Bab 22 : Dua rubah betina

3.6K 230 4
                                    

Semua yang telah terjadi masih tertanam jelas dalam ingatan dan juga dalam hatinya.

Zara memikirkan bahwa esok hari adalah hari bahagia untuk putrinya yang sedang berulang tahun.

Dia tidak bisa menunjukan kesedihannya dihadapan Anaya.

Mata Zara terpejam erat, dia mengeluarkan sebuah benda dari saku gamisnya.

Dia masih duduk dibangku taman ditemani angin malam yang menusuk tapi juga yang menemaninya dalam kesendirian.

Zara membuka gengaman tanganya, sebuah benda terlihat sangat indah berkilat terpantulkan cahaya lampu.

"Semoga kamu menyukainya sayang,"bisik Zara lirih.

Dia tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Tapi paling tidak dia mendapat sebuah kesempatan untuk memberikan hadiah itu kepada yang terkasihnya.

Namun kali ini hati Zara terasa sangat sakit, ketika dia merasa khawatir akan adakah hari esok untuk dirinya dan Anaya.

Zara terdiam sesaat menatap hamparan rumput yang samar oleh gelap malam.

Kemudian dia bangkit dari duduknya. Zara berjalan menuju kamar sang putri.

Seluit tubuh mungil Anayalah yang pertama dia lihat setelah membuka pintu itu.

Setelah menutup pintu Zara berjalan ke sisi ranjang Anaya.

Dia duduk di tepi ranjang menatap Anaya yang tertidur dengan pulas.

Zara membenarkan selimut Anaya. Mengelus lembut kepala sang putri mencoba menghantarkan kasih sayang dan rasa hangat yang dia miliki untuk Anaya.

Dia melirik jam dinding yang tinggal 1menit lagi menujukan pukul 12 malam.

Zara mengeluarkan benda itu, lalu dia membuka kaitan diantara keduanya.

Zara memasangkan sebuah kalung dengan simbol love di tengahnya. Yang didalam simbol itu terdapat sebuah kenangan dan sesuatu yang berharga yang Zara tinggalkan.

Tepat pukul 00.00 kalung itu terpasang dengan indah di leher Anaya.

Zara tersenyum dengan air mata tertahan, "Sangat cantik sayang, "

Dia mengecup dalam kening Anaya. Air mata Zara jatuh menetes mengenai pipi Anaya.

"Selamat ulang tahun anak mama, "

Anaya bergerak sesaat membuat Zara terhenti. Dia mencoba menenangkan sang putri agar kembali tidur.

Zara ikut berbaring di sisi Anaya, sepanjang malam dia terus mengelus dan memelum Anaya, bahkan matanya tidak dia izinkan untuk terpecam walau hanya sesaat.

Dia menatap Anaya begitu dalam seolah sedang merekam wajah cantik putrinya jauh di dalam hati dan pikirannya.

Sedangkan Yusuf pergi entah kemana setelah pertengkaran dengab Zara tadinya. Sampai sekarang pria itu tidak kembali dan jika ditanya kemana dua wanita lainnya?

Tentu saja mereka sendang tidur dengan nyenyak dikasur empuk kamar tamu yang ada di lantai bawah.

Ketika jam menunjukan pukul 3 pagi, Zara turun kelantai bawah.

Dia melangkahkan kakinya ke dapur dan mulai mencari beberapa bahan-bahan makanan dan kue.

Zara sedang membuat kue untuk ulang tahun Anaya. Besok dia tidak masuk kerja, karena dia memang meminta waktu cuti setiap kali putrinya itu berulang tahun.

Ketika Zara tengah sibuk membuat adonan kue. Di sudut ruang, pintu kamar tamu terbuka.

Erna keluar dari sana dengan mata yang mengerjap. Tubuhnya yang terbalut piyama satin itu bergerak dan kakinya mulai melangkah maju.

"Ngapain dia?"gumam Erna.

Dia mengintip di balik dinding yang membatasi dapur itu. Wanita tua itu terdiam sesaat meneliti setiap gerakan Zara.

Tiba-tiba senyum picik terbit di bibirnya. "Heh..., kau menghabiskan waktumu di dapur? Sama saja kau membuka jalan lebih lebar untuk kehancuranmu sendiri, Zara! "

Mata Erna menyorot penuh benci, dia sangat benci jika ada wanita seperti Zara dalam kehidupanya ataupun putranya. Karena wanita seperti Zara baginya adalah sebuah penghalang untuk mengusai harta Keluarga KHAIDAR.

Dan juga dia takut jika Zara akan semakin mempengaruhi Yusuf yang gelap akan Harta dan tahta. Dia hanya ingin putranya dan cucunya kelaklah yang menjadi satu-satunya penerus harta keluarga.

Hanya satu-satunya....


****

Erna kembali masuk kedalam kamarnya. Dia membangunkan Bella yang tengah terdidur.

"Ada apa, ma? "bahkan wanita itu sudah memanggilnya begitu.

Erna menatap Bella dengan makna tersirat, Bella balas menatapnya dengan kening berkerut.

"Kita ganti rencana?"

"Maksudnya, ma? "

"Wanita bodoh itu malah membuka celah bagi kita agar membuatnya keluar dari rumah ini dengan mudah...,Kemari, dengarkan rencanaku...,"

Erna menggerakan telunjuknya meminta Bella mendekatkan telinganya.

".........."

Bella menatap Erna dengan takjub setelahnya, "Luar biasa, Maa! Sangat mengagumkan?! "

Erna tersenyum dengan angkuh, "Ya, tentu saja! Rencana ini yang dinamakan sekali dayung 3 pulau terlampaui! Kehancurnya hanya tinggal beberapa jam lagi... Tunggu saja Zaraaa..., "


#Bersambung....

I'M SORRY MAMA! (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang