-Kebahagiaanmu akan berakhir Zara! Tinggalkan dia atau dia yang akan meninggalkanmu. Dan kau tidak akan bisa memiliki apapun setelah itu. Tidak Yusuf ataupun Anaya-
Pyarr....
Sebuah gelas terjatuh dari tangan yang tengah gemetaran saat ini. Matanya menatap kosong pada sebuah pesan yang tepancar pada ponsel yang digenggamnya.
"A-apa maksudnya ini...," sekujur tubuh Zara terasa gemetaran dan menjadi begitu lemas tak berdaya.
Dia terduduk lemas di lantai dapur yang begitu dingin, tangan yang mengenggam ponselnya begitu gemetaran. Matanya tanpa disadari mulai dipenuhi cairan bening ketika melihat sosok sang suami sedang tersenyum dan tertawa bersama seorang wanita yang jelas bukan dirinya.
Genggaman itu terlepas, membuat ponsel itu ikut terjatuh. Zara diam sambil menundukan kepalanya begitu dalam. Kedua tangannya meremas kuat baju tidur berbahan satin itu hingga menjadi kusut.
Zara bangkit dari duduknya, dengan susah payah karena kakinya terasa begitu mati rasa. Dia berjalan dalam diam, matanya menatap kosong anak tangga yang dinaikinya.
Zara memasuki kamarnya, menutup pintu itu. Lalu dia berjalan ke arah nakas di samping meja. Matanya mengambil sebuah bingkai foto dari sana. Kembali dia berjalan ke balkon kamar.
Matanya mendongak menatap bingkai foto yang terpajang disana. Kemudian bersamaan dengan luruhnya air mata Zara, dia berbisik dengan lirih, "Apa semua ini akan segera berakhir, mas."
*********
Sementara itu di sebuah rumah yang tak kalah mewahnya itu, seseorang pria paruh baya tengah duduk bersimpuh di depan sebuah lukisan besar yang berada di satu ruang yang sangat istimewa baginya.
Bahu pria itu bergetar dan terisak setiap malamnya sambil mengucapkan kata maaf berulang kali. Tapi tetap saja, perkataan itu tak akan mendapatkan jawaban dari sebuah lukisan.
"Maafkan aku Zulaika..., maafkan aku...," tidak lain Ayah Zara yang sedang menangis di hadapan lukisan mendiang istrinya.
"Ak-aku tidak pernah benar-benar ingin menyakitimu ataupun Zara putri kita. Aku melukaimu begitu dalam, hingga aku bahkan tak pantas mendapat gelar sebagai suami atau seorang ayah sampai saat ini,"
"A-aku,"Pak Malik menunduk dengan bahu bergetar menahan tangis. "kamu tahu, aku merindukan putri kita,"
"Sejak dia kecil aku tidak pernah memperhatikan Zara, bahkan setelah kepergianmu aku justru menyalahkan dia. Sekarang, bahkan aku menjauhkannya lagi dariku,"pak Malik bangkit dari duduknya, lalu berdiri tepat dihadapan lukisan istrinya.
Dia mengulurkan tangan menyuntuh lukisan itu dengan sangat hati-hati, "Dia tumbuh menjadi sangat cantik sepertimu, Zula. Saat dia pertama kali datang kerumah ini setelah bertahun-tahun lamanya. Aku benar-benar ingin memeluknya. Tapi aku merasa tidak pantas melakukan itu. Aku seorang ayah yang sangat buruk...,"ucapnya dengan air mata yang berderai mengalir di pipinya.
"Sampai ketika mulut kotorku justru memintanya untuk menerima perjodohan dengan keluarga itu. Kamu tahu Zula, dia sangat marah padaku...,"
Satu tangannya terkepal erat di sisi tubuhnya, "dia juga masih membenci Ros wanita yang sudah aku nikahi. Wanita yang saat itu lebih kupilih dibandingkan dirimu, yang sekarang justru tak bisa mengisi hatinya yang sudah dipenuhi oleh namamu."
Dia meremas dadanya kuat menimbulkan kerutan di piyama tidurnya, "Zara begitu marah dan semakin membenciku. Hatiku sangat sakit saat dia mengatakan dia hanya akan menjadi putrimu bukan putriku. Hatiku sakit Zulaika..., sangat sakit...,"
"Aku hanya ingin yang terbaik untuk Zara. Aku tidak pernah bisa melindunginya, jadi aku pikir aku butuh orang lain agar bisa menjaga Zara kita. Aku tidak pernah mempermasalahkan semua uang yang aku keluarkan untuk biayanya, aku malah sangat senang jika Zara mau menerima pemberianku."
"Tapi, seperti yang kamu lihat dari sana, Ros membuat semuanya menjadi semakin rumit. Bahkan aku masih tetap menjadi pria yang bodoh ketika tidak menyangkal semua itu...,"
Dia menunduk dalam, sambil mengusap air matanya yang masih terus mengalir, "Sejak pernikahannya, aku sangat ingin bertemu dengannya, mendengar suarnya, dan juga mengetahui kabarnya. Aku selau ingin bertanya apa dia bahagia? Apa dia hidup dengan baik? Dan..., seperti apa cucu kita?"
Pria itu tersenyum miris menertawakan dirinya, "Bahkan aku mengetahui dia melahirkan hanya dari berita televisi. Aku masih sepenakut dulu dan sebodoh dulu."
"Sekarang walau aku ingin bertemu dengannya, Zara mungkin akan mengusirku dan semakin membenciku..., apa yang harus ku lakukan? Aku masih berharap waktu bisa kembali pada saat itu, saat di mana aku mengucapkan akad untuk menikahimu. "
"Jika waktu bisa diulang, aku akan memperlakukanmu dengan baik. Mencintaimu lebih dari kamu mencintaiku. Tapi, masa lalu itu tidak pernah bisa berubah walau sebanyak apapun aku berdoa. Aku hanya bisa berdoa agar putri kita tidak mengalami hal yang sama, dan bisa hidup bahagia....,"
#Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M SORRY MAMA! (New Version)
Historical FictionWellcome back in my story Im sorry mama kembali hadir setelah berabad-abad hiatus bersama dengan authornya. Kini hadir dengan versi terbaru. Semoga kalian suka, no description just ready to read guys... Enjoy... 💗💖💗