Bab 17: Lambang cinta

3.2K 274 10
                                    


Zara, aku pulang sore ini...,

____________________

Zara hanya diam memandang kosong ke arah ponselnya usai membaca pesan dari Yusuf suaminya. Tidak tahu mengapa, hatinya sangat gelisah karena suaminya pulang. Bukankah harusnya dia merasa senang?

"Mama?"sebuah kepala mungil muncul dari balik pintu kamar memanggil dirinya. Mata Zara mengerjap menoleh ke arah putrinya dan menuyurh Anaya mendekat ke arahnya.

"Kemari sayang," Anaya menurut ketika sang mama membawanya duduk di pangkuan Zara. Saat ini mereka tengah duduk dilantai kamar Zara.

Anaya mendongakan kepala melihat sang mama, "Kenapa, Ma?"

"Papa pulang hari ini sayang,"jawabnya sambil tersenyum.

Seketika senyum Anaya terbit dengan lebar, dia berdiri dari pangkuan Zara dan melompat-lompat kegirangan, "Yeyyy! Papa pulang! Horeeeeee...!"

Zara memandang purtinya dengan senyum samar, "Bahagialah sayang, mama hanya ingin melihatmu bahagia,".

Bagi Zara senyum Anaya adalah segalanya. Walau terkadang kata-kata Anaya agak menyakitkan jika sudah membandingkan dirinya dengan Yusuf sebagai ayahnya.

Zara yakin bahwa Anaya sangat menyayanginya. Karena dia adalah purtinya, malaikat kecil yang sangat berharga bagi Zara.

_________________

Bandara Singapura_

Saat ini Yusuf, Erna dan Bella sudah berada di dalam pesawat penerbangan. Yusuf sendiri memilih untuk duduk terpisah dengan Erna dan Bella yang duduk jauh berada di belakangnya.

Pria itu duduk termenung sambil menatap landasan pacu penerbangan lewat jendela di sampingnya. "Apa sudah benar yang kulakukan ini Ya Tuhan?"

Matanya terpejam erat, kepalanya terasa pusing yang luar biasa. Membuat pria itu meringis sakit sambil memijit kepalanya, sampai penumpang lain yang duduk disampingnya menergur dirinya.

"Anda tidak apa-apa?"tanya orang itu.

Dengan sedikit mengernyit Yusuf membuka matanya, menggeleng pelan kepada pria tua yang berusia sekitar 70 tahun yang tersenyum kearahnya.

"Tidak apa-apa pak,"

"Kau mabuk pesawat?"

"Ah, tidak. Hanya merasa kurang sehat saja."

"Oh, kondisi sekarang memang mudah terkena sakit,"kata pria tua itu.

Tak lama sebuah suara pramugari memberitahukan bahwa pesawat akan lepas landas. Yusuf lanjut berdoa dalam hati agar semua baik-baik saja selama dalam perjalanan.

Sampai beberapa menit kemudian Yusuf memperhatian pria tua di sampingnya tampak terus memeriksa sebuah tas keranjang yang diletakan dibawah kaki pria itu.

Setiap beberpaa menit sekali dia selalu mengeceknya ntah apa itu, hingga membuat Yusuf penasaran dan bertanya, "Apa yang anda bawa pak? Apakah sangat berharga sampai selalu mengeceknya?"tanya Yusuf dengan nada sopan.

Pria tua itu menoleh kearhanya, "Ah maaf, benar ini sangat berharga!"

"Benarkah? Apa itu?"

Dia mengeluarkan sebuah vas kaca yang berwarna putih dengan 5 tangkai bunga Tulip berwarna putih yang sangat indah.

"Tulip?"tanya Yusuf terkejut. Yang benar saja, hanya sebuah bunga tulip sampai harus mengeceknya berulang kali.

"Hmmm," pria itu mengangguk, "ini mungkin hanya terlihat seperti bunga tulip biasa tetapi sesuatu yang biasa akan terasa begitu istimewa untuk seseorang yang spesial,"jawab pria tua itu.

"Orang yang spesial? Siapa itu? Istri atau anak anda?"

"Untuk istriku,"dia melirik Yusuf dengan senyum merekah menampakan kerutan di pipinya. "aku baru pulang dari rumah putraku, setiap kami berkunjung ke rumah putraku dia selalu ingin membawa bunga tulip ini,"

"Apa anda akan membawanya ke Indonesia?"'

"Tentu saja, istriku kan disana,"

Yusuf mengangguk, "Bunganya sangat cantik. Tapi, kenapa tidak mawar saja? Bukankah biasanya wanita lebih menyukai mawar sebagai lambang cinta?"

"Ya, istriku sedikit aneh memang,"pria itu terkekeh, dia mengelus kelopak tulip itu dengan jari telunjuknya dengan hati-hati. "aku juga sempat bertanya padanya, bukankah mawar lebih romantis, tapi dia bilang tulip putih lambang kesempurnaan sebuah cinta,"

"Kesempurnaan cinta?"Yusuf tertegun mendengarnya.

"Ya, selain itu juga melambangkan permohonan maaf, kepedulian, dan persahabatan." Dia terdiam sejenak, dan kemudian melanjutkan perkataanya, "dulu aku pernah menyakitinya, sangat menyakitinya. Aku mencari bunga ini untuk diberikan padanya sebagai permohonan maaf."

Seketika Yusuf teringat pada Zara, pria itu bertanya sedikit ragu, "Apa dia memaafkan anda?"

"Ya, dia memaafkanku. Tapi kau tahu, bunga ini hanya sebuah lambang dari ketulusan hati. Betapa indahnya dia, jika hati kita palsu maka makna dari bunga ini pun tidak ada gunanya."

"H-hmm, anda benar,"ujar Yusuf sedikit kikuk.

Pria tua ini menyimpan kembali bunga itu dengan hati-hati. Lalu dia mengeluarkan sesuatu dari jasnya. Mengeluarkan ponsel, dan menunjukan profi ponselnya pada Yusuf.

"Ini istriku, dia cantik kan?"dengan mata berbinar dia mengucapkan kata itu pada Yusuf.

"Ya, istri anda sangat menawan."ucap Yusuf tersenyum kagum pada foto dua insan yang tersenyum bahagia di sana. "Anda sangat mencintai istri anda pasti?"

"Dulu aku sangat membencinya,"

"Apa?!"

Pria tua itu terkekeh, "Kau terkejut kan? Tapi itu benar, dulu aku sangat membencinya karena kami bisa dibilang musuh dari kecil yang tidak pernah akur. Bahkan dulu aku pernah berkata dia itu bukan tipeku, dan segala kata yang menyakitkan lainya. Tapi sekarang aku malah sangat mencintainya, dan aku menikmati itu."

"Ah, itu seperti ungkapan benci jadi cinta!"pria tua itu terkekeh dengan ucapan Yusuf, tapi dia mengangguk menyetujui hal itu.

"Kenapa anda tidak membawanya bersama anda mengunjungi putra anda?"pria tua itu terdiam sesaat sebelum akhrinya menjawab dengan nada pelan, yang masih jelas di dengar oleh Yusuf.

"Dia sudah tiada,"

#Bersambung....

Bab selanjutnya di upload Nanti SIANG...

RAMAIKAN VOTE DAN KOMENT YAKK!

Makasih ;)

I'M SORRY MAMA! (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang