~6~

17.4K 1.1K 4
                                    

Aku mengekor dibelakangnya mengikutinya menuntun kearah tujuanku. Sepanjang jalan banyak orang yang menyapanya ramah. Sepertinya dia sangat disukai mereka. Wajar saja, dengan kepribadian sepertinya bukanlah hal mustahil berbeda dengan Niel, yang ada mereka hanya menunduk segan karena takut.
Tunggu! Kenapa dari tadi aku harus membandingkan Alby dengan Niel? Aku pasti sudah gila..

"Kita sudah sampai. Masuklah kau akan bertemu Charlie, dia akan menunjukkan caranya. Jika kau belum tahu menggunakannya. Aku yakin kau pasti tahu.. kalau begitu aku pergi lebih dulu. Sampai nanti."

"Terimakasih." Kuperhatikan punggungnya yang semakin menjauh.

"Excuse me?" Kubuka perlahan pintu ruangan itu.

Dorr. Dorr. Dorr. Dor.
Astaga. Bising sekali disini. Suara tembakan begitu memekakkan pendengaran. Aku mencari-cari sosok Charlie itu tapi sia-sia aku tidak tahu. Bodohnya aku tidak meminta bantuan Alby untuk menperkenalkan kami dulu.
Masih dengan tangan menutupi telingaku, seorang lelaki tampan lainnya datang menghampiri. Rambutnya cokelat dengan rahang kokohnya, iris mata hazel yang unik menambah jajaran pria tampan di SAO.

"Apa kau GG?" What? GG? Yang benar saja mereka memberiku codename seperti itu. Ku pakai headphone ditangannya tidak sanggup lagi mendengarkan bunyi bising tembakan. "Benar. Dan kau.."

"Charlie. Aku yakin Alby sudah memberi tahumu, bukan?"

"Ah iya.
Silahkan kau ingin memilih senjata kesuakaanmu."
Di dinding terpajang berbagai senjata api mulai dari softgun hingga refle Baru kali ini aku melihatnya secara langsung. Sebelumnya di organisasi kami hanya diberi senjata api kecil. Sedangkan para penjaga itu terus membawa laras panjang di pundaknya.

Setelah lama memilih pandanganku jatuh pada airgun berwarna silver. Sudah lama sekali aku ingin menggunakannya.

Tangan lurus dengan pandangan tajam kearah sasaran dan.. Dorr. Binggo! Tepat sasaran. Tidak sia-sia organisasi mengajarkan kami menembak. Jika saja aku bertemu mereka lagi akan ku pastikan peluru bersarang dikepala mereka.

"Tepat sesuai harapan. Memang tidak salah kami membawamu kemari, GG." Tepukan tangan menggema diseluruh ruangan berhias kebisingan.

"Bisakah kau tidak memanggilku dengan sebutan 'GG' Charlie? Panggil saja aku Fina. Atau kalau kau mau, Fin. Itu sudah cukup."

"Why not? Genius Girl. Memang sangat cocok untukmu. Tapi jika kau tidak suka tidak masalah, aku akan memanggilmu Fin. Sangat simple."

"Thank's Charlie."

Sepertinya ini sudah cukup untuk hari ini. 10 tembakan di kepala, 14 di jantung dan 16 di pusat tubuhnya.

"Aku ingin mecoba MP-40 itu. Bolehkah?" Menunjuk senjata dengan panjang melebihi yang lainnya.

"Of course for my lady." Sepertinya Charlie ini sangat mudah bersosialisasi.

....

Sudah 2 hari Niel dan Lucy menyelidiki targetnya namun belum kembali. Menurut Alby hari ini mereka akan menyelesaikannya. Aku bisa melihat dengan jelas raut khawatir diwajahnya, "Apa mereka baik-baik saja?"

"Tenang saja. Bukankah kau bilang jika Niel adalah the One? Pasti mereka akan baik-baik saja." Kuberikan tepukan semangat dibahu lebarnya.

Tak lama kemudian Steven datang dengan terburu-buru. "Gawat.."
"Bagaimana situasi disana Eight?" Tanya Alby melalu alat komunikasi ditelinganya.
"Buruk. Kami terperangkap di apartemen kosong. Ada bom terpasang dipintunya, saat ini One sedang mencoba menjinakkannya."

"Bagaimana dengan jalan keluar lainnya."

Niel dan Lucy terperangkap di sebuah apartemen dengan bom terpasang dipintunya. Hanya ada satu jalan keluar, jendela yang menghadap kearah jalanan. Beberapa saat lalu mereka mencoba melewatinya namun baru mendekati jendela..

Dorr. . . Ada penembak jitu di gedung sebelah. Bahkan kaca ruangan itu sudah hancur berkeping-keping karena tembakan.

"One? Berapa menit lagi waktu di bom itu?" Sahutku pada Niel.

"3 menit 40 detik lagi dan terus berjalan."

"Baiklah. Beri aku waktu 2 menit. Setelah itu kalian melompatlah dari sana. Dibawah cukup aman untuk kalian menderat."

Yosh. Waktunya beraksi. Kukeluarkan MP-40 yang kubawa dari kantor dengan izin Charlie. Mataku meneropong kearah penembak jitu itu. Sepertinya cukup..

Aku dan Alby berada di gedung sebelah tempat Niel berada jadi aku masih bisa melihat kearah si penembak jitu.

"Apa yang kau makan Fin?" Ini adalah obat yang selalu kuminum untuk mempertajam indraku. Obat ini berasal dari Mama. Aku tidak tahu dari mana Mama mendapatkannya.

Kuarahkan senapan ke kepala penembak jitu yang tentunya ia tak menyadari, setelah terkunci penglihatanku, kutarik pelatuk itu dan..Dorr.. Berhasil..

"Bagus GG." Ucap Alby berhasil membuat pipiku merekah.
"One. Penembak jitu itu sudah kulumpuhkan."

"Baiklah. Eight? Kau lompat terlebih dulu. Aku akan membereskan bom ini."

"Ok. Pastikan kau kembali." Lucy melompat keluar jendela itu.

"One?!! Apa yang kau lakukan? Cepat keluar dari sana tidak ada waktu lagi!!" Apakah dia bodoh? Waktunya sudah tak banyak lagi atau dia akan meledak disana kalau tidak keluar.

"Sedikit lagi.." Napasnya terdengar tak beraturan sepertinya ia berjuang keras mematikannya.

Btoomm... Suara ledakan yang keras memekakkan telinga menarik perhatian semua orang disekitar. Bahkan mereka panik dan berlarian menghingari puing-puing bangunan yang terjatuh.

Niel?? Tidak mungkin... Niel!! Bahkan Alby disampingku pun panik melihat ledakan yang membuat debu tebal itu.



Haha.. tau tau ternyata cuman sedikit banget.. sebavai gantinya nih dikasih 1 episode lagi pagi ini..

Gomennasai ..
Arigatou...

Great Agent and Genius Girl ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang