Yusuf merasa sedikit tenang sebelum kata terakhir Zara membuatnya seolah kehilangan separuh nafasnya mendengar itu.
"C E R A I K A N A K U?!"
_____________
Suasana kamar itu tiba-tiba menjadi sunyi mencekam yang sangat menyesakan bagi kedua insan yang berada di dalamnya.
Tak mampu lagi menahan, air mata itu perlahan turun mengalir di pipih putih Zara. Berat baginya mengucapkan kata itu. Tapi, sebuah penghianatan bukanlah hal yang begitu mudah untuk dilupakan walau suatu saat nanti dia bisa memaafkan Yusuf.
Yusuf, suaminya begitu terkejut mendengar perkataan Zara. Bahkan dia tak menyadari bahwa kedua tanganya kini tengah gemetaran di kedua sisi tubuhnya.
"Ce-cerai?"ucap Yusuf terbata, "kamu mengatakan ingin bercerai denganku, Zara?"pandangan matanya berubah menjadi sorot yang begitu putus asa.
Pria itu terkekeh miris, "Jangan bercanda,"
"Kamu menyakitiku, mas. Kamu membuat pernikahan ini ternoda,"lirih Zara menahan isak tangisnya. Air mata itu masih mengalir mulus di pipinya.
Yusuf melihat jelas air mata itu, dia berjalan terseok mendekati Zara. "Jangan menangis,"katanya. Dia berdiri di hadapan Zara, wanita itu mendongak menatap Yusuf yang berada lebih tinggi di hadapannya.
"Ini pertama kalinya aku melihatmu menangis. Aku sungguh tidak berbohong, hatiku sakit melihatnya, Zara."ujar pria itu dengan suara gemetar. "Kumohon jangan menangis...,"
Pria itu terduduk lemas dihadapan Zara, membuat wanita itu terkejut dan melangkah mundur."Apa yang kamu lakukan, mas? Bangun!"senggak Zara.
"Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang! Aku tidak bisa menceraikanmu! Tap-tapi aku juga harus bertanggung jawab pada Bella."
Zara menatap pias pria dihadapannya, "Bagimu aku ini apa mas?" Zara bisa melihat bahwa Yusuf berubah tegang dengan pertanyaannya.
Zara ikut berjongkok menyamai pria itu, Yusuf menatap ke arahnya, "Bagimu aku ini apa? Apa selama ini aku bagimu hanya alat untuk melahirkan penerus keluargamu? Atau sebagai istri?"
Zara tersenyum miris ketika melihat wajah suaminya yang berubah pias, dan putus asa. "Kamu pikirkan dulu, aku ini apa bagimu. Apa kamu pernah menganggapku benar-benar sebagai istrimu? Kalau kamu tidak pernah menganggapku begitu, maka tidak ada alasan yang kuat untuk rumah tangga ini bertahan."
Zara kemudian bangkit dari duduknya. Wanita itu berjalan keluar, sambil mengusap air matanya. Membiarkan Yusuf yang sudah terduduk lemas di dinginnya marmer usai mendengar penuturan Zara.
Aku ini apa bagimu? Apa kamu pernah menganggapku benar-benar sebagai istrimu?
Apa selama ini aku bagimu hanya alat untuk melahirkan penerus keluargamu? Atau sebagai istri.
Kalimat itu bagaikan kaset rusak yang terus berputar dikepalanya. Jantungnya berdetak kuat dengan rasa sakit yang menusuk. Dia tidak mengerti itu, dan semuanya terasa sangat membingungkan.
Benar! Selama ini kami menikah hanya terikat pada sebuah kesepakatan.
Kenapa aku tidak ingin bercerai dengannya?
Kenapa aku tidak bisa melepaskannya?
Kenapa hatiku sakit saat melihatnya menangis?
Setiap pertanyaan terlintas jelas dipikriannya. Semakin membuatnya gelisah dan bimbang dengan hatinya sendiri.
"Bagiku, Zara itu...,"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M SORRY MAMA! (New Version)
Historical FictionWellcome back in my story Im sorry mama kembali hadir setelah berabad-abad hiatus bersama dengan authornya. Kini hadir dengan versi terbaru. Semoga kalian suka, no description just ready to read guys... Enjoy... 💗💖💗