Bab 35: Kedatangann....

5.7K 615 45
                                    


Hay, I miss u guys...


***

Zara saat ini sedang duduk lesehan di kamar Melisa. Dia menemai Jayden yang tegah sibuk mencoret-coret buku gambarnya. Sesekali Zara tersenyum saat bocah lelaki itu menatap ke arahnya.

Kerinduan hatinya kepada Anaya rasanya setiap hari semakin menyesakan saja. "Apa aku bisa bertahan lama jika terus dalam keadaan ini?' bisik hatinya. "Dan perceraian itu, bagaimana aku harus mempersiapkannya."

"Aunty...."

Zara tersentak kaget mendengar panggilan Jayden. "Ada apa, sayang?'

"Aunty, ada yang menekan beel di depan. Sepertinya ada tamu, tapi Jayden tidak berani membukannya," ujarnya.

Memang Zara juga akhirnya mendengar suara itu. Lantas wanita itu pun bangkit dari duduknya untuk membuka pintu dengan Jayden yang mengekorinya di belakang."Apa sebelumnya pernah ada tamu, sayang?"

Jayden mengggeleng di belakangnya. "Tidak aunty, Mommy jarang sekali membawa teman ke rumah, jadi tidak pernah ada tamu," katanya.

Zara sampai di depan pintu, dengan bell yang terus berbunyi. Wanita itu mengintip dari celah lubang kaca kecil yang ada di pintu. Wanita itu hanya melihat seorang pria dengan stelan formal berdiri di depan sana. "Siapa mereka?"

Dia menatap Jayden sekilas, lalu mengusap kepalanya. Zara harus memastikan keamaanan bocah itu, dia berkata. "Sayang, bisa kamu masuk ke dalam kamar sebentar? Jangan keluar sampai aunty panggil. Aunty khawatir di luar sana ada orang asing." Jayden mengangguk patuh dan segera masuk ke kamarnya.

Bocah itu menutup pintu, dan duduk tepat di depan pintu itu. Dengan ke dua kakinya yang menekuk. Tak lupa dia mengambil ponselnya, dan mengetik pesan kepada sang Mommy.

-Mommy, ada tamu di rumah dan Jayden tidak tahu siapa. Aunty Zara sedang menemui mereka, dan dia menyuruh Jay untuk menunggu di kamar. Apa Mommy bisa pulang lebih awal? Jay sedikit khawatir-

Send

"Semoga Mommy, bisa pulang cepat," gumamnya.

Sementara itu Zara membuka pintu dan langsung di hadapkan dengan sosok yang sedari tadi menekan bell. "Maaf, anda siapa ya?" tanya Zara.

Keningnya sedikit berkerut saat melihat ada bahu lain yang bersembunyi di balik tubuh orang yang saat ini berdiri di depannya. "Anda Nona Zara, 'kan?" tanya Pria itu.

"Iya, benar itu saya. Ada apa?"

Pria itu tampak mengangguk sejenak, mengabaikan pertanyaanya. Lalu tubuhnya bergeser dan orang di depannya berbalik menghadap padanya membuat tubuh Zara membeku seketika. Matanya lantas langsung berkaca, dengan tangan menutup mulutnya yang menganga sangkin terkejutnya.

"Zara..." panggil orang itu dengan suara lirih dan mata yang sendu.

Tubuh Zara bergetar hebat, memanggilnya. "Papa..."

Pria paruh baya itu langsung merentangkan kedua tangannya lebar yang langsung di sambut oleh pelukan Zara.  "Papaa....hikss... papa...."

"Maafkan, Papa." Pria paruh baya itu sama memeluk putri yang selama ini telah tersakiti oleh sikap egoisnya dengan erat. "Maffkan papa, " ujarnya dengan suara yang bergetar. "Papa sudah membuatmu menderita sangat banyak sayang." Dia adalah Malik, ayah Zara.

Zara melepaskan pelukan eratnya. Air mata mengalir deras dari pipi Zara, dia sangat tidak menyangka pelukan hangat itu kembali dia rasakan dari sang ayah. Malik juga menangis deras, namun jemarinya yang sudah keriput termakan usia itu dengan bergetar mengusap air mata Zaea. "Jangan menangis," bisiknya.

Wanita itu mengangguk, sembari menahan isak tangisnya. "Papa tidak datang sendirian sayang, mereka juga ikut bersama papa." Zara melirik ke belakang papanya, dan betapa terkejutnya dia saat Rose, Mila, dan juga Khaidar sang ayah mertua ada di sana.

"Kalian...,Pa, ini..." Zara menatap sang ayah meminta penjelasan. Khaidar maju ke depan, dia mengelus kepala Zara dengan penuh kasih sayang. Wanita itu menatap padanyanya. Khaidar berkata. "Kita bicarakan di dalam ya, nak." Dia berkata, dan Zara lantas menganggukan kepalanya.

"Masuklah," ujarnya. Dia bergeser mempersilahkan Khaidar dan Malik untuk masuk lebih dulu. Selanjutnya adalah Rose dan Mila, dan kali ini Zara menatap heran kepada mereka berdua. Terlebih kepada Rose yang tiba-tiba berhenti tepat di depannya, lalu dia tersenyum dan mengusap kepala Zara.

Kemudian pergi begitu saja, di susuk Mila yang tampaknya melirik padanya. "Ada apa ini? Kenapa tingkah, tante Rose dan Mila, sedikit aneh," gumamnya.

Semuanya sudah duduk, dan Zara juga sudah menyuguhkan minuman untuk mereka. Jayden yang merasa penasaran, membuka pintu kamar dengan perlahan dan melihat rumahnya sudah ramai sekali dengan orang.

"Mereka siapa, ya? Apa keluarganya aunty Zara?" gumamnya bertanya-tanya.

Zara masih menatap mereka dengan bingung. Suasana masih sangat cangung dan tegang, apalagi dengan posisinya saat ini yang entah bagaimana bisa berada di tengah antara Rose dan Mila di kedua sisinya.

"Zara...." Panggil Khaidar. "Bagaimana keadaanmu, nak?" suaranya begitu hangat, seperti orang tua yang benar-benar berbicara kepada putrinya.

Zara tersenyum tipis, lalu menganggukan kepalanya. "Allahmdulillah, baik, Pa." Dia menjawab dengan kepala menunduk dan jemarinya yang saling tertaut.

"Kamu pasti bertanya-tanya, kenapa kami ada di sini, dan untuk apa, bukan?" terka Khaidar. Zara lantas menganggukan kepalanya, seraya melihat para orang tua yang serentak memandanginya.

"Karena kami sudah tahu semuanya, nak..."

DEGGG...

Tubuh Zara seketika menegang. "Apa mereka sudah tahu tentang Yusuf dan aku?"  Rose yang merasakan ketengangan pada Zara, lansung mengsuap punggungnya, membuat Zara lantas menatap padanya. Anehnya Rose, justru memberikan sebuah senyuman yang selama ini tidak pernah dia rasakan setulus itu.

"Seperti perkiraanmu... Kami sudah tahu tentang permasalaahan kamu dan Yusuf. Papa sangat malu untuk menyebutkan bahwa dia masih putra, Papa," ujar Khaidar.

"Paa... aku..."

"Zara, kami di sini untuk membantumu," sela Malik.

Zara menatapnya heran. "Maksud, Papa?"

Khaidar mengeluarkan sesuatu benda tipis yang di bawanya. Dan meletakannya di atas meja "Bukalah, dan bacalah..." titah Khaidar.

Masih dengan perasaan bingung. Zara mengambil sebuah amplop berwarna coklat itu dan mengambil isinya. Matanya langsung membelalak saat membaca judul awal dari kertas yang di pegangnya.

"Ini...kalian..." dia menatap para orang tua dengan begitu terkejut. Mereka menganggukan kepada dengan serentak seraya tersenyum.

Khaidar berkata dengan tegas. "Ya, nak. Kami datang kemari untuk membantmu, bercerai dengan Yusuf, dan mencari kebahagiaanmu sendiri..."

DEG...

#Bersambung....

Huaaa... Aknirnya update! Zara juga akhirnya dapat dukungan dari para orang tua. Detik-detik perceraian akan segera berlangsung...

Apa kalian menantikannya?













I'M SORRY MAMA! (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang