Bab 14: Mencoba untuk Tulus

3.2K 237 17
                                    

"Terima kasih mama. Aya sayang sama mama."

"Mama juga sayang Aya...,lebih dari yang kamu tahu mama sangat menyanyangimu nak.. "

**************

Pagi itu juga entah mengapa menjadi pagi yang suram bagi Pak Malik, ayahnya Zara. Pria itu sejak terbangun dari tidurnya hanya diam saja tanpa menyapa istri dan juga anak tirinya.

Sampai-sampai Ros merasa aneh dengan tingkah suaminya itu. Saat dia mengajak pria itu untuk sarapan, pak Malik hanya mengangguk dan berjalan tanpa suara melewatinya.

"Ada ada denganya?"batin Ros bertanya.

Tak ingin memikirkan itu Ros pun naik ke lantai atas membangunkan putrinya. Dia membuka pintu itu cukup keras membuat sang empu terlonjak dari ranjangnya. Dia jatuh terpental kelantai.

Adu mulut terjadi setelah nya pada ibu dan anak itu. Ros mengomeli Mira dan menarik nya ke kamar mandi.

Wanita itu lalu turun ke bawah menyusul suaminya. Saat dia sampai di anak tangga pertengahan dia melirik sang suami yang hanya diam termenung di meja makan.

"Apa yang dipikirkannya? Sejak tadi dia berbeda dari biasanya. Apa dia merindukan putrinya itu?"

Ros turun menyusul, dia akui dia tidak menyukai Zara. Tapi pernikahannya dengan Malik benar-benar karena dia mencintai lelaki itu. Walau dia mendapatkannya dengan cara yang salah.

Pak Malik masih termenung sampai sebuah tangan menyentuh bahunya. "Mas...,"suara itu selalu menyadarkannya saat ia termenung.

Pak Malik menoleh, menatap Ros yang berdiri disampingnya. "Ada apa mas? Aku perhatikan dari tadi kamu termenung. Ada masalah apa?"tanyanya.

Pria itu menggeleng namun terdengar helaan nafas halus dari bibirnya. "Tidak ada apa-apa. Entah mengapa perasaanku gelisah."

Ros duduk dikursi  samping suaminya. Dia memegang tangan malik sambil mengelusnya lembut. Dia lakukan benar-benar dari hatinya karena sejak awal dia memang mencintai pria itu.

"Apa karena Zara? Kamu merindukannya?"

Malik tersenyum getir, kemudian berkata, "Apa aku masih pantas bahkan untuk merindukannya?"

"Mass...,"Ros tidak suka melihat Malik terlihat putus asa seperti itu. "Kamu ayahnya mas. Kenapa tidak mencoba meneleponnya?"

"Bagaimana itu mungkin?"dia melirik Ros dengan sendu. "kamu masih ingat perkataanya sebelum dia menikah. Bahwa dia tidak ingin lagi menjadi putriku. Apa yang membuatmu berpikir dia mau menjawab telponku?"

Ros menunduk, diam tak bisa menjawab.

"Ah, harusnya aku memberikan waktu agar Zara menghabiskan waktu dengan mas malik dulu. Sebelum rencana itu terjalankan."ada setitik rasa penyesalan di hatinya.

"Ros...,"panggil Malik membuyarkan lamunan Ros. "Boleh aku meminta sesuatu darimu?"

Wanita itu mendongak menatap mata suaminya yang sudah memerah menahan tangis. "Mas ingin apa dariku?"

"Ros, aku tahu semua yang kamu lakukan selama ini. Aku tahu kamu sudah mengurusku dengan baik. Memberikanku kesempatan agar bisa menyekolahkan Zara di univ yang dia inginkan...,"pria itu mengusap pipi Ros pelan.

Wanita itu masih menunggu sang suami melanjutkan perkatannnya, "Tapi Ros, aku tahu sama seperti Zara, kamu juga masih belum benar-benar menerima Zara putriku seperti putrimu juga...,"

Hati Ros tertusuk dengan ucapan suaminya. Dia terpaku dengan wajah yang terlihat tegang. Menunjukan bahwa semua itu benar. Dia masih sedikit berat menerima Zara karena Zara lebih baik dari putrinya. Dan dia tidak suka itu.

"Mass, ak-aku....,"

"Aku tahu..., hatimu masih berat untuk menerima Zara. Aku sedih Ros, aku menerimamu dan juga Mira seperti putriku sendiri. Selama ini aku terus berpikir kenapa Zara tidak bisa menerimamu. Karena kamu pun masih membatasi dirimu pada Zara. Bagaimana pintu kasih di antara kalian bisa terbuka?"

Ros menundukan kepala dengan dalam. Tubuhnya gemetar dengan semua kebenarnya yang ternyata sudah diketahui itu.

"Ros, berjanjilah padaku!"Malik mengapit dagu Ros agar menatapnya. Keduanya kini tengah menangis dengan pipi yang sama basahnya.

"Berjanjilah agar membuka hatimu untuk bisa benar-benar menyayangi Zara. Seperti Mira putrimu, aku yakin perlahan kasih sayang Zara juga akan terbuka untukmu...,"

"Mass..., akuu...,"

"Ros,"Malik mentapnya dengan memohon, "paling tidak ini salah satu cara kita agar Zara memaafkan kesalahan kita di masa lalu. Memafkan kepergianku saat meninggalkanya dan memaafkan kehadiranmu dulu dan bisa menerima kita di masa sekarang...,"

Ros memandang wajah sang suami dengan sangat dalam. Benar, dia juga merasakan hal yang sama. Keegoisannya selama ini sudah menutup rasa bersalah yang masih menghantui ketenangan hidupnya.

Bibirnya akhirnya berucap pelan, "Akan aku coba mas...,"dan keduanya pun tersenyum bersama. "Terima kasih,"lirih Pak Malik kemudian memeluknya.

#Bersambung....

Terima kasih banyak buat kalian yang sudah setia bertahan membaca cerita ini.

Ini cerita saya buat versi terbarunya dan  saya berharap kalian bisa menerima dengan senang hati dengan alur baru ini.

Cerita ini sangat istimewa bagi saya sampai saya harus beberapa kali Revisi demi hasil terbaik yang saya inginkan.

Semoga kalian menikmatinya...


I'M SORRY MAMA! (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang