu itu masih belum memberikan cucu laki-laki untukku. Bagaimana dia bisa menjadi Nyonya Khaidar jika tidak bisa memberikan seorang putra penerus!"

"Ma! Aku sedang tidak ingin membahas itu sekarang!"dia memutar matanya benar-benar menujukan tidak ingin membicarakan hal itu.

Mata Erna menyipit melihat tingkah Yusuf, "Kau tentu tidak lupa tentang kesepakatan pernikahan antara kau dan Zara, kan?"

Pria itu hanya diam tak menjawab.

"Yusuf! Kau tahu apa arti seorang keturunan bagi keluarga Khaidar. Papamu sudah tua dan dia tak akan mampu mengurus perusahaan keluarga sendiri! Kau juga sibuk dengan perusahaanmu! Hanya kau atau putramu yang bisa menduduki posisi penurus keluarga!"ujar Erna yang mulai terbawa emosi.

"Ma, aku benar-benar tidak ingin membahas ini!"

"Kenapa! Ini sudah 7 tahun dan istrimu belum juga memberikan seorang putra! Apa jangan-jangan istrimu itu sudah mandul!"

Yusuf menatap mata Erna dengan tajam, "Jaga ucapan mama! Bagaimana Zara bisa mandul kalau dia bisa melahirkan Anaya!"bentak Yusuf tanpa sadar membuat Erna membulatkan matanya, terkejut.

"Kau membentak mama! Dengar Yusuf! Kalau istrimu itu tidak mandul kenapa dia belum memberikan anak lagi!"kata Erna sengit.

"Mungkin belum waktunya,"gumamnya yang masih terdengar oleh Erna.

Wanita itu berdecih, "Omong kosong! Mama tidak mau tahu kau harus menikah dengan wanita lain yang bisa memberikanmu seorang putra!"

"Apa maksud mama! Omong kosong apa yang mama katakan!"balas Yusuf tak terima. "Aku tidak mungkin mempoligami Zara!"lanjutnya

Erna tak menjawab Yusuf, wanita itu mengambil sebuah map berwarna coklat yang sudah disiapkannya. Dia melemparkan maap itu ke meja tepat dihadapan Yusuf.

Yusuf melihatnya sekilas lalu kembali melirik mamanya, "Apa ini?"

"Nikahi wanita yang ada di maap itu_,"

Yusuf tertegun mendengarnya, menatap sang ibu dengan tak percaya. "Kau benar-benar melakukan ini padaku, ma?"

"Aku tidak akan menikahi wanita manapun!"tegasnya dengan wajah menahan amarah.

Wajah Erna tak kalah merah, dengan emosinya yang memuncak. "Mama tidak peduli! Nikahi wanita itu atau keluar dari keluarga Khaidar!"ujar Erna sebelum melangkahkan kaki pergi dari sana.

Yusuf berdiri dari duduknya memanggil-manggil sang mama, "Maa.., jangan seperti ini! Dengarkan aku dulu Ma."namun Erna sudah di ujung pintu dan menghilang di baliknya.

"Akhhhhh... sial!"

#Bersambung

Tempat untuk ngedumel di persilahkan di kolum komentar.

Jaga bahasa, masih puasa... eheheh

Thank YOU so Muchh....

I'M SORRY MAMA! (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang