Part 33 : Pertengkaran

7.4K 568 26
                                    

Ehhh... Update nya kok cepet? 

Wkwkwkw.... Semoga konsisten. Doain author sehat aja y biar rajin update. 

Aamiin...

***

Malam pun telah tiba. Suasana malam pengantin baru di rumah Yusuf terlihat sunyi senyap di telan gelapnya malam, tanpa setitik cahaya rembulan malam pun yang bahkan enggan untuk menampakan dirinya.

Yusuf berada di dalam kamarnya, kamar yang sama dan aroma yang sama oleh sosok istrinya, Zara. Pandangan matanya terasa kosong menatap kamarnya, yang tak ada sosok istrinya itu.

Pria itu berjalan pelan, masih dengan setelan pakaian yang sama sejak tadi pagi. Dia kemudian berjalan menuju balkon kamar itu. Tangannya mengenggam kuat pinggiran pagar.

Matanya pula ikut terpejam bersamaan dengan hembusan nafas yang begitu berat. Angin malam yang terasa menusuk kulit hingga sampai ke pangkal hatinya.

Apa tadi yang telah ku katakan pada papa?

Aku benar-benar tidak bisa berpikir ketika semuanya memaksaku untuk menceraikan Zara. Memang aku yang bodoh karena telah menghianatinya. Tapi, akupun tak ingin melepaskannya.

"Aku memang egois...,"lirihnya pula.

Yusuf kemudian mengakat tangan kananya, matanya menatap sendu sebuah cincin yang tersemat di sana. Ada dua cinci yang tersemat. Tapi kemudian, tangan kirinya melepaskan cincin baru yang tersemat tadi pagi di jarinya.

"Kenapa aku melakukan semua ini?"jauh di dalam lubuk hatinya dia tidak benar-benar ingin menikahi Bella. Tapi, kenyataan bahwa dia telah meniduri wanita itu dalam keadaan yang tidak baik, dan juga desakan ibunya membuatnya tak bisa berpikir jernih.

Dia meremas cincin penikahannya dengan Bella. Yusuf pun kembali masuk ke dalam kamar, dan menatap sebuah bingkai foto besar pernikahan dirinya dan Zara di dinding yang tepat di atas tempat tidur mereka.

"Kemana kamu Zara? Bahkan anak buahku tidak bisa menemukanmu." Kakinya terasa berat untuk melangkah. Sampai akhirnya dia membukan lemari kecil cermin hias yang biasa istrinya itu pakai.

Dia mengambil kotak cincin dan mengambil cincin yang di lepas oleh Zara. Dan meletakan cincin pernikahnnya dengan Bella, di laci itu dan menutupnya.

Mata Yusuf mulai berari kala melihat ukiran nama dirinya dan Zara yang terukir di pinggiran cincin itu. Sama seperti miliknya. "Aku tidak ingin ada perceraian. Membanyangkan akan berpisah denganmu, aku merasa ada sesuatu yang salah denganku. Sehingga aku mengatakan hal yang buruk bahkan sampai mengancamu."

Yusuf menghabiskan malamnya sendirian seorang diri di kamarnya. Tanpa memperdulikan Bella yang sedari tadi sudah menunggu dirinya di kamar sebelah.

Begitupun Anaya yang sejak kepergian pengawal kakeknya itu, Anaya masih mengurung diri di dalam kamarnya. Dia masih duduk di pinggiran ranjangnya dengan jejek air matanya yang sudah menggering dan mata sembabnya.

Sedari tadi gadis kecil itu hanya memandangi kalung pemberian mamanya. Dan membaca surat kecil itu berulang kali. Anaya bahkan melewatkan makan malamnya. Dan tidak ada yang datang kepadanya, atau memperdulikannya.

Semua orang sedang sibuk dengan kegundahan mereka masing-masing. Begitupun Erna yang sedari tadi mengumpat kesal sejak pulang dari luar untuk mengecek semua saldonya. Dan benar saja! Suaminya itu tidak main-main untuk menghentikan semua askses dirinya.

Bahkan dia pun tak bisa lagi menggunakan kartu akses masuk ke rumah utama. Dan bahkan penjaga melarangnya masuk.

Erna melempar semua barang-barang yang ada di kamarnya. Mau tidak-mau dia harus tinggal di rumah putranya itu. Di dalam kamar yang tidak seluas kamarnya di rumah utama.

"Benar-benar sial! Kenapa Khaidar harus pulang hari ini sih?!"Erna meranung frustrasi dengan nasibnya. Memikirkan bagaimana dia hidup setelah ini. Bagaimana dia bisa belanja tas dan barang-barang branded.

Sampai setitik ide jahat terlihat lagi di kepalanya. "Ah... kenapa aku harus panik,"katanya, dengan seringaian yang benar-benar menjengkelkan.

Erna kemudian menegakan dirinya. Mengambil minuman dingin di meja, lalu duduk di sofa dengan berpangku kaki serta jangan lupakan gayanya yang begitu angkuh.

Cih, sudah miskin masih saja angkuh.

"Untuk apa aku capek-capek cari uang sekarang. Putraku juga kaya dari perusahaannya sendiri. Dan apa gunanya jalang kecil itu jika tidak bisa menjadi alat tukar uangku. Ahahahhah...." dia tertawa kencang seperti orang kesetanan.

Heh, sudah setan tidak perlu kesetanan lagi.

Erna membaringkan dirinya di sofa itu dengan bibirnya yang tersenyum-senyum membayangkan hidup nyamanya setelah ini. Jika dulu dia hidup dari uang suaminya, kalau sekarang hidup dari uang putranya, tidak masalah bukan? Itulah pikirnya.

***

Paginya...

Bella lebih dulu keluar dari kamar. Pertama kali dia bangun sepagi ini, ohh..., maksudnya pertama kali dia tidak bisa tidur dan itu di malam pertamanya. Bukan karena kelelahan menghabiskan malam pertama.

Tapi kelelahan dan tidak bisa tidur menunggu pengantin prianya. Benar-benar kasihan. Pengantin yang kasihan, tapi itu bagus untuknya agar dia bisa lebih sadar diri akan posisinya yang masih sebagai istri kedua.

"Pagi, maa!"sapa Bella ketika berpapasan dengan mertuanya di ujung tangga yang juga baru keluar dari kamar.

"Pagi. Pagi sekali kau bangun? Ehh... sini-sini...,"Erna menarik Bella menjauh dari tangga dan membawa menantunya itu ke kamarnya yang berada di samping tangga. "Tadi malam berjalan lancar kan? Bisa kau pastikan akan hamil setelah ini kan?"bisiknya.

Bella menunguk saliva, dengan ragu dia berkata, "Emmm, sebenarnya ma. Ak-aku tidak tidur tadi malam_"

"Bagus! Pasti akan cepat jadi!"seru Erna langsung memekik girang tanpa mendengar lanjutan ucapan Bella.

Bella langsung menyela merutuanya, "bukan ma. Aku menunggu Yusuf sampai pagi dan dia tidak datang ke kamarku...,"

"Apa maksudmu?!"kata Erna membeliak marah. "bagaimana dia bisa tidak datang di malam pertama kalian!"

Bella menunduk takut ketika mertuanya mulai berteriak, "Aku tidak tahu. Dia tidak keluar kamar sejak papa pulang."

"BODOH?!"maki Erna keras. "KENAPA KAU TIDAK MEMANGGILNYA?!"

"Aku tidak berani_"ucapnya gemetaran.

Erna menatap Bella jijik, "Cihh, tidak berani? Kau berani membuka bajumu sendiri di hadapannya. Tapi sekarang kau tidak berani memanggilnya ketika dia sudah menjadi suamimu. Kau benar-benar jalang, ya?"hardiknya lagi membuat mata Bella membeliak.

"Jangan mengataiku begitu?!"tanpa sadar Bella berteriak, membuat Erna murka dan mencengkram dagu wanita itu.

"Bicth! Beraninya kau berteriak padaku! Jangan lupa bahwa aku yang membawamu kerumah ini! kalau kau berani melawanku akan aku hancurkan kau sampai tak tersisia. Jangan kira karena Khaidar menutup aksesku aku tidak bisa melakukan apapun! Paham?!"ancamnya dan mendorong Bella keras hingga membentuk meja riasnya.

Erna keluar dari kamar itu meninggalkan Bella yang meringis kesakitan karena pingangganya membentur meja. "Wanita tua sialan?! Awas saja kau! Ku pastikan aku akan hamil anak Yusuf dan akan ku singkirkan kau secepatnya?!"desis Bella.

#Bersambung...

#Selasatime

See you Kamis❤️

I'M SORRY MAMA! (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang