Saat ini seorang pria tengah duduk termangu di kamarnya seorang diri. Duduk menghadap ke arah jendela, dengan pakaian khas mempelai pria yang sudah melekat pas di tubuhnya. Pria itu tetap kelihatan tampan walau saat ini wajahnya terlihat menyimpan begitu banyak kegelisahan.
Yusuf kini berdiri dari duduknya, dia kemudian berjalan ke arah balkon kamarnya. Kedua tanganya menyentuh pagar besi pembatas balkon yang terasa dingin menusuk dari tanganya. Tampak pegangan itu mengerat menonjolkan urat-urat tangannya.
Hembusan nafasnya terdengar sangat berat, dia mendongak menatap ke arah langit pagi yang menampilkan awan mendung, tanpa cahaya matahari di sana.
"Kemana kamu, Zara! Aku-aku tidak benar-benar ingin kamu pergi!"matanya terpejam begitu erat, kepalanya terasa sangat menusuk, membuatnya mendesis sambil memegangi kepalanya.
Yusuf kembali masuk ke dalam kamarnya. Dia menatap sebuah kotak kecil yang terletak di meja tempat biasa sosok Zara bercermin di sana. Bayangan seliut tubuh Zara yang tengah duduk sambil menyisir rambut indahnya membuat Yusuf memandang cermin itu begitu sendu.
Kemudian, dia meraih kotak kecil itu dan membukanya, sebuah cincin dengan bertahtakan berlian ditengahnya, yang sudah dibuang oleh pemiliknya kini hanya bisa dipandang pria itu dengan sorot mata lelah.
"Aku berharap kamu kembali Zara. Dan aku ingin cincin ini kembali tersemat di jari manismu." Dia mengambil cincin itu dengan tangan kirinya.
Lalu, Yusuf mengangkat tangan kanannya di depan, menatap kedua cincin itu yang terlihat begitu serasi. Dia masih mengenakan cincin pernikahanya dengan Zara. "Aku menyesali mengatakan begitu banyak hal yang menyakitkan padamu, Zara. Tapi, kumohon kembalilah..,"
Yusuf tidak pernah mengira, dia bisa semarah itu kepada Zara dan mengatakan hal-hal yang pasti menyakiti hati istirnya itu. Yusuf baru sadar dengan semua kesalahanya, ketika Zara pergi hari itu, dan tak pernah kembali setelahnya.
Sampai hari ini, di mana pernikahannya dan Bella akan segera terlaksana. Dia sudah terjebak dengan semua hal yang telah terjadi, baginya semua memang karena rencana ibunya yang ingin menjodohkannya dengan Bella.
Hanya saja, bagi Yusuf dia merasa juga itu adalah kesalahannya karena bisa sampai meniduri Bella, padahal dia jelas tahu bahwa dia berjanji untuk menghormati posisi Zara sebagai seorang wanita walaupun dia tidak mencintai istrinya itu.
Pada kenyataannya, dia benar-benar harus bertanggung jawab atas semua yang dia lakukan. Tadinya setelah kepergian Zara, Yusuf ingin meralat semuanya dan menunda pernikahannya dengan Bella.
Tapi, dia kembali terpengaruh oleh perkataan Erna saat itu yang membuatnya tidak bisa berkata apapun lagi.
Flash back..
"Ma, aku memang mengatakan akan menikahi Bella. Tapi aku rasa itu tidak akan benar-benar terjadi besok. Aku hanya berusaha menghentikan Zara. Aku dan Zara sedang dalam keadaan yang tidak baik saat ini. Tidak mungkin aku menikahi Bella sekarang!"
Erna membelalak mendengar penuturan Yusuf. "Kau bercanda?! Baagimana kau bisa menunda pernikahan kalian! Tidak bisa! Pernikahan kalian akan terjadi besok! Mama yang akan mengurus semuanya?!"
"Tapi, maa..."
"Kau harus tetap menikahi Bella, besok!"sela Erna cepat. "kalian akan mengadakan akad besok. Untuk masalah resepsi dan pengumuman publik kita bisa menundanya."
Yusuf memelas pada ibunya, "Ma, mengertilah! Semua tidak semudah itu. Aku harus berbicara dengan Zara."
"Mengerti? Mama harus mengerti apa Yusuf?"sentak Erna marah. Bella yang masih berpura-pura tidur diam-diam tersenyum dengan sangat puas.
Sedang Anaya? Gadis kecil itu sudah keluar sejak tadi. Tak lama setelah ibunya pergi. Ntah kemana gadis kecil itu menghilang, yang pasti dia tidak akan mendengarkan pertengkaran orang dewasa di sana.
"Kau harus tetap menikahinya besok Yusuf! Mama yang akan meminta restu dari orang tua Bella! Kau hanya tinggal akad saja di rumah ini besok!"
Yusuf mengerang sambil mengacak rambutnya gusar, "Maaa,"Yusuf tidak tahu harus bagaimana membuat ibunya itu mengerti.
"Kau sudah tidur dengan Bella! Apa kau bisa menjamin jika tidak akan tumbuh bayi diperut Bella, huh?!"
DEGGG...
Tubuh Yusuf seolah terdorong kebelakang. Dia terpaku dengan ucapan Erna. Bayi? Sial! Bagaimana dia bisa melupakan hal menjijikan yang sudah dia lakukan saat itu.
Bayi dalam perut Bella?
Sungguh dia tidak ingat, apa saat itu di dalam atau diluar! Akhhhh..., Yusuf benar-benar merasa frutrasi dibuatnya.
Pria itu mengeram tertahan dengan kedua tangannya terkepal erat. "SIALLL?!"hardiknya. Tangan Yusuf memukul pintu kamar itu dengan keras hingga buku-buku tangannya berdarah.
Giginya bergemelutuk dengan dadanya yang terasa bergemuruh. Tangannya beberapa kali memukul dengan penuh emosi. "Baik, aku akan bertanggung jawab! BESOK AKU AKAN MENIKAHI BELLA!"
Flash back end.
***
#Bersambung...
Sorry Telat ya!
Jaringan xl author lagi nge-leg. Tiba-tiba lemot jadi gak bisa update lebih cepat.
Tapi gkpp lah ya, kan masih kehitung hari kamis... wkwkwwk
Jangan lupa share ya ke teman-teman kalian buat baca cerita ini juga.
Thank YOOUUU.... SEE YOOU HARI SABTU
#komentvotejanganlupa
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M SORRY MAMA! (New Version)
Historical FictionWellcome back in my story Im sorry mama kembali hadir setelah berabad-abad hiatus bersama dengan authornya. Kini hadir dengan versi terbaru. Semoga kalian suka, no description just ready to read guys... Enjoy... 💗💖💗