~27~

8.8K 526 1
                                    

"Cium aku Niel." Harap Fina.

Niel memicingkan matanya, apa di depannya ini betulan Fina yang tadi? Jika dulu Fina yang melakukannya kini Niel yang beraksi. Ia memegang kening gadis itu dan menyamakannya dengan suhu tubuhnya sendiri. Siapa tahu jika ternyata Fina demam setelah diciumnya.

Fina tersenyum saat Niel melakukannya. Yah.. jika Niel tak memberinya ciuman tak apa, ia tidak terlalu menuntut.

Sebuah kecupan mendarah didahi mulus Fina sebagai ganti ciuman. Telalu lembut Fina bahkan memejamkan matanya untuk menikmati kelembutan bibir Niel. Ia tidak keberatan jika selalu mendapat kecupan itu.

"Bagaimana? Dengan ini tidak masalah kan?" Tanya Niel memastikan dan diangguki Fina. Senyum merekah diwajah keduanya. Mereka kembali dan mengundang decak sebal Max.

"Lama sekali." Cebiknya. Ia menunggu terlalu lama hanya untuk kemesraan mereka? Harusnya ia adalah atasan yang dihargai namun kenyataannya justru sebaliknya.

Satu lagi kecupan mendarat dipipi Fina membuat nya merona karena malu. Ada Max disini, kenapa Niel seenaknya saja?

Tcih.. decih Max kasar melihat Niel umbar kemesraan. Pelakunya hanya terkekeh geli sambil terus menggoda Max.

"Harusnya aku tak ikut kalian." Sesal Max kini.

"Sudah kukatakan bukan?" Sekarang Niel menyombong.

"Hentikan Niel." Fina menyenggol lengan pria di sampingnya.

"Dan maaf Max sudah membuatmu menunggu lama."

"Tidak apa." Ucap Max mengibaskan tangan didepan wajahnya sendiri. "Jadi, apa yang kau dapat dari sana? Selain uang itu tentunya." Fina tersenyum kikuk saat Max ternyata memungut uang yang jatuh tadi.

"Jadi...

...

"Maaf mengganggumu Karl." Fina duduk didepan pria dengan pakaian yang menampakkan tato dilengan atasnya

"Ah.. nona kecil.." pria itu dihubungi Fina karena hanya ia yang bisa di gali informasi. Meskipun ada sedikit unsur penipuan didalamnya.

"Safina..maaf terakhir kali aku tidak sempat memberitahu namaku." Karl tak mempermasalahkan itu juga.

"Tidak apa. Fi.. na.." Fina menganggukinya.

"Jadi ada apa kau memanggilku? Apa kau butuh bantuan? Atau kau kesepian?"
Sudah dibilang jika pikiran Karl sebenarnya hanya hal baik.

"Kami butuh bantuanmu.. Tuan..Karl Stevenson." Niel muncul dari belakang Fina, sebenarnya ia hanya duduk dimeja yang berbeda dari mereka.

"Ba.. bagaimana kau tahu namaku.." ucap Karl terbata, ada satu lagi yang datang dan duduk mengapit Fina. Kebetulan itu meja untuk empat orang.

"Apa maksudmu Fin? Kau menjebakku?" Karl berdiri tak terima.

Fina ikut berdiri dan menenangkan, "Tenang Karl, kami disini tak bermaksud untuk menjebakmu, aku hanya berusaha untuk menjalin kerjasama antara kita dengan baik."

Tak melihat kebohongan dimata Fina Karl kembali mendudukan dirinya. Satu demi satu penjelasan diberikan Max, sebenarnya ada sedikit ancaman disana. Jika tidak begitu maka Karl akan sulit untuk didapatkan.

"Kalian ingin menjadikanku mata-mata? Bagaimana jika mereka menemukanku? Aku akan di bunuh, kalian tahu?" Ia sedikit melayangkan keberatan.

"Ini pekerjaan mudah. Kau hanya akan mencari tahu dimana Jack melakukan transaksi setelah itu kami yang akan menanganinya." Jelas Niel meyakinkan.

Great Agent and Genius Girl ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang