Subuh itu Zara bangun dari tidurnya dengan mata yang terasa sangat berat serta jejak air mata yang tersisa di ujung matanya.
Mata itu terbuka sambil menatap kosong ubin kamar yang berwarna putih itu. Tanganya perlahan menyentuh dadanya yang tiba-tiba terasa sesak kembali.
"Semoga sesuatu yang buruk tidak terjadi," bisik hatinya.
Zara bangkit dari ranjangnya lalu mengambil wudhu untuk melaksanakan kewajibannya. Kali ini juga Zara mengadukan kegelisahan hatinya kepada sang maha pencipta.
Di saat ia berdoa, pintu kamarnya terbuka membuat cahaya dari luar terpancar ke dalam kamarnya yang hanya diterangi lampu tidur.
"Mama?"sosok putri kecilnya berdiri di depan pintu dengan sebuah boneka beruang dipelukannya. Sambil mengucek matanya yang masih mengantuk.
Zara memanggil putrinya itu, "Anaya? Kemari sayang, ada apa kamu bangun sepagi ini?"dia sedikit heran melihat putrinya itu bangun dari tidurnya tanpa dirinya bangunkan terlebih dulu.
Anaya dengan kaki kecilnya berjalan terseok menghampiri mamanya yang terlihat samar di tengah minimnya cahaya. "Gelap banget sih mama...,"rengeknya.
Zara menghela nafas sejenak, dia tahu Anaya tidak terlalu suka dengan gelap. Bahkan kamar putrinya itu harus dibuat selalu terang bahkan ketika tidur.
Dia berdiri dan berjalan melewati Anaya lalu menghidupkan tombol lampu yang berada di tembok samping pintu kamarnya.
"Sudah terang, kan?" mata Anaya terbuka lebar, kini semua terlihat jelas dan terang di matanya.
Zara juga bisa melihat piyama biru muda dengan motif bunga menggemaskan yang dikenakan oleh putrinya itu.
"Mama,"Anaya menoleh ke arah sang mama, yang kini berjalan mendekat ke arahnya.
"Ada apa sayang?"Zara menarik lembut tangan mungli itu membawanya untuk ikut duduk di pinggir ranjang bersamanya. "Anaya kenapa? Pagi-pagi kok udah ke kamar mama?"
Anaya hanya diam sambil menatap mamanya dari samping. Genggaman tangannya tampak mengerat pada boneka beruang yang dipeluknya. Putrinya itu hanya menggelengkan kepala.
Namun, tetap saja Zara bisa menebak bahwa ada sesuatu yang membuat putrinya itu tidak nyaman."Ada apa sayang? Aya mimpi buruk, hmmm?"
Mata coklatnya tampak ingin menangis dan Anaya mengangguk, mengiyakan ucapan mamanya. Benar dia telah bermimpi sangat buruk.
"Ohh, putri mama...,"Zara membawa Anaya kedalam dekapan hangatnya. "Sudah tidak apa-apa sayang, ada mama disini."
"Anaya mimpi buruk soal apa?"tanya Zara sambil mengelus rambut putrinya itu dengan lembut.
Aya semakin mengeratkan pelukannya kepada sang mama. Menggeleng kepala sambil menggosokannya ke dada Zara. "Aya? Anaya?"
"........,"
Beberapa detik Anaya masih diam hingga dia berkata dengan sedikit suara yang terasa gemetara.
"A-aya mimpi buruk soal mama, papa, sama aya. Ma-mama ninggalin Aya, mama marah sama Anaya trus mama ninggalin Aya...,"tiba-tiba saja Anaya menangis keras setelah mengatakan itu.
Hati Zara terasa teremas mendengar ucapan putrinya. Dia bahkan tidak pernah sedikitpun berpikir akan meninggalkan putrinya. Baginya, Anaya adalah malaikan kecilnya yang sangat berharga.
"Sudah, sayang, sudah...., jangan menangis,"lirih Zara mencoba menenagkan tangisan putrinya. Walau saat ini dirinya juga ingin menangis dengan keras. Tapi dia tidak ingin terlihat lemah di hadapan putrinya.
Anaya selama ini tidak pernah melihat dirinya menangis. Bahkan Yusuf dan keluarga besar Khaidar tidak pernah tahu bagaimana seorang Zara Areina Rasyid menangis.
"Mama tidak akan pernah meninggalkan Aya. Tidak akan pernah...,"
Anaya mengendurkan pelukannya, mendongak menatap sang mama dengan mata sembab dan hidung merahnya.
"Mama janji?"tanyanya melas.
Zara mengagguk dan tersenyum padanya, "Mama janji sayang. Selama Aya masih membutuhkan mama disamping Aya, mama akan selalu ada di samping Anaya."
Anaya kembali memeluk erat sang mama. Begitu erat seolah takut jika dia melepaskannya. Mamanya itu akan pergi darinya dan tak akan pernah kembali.
"Terima kasih mama. Aya sayang sama mama."
"Mama juga sayang Aya...,lebih dari yang kamu tahu mama sangat menyanyangimu nak...,"
**************
#Bersambung...
Love for All Mom's..
"Terima kasih telah melahirkan kami kedunia ini.
Memberikan kami kesempatan untuk melihat betapa indahnya dunia ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M SORRY MAMA! (New Version)
Historical FictionWellcome back in my story Im sorry mama kembali hadir setelah berabad-abad hiatus bersama dengan authornya. Kini hadir dengan versi terbaru. Semoga kalian suka, no description just ready to read guys... Enjoy... 💗💖💗