Part 31: Sepucuk Surat Kecil!

7.4K 549 20
                                    

Mobil yang digunakan Pak Khaidar masih membelah jalanan kota besar itu. Roy sendiri masih mengemudikan mobil itu dengan pikiran yang bingung menantikan apa yang akan dilakukan oleh Bos besarnya itu.

Khaidar tampak begitu serius memikirkan sesuatu. Bahkan membuat Roy merasa ragu untuk menegurnya, atau bahkan sekerdar bertanya, "Tuan kita akan kemana?" ah, dia tidak bisa menganggu konsentrasi tuannya itu.

Sampai ketika suara bass Khaidar terdengar, "Roy!"

"Ya Tuan!"sahutnya sigap.

"Putar arah ke komplek Grand Purnama."kata Khaidar.

"Baik Tuan,"Roy pun memutar kemudinya ke arah yang diperintahkan. "Siapa yang anda tuju tuan?"tanya Roy.

Dari pantulan kaca spion Roy bisa melihat Khaidar tersenyum miring. "Kerumah orang tua Zara."

"Ke rumah keluarga Tuan Malik Tuan?"

"Ya Roy. Hanya pria tua itu yang bisa menyelesaikan permasalahan Zara, karena dia yang membuat Zara terjebak dalam situasi sekarang.'

"Tapi Tuan, apa anda yakin akan kesana? Bukankah dia yang menjual putrinya sendiri? Apa dia juga bisa membebaskannya?"tanya Roy, khawatir.

"Hmmm...,"gumam Khaidar, "itu akan terjadi jika dia masih menganggap Zara putrinya. Kalaupun tidak, maka aku yang akan menyelesaikannya."

"Tuan. Kenapa anda tidak langsung menyelesaikannya saja? Saya yakin dengan kekuasaan yang anda punya semua akan selesai dengan mudah."

Khaidar mengangguk dalam, "Kau benar Roy. Sangat mudah bagiku menyelesaikannya. Tapi permasalahan ini bukan hanya antara Zara dan putraku saja. Tapi juga antara Zara dan Ayahnya. Sebagai seorang ayah entah kenapa aku merasa kalau Malik sendiri merasa bersalah melakakukan itu semua."

"Kenapa anda begitu yakin tuan?"

"Ya. Hanya firasatku saja. Sekarang aku ingin lihat apa yang akan dilakukan Malik saaat tahu kondisi Zara. Aku yakin Zara tidak memberi tahu Ayahnya tentang penderitaanya selama ini."

Roy menatap tuanya dari kaca spion, "Tuan? Anda terlihat seperti ingin membuat Nona Zara dan Ayahnya berbaikan. Anda terlalu baik..,"

"Benarkah? Hahahaah...,"Kelakar Khaidar mendengar ucapan Roy. "Apa harus ku katakan padamu Roy, melihat Zara dan semua tingkah lakunya mengingatkanku pada seseorang."ujarnya dengan nada lembut dan senyum di bibirnya.

Roy tertegun melihat perubahan ekspresi Tuannya. "Benarkah Tuan? Saya sangat terkejut mengetahui itu. Siapakah seseorang yang istimewa itu Tuan?"

Khaidar kembali tersenyum, "Hmmm...,"di memalingkan wajahnya menatap jendela. Pandangannya menerwang jauh ke jalanan. "Seseorang. Orang yang sangat aku cintai."

***

Di rumah Melisa

Kali ini Zara mencoba menghibur dirinya dengan berbincang dengan Melisa atau bermain dengan Jayden. Mereka keluarga yang baik dan sangat ramah, membuat Zara merasa nyaman dan juga sedih bersamaan ketika melihat Jayden yang mengingatkannya kepada sosok Anaya, putrinya.

"Jay, mom pergi kerja dulu ya! Baik-baik dirumah, main sama aunty Zara."tutur Melisa membuat Zara yang sedang membereskan mainan Jayden menatap ke arahnya.

"Kau mau pergi, Melisa?"tanyanya.

Melisa mengangguk, "Aku harus pergi bekerja. Oh iya, kalau ada apa-apa kau bisa menggunakan ponsel Jay," dia melirik putranya, "Jay berikan ponselmu nanti ketika aunty membutuhkannya, oke!"

"Okey mommy!"sahutnya dengan tangan terangkat memberi hormat.

"Aku pergi dulu Zara."

"Ya. Hati-hati di jalan Melisa."

I'M SORRY MAMA! (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang