"Ti.. Tidak.. Dia bukan kekasihku." sangkal Max dengan wajah merona.
Kenapa semua orang memasangkannya dengan Fina seenaknya?"Max.. Kau disana?" lirih Fina membuka matanya perlahan. Ia mengerjap beberapa kali.
"Aku disini. Kau baik baik saja?" Fina duduk dikepala ranjang dibantu Max.
"Maaf selalu merepotkanmu." sesal Fina merasa bersalah. Max mengernyit bingung. Kenapa Fina harus merasa bersalah? Dia tidak salah apapun, justru dirinya merasa tidak enak sudah membiarkan Fina terkena ulat itu.
Drrtt.. Drrtt.
Fina mengambil ponsel diatas nakas.
"Halo.."
"Fina kau ada dimana?!" penelpon itu sedikit meninggikan suaranya karena khawatir.
"Maaf Niel. Aku masih bertugas. Tunggu sebentar." ia beralih menatap Max dan mengatakan sesuatu.
"Max.. Bisakah kita pulang?" bisik Fina agar Niel tak mendengarnya. Kenapa juga ia harus takut?
"Tapi kau baru saja sadar Fin." balasnya tak terima.
"Aku baik baik saja." Fina membisik lagi.
Tapi Max sudah tidak tahan. Setidaknya Niel bisa mengerti keadaan Fina lebih dulu. Ia merebut ponsel dari tangan Fina mengatakan sesuatu.
"Niel. Ini aku Max."
"Ada apa Max?" Niel menunggu Max.
"Apa kau tahu jika Fina.."
Fina memegang lengan Max dan menggeleng pelan. Ia meminta agar Max tidak memberitahu kondisi nya.
Max merasa tak tega saat Fina memasang wajah memelasnya. Ia akhirnya menghembuskan nafas malasnya.
"Tidak ada. Tunggu kami akan segera kembali." ia menutup sambungan membuat Niel tak berkutik. Dan Fina berterima kasih karena Max mau merahasiakannya.
"Kau yakin?" Fina menganggukinya.
...
Fina hampir sampai setelah meminta izin dari dokter. Lengannya yang terluka kini sudah ditutupi dengan perban agar Niel tak tahu. Meskipun wajahnya sedikit pucat, ia menutupi nya dengan make up.
"Kenapa kau begitu ingin menutupinya Fin? Katakan saja pada Niel, ia pasti akan mengerti." Max masih mencoba mencari jawaban.
"Hanya ingin membuatnya bahagia, itu yang kurasakan untuknya." alasan yang konyol.
"Maaf tapi aku tidak percaya begitu saja." tolak Max. Ia sedikit kesal sekarang.
Max berjalan keluar mengabaikan Fina yang masih kesakitan membuka pintu.
"Max..??" Fina memanggil dengan sedikit ... manja mungkin..
Max mencoba mengatur emosinya, ia berbalik dan membukakan pintu untuk gadis kecil itu. "Terimakasih." jawab Fina sambil tersenyum ceria. Seperti tak ada yang terjadi padanya.
"Fin.. aku sudah menunggumu sejak tadi." manik amber itu memandang Fina dengan penuh kesenangan. Ia berlari memeluk gadis itu dan mengecup keningnya singkat membuat sang pemilik kenikmatan.
Ada hal yang membuat Max terus saja penasaran dengan pasangan ini. "Apa yang akan kalian lakukan setelah ini?" tanyanya terdengar aneh.
"Kami akan makan malam bersama." Niel menjawabnya dan ditanggapi cengiran Fina.
Huft.. Satu hal yang terlintas di benak Max. Pasti Niel meminta Fina untuk memasakannya. Niel kan tidak bisa memasak sendiri.
"Kalian berdua. Ikuti aku." perintah Max dengan tegas dan diikuti keduanya dengan polos.
KAMU SEDANG MEMBACA
Great Agent and Genius Girl ✔
Science Fiction"Maafkan aku." Cicit Fina dengan suara yang hampir menghilang. "Plakk.. seharusnya aku tidak mempercayakannya pada gadis kecil sepertimu." Setidaknya Kelly tidak menyebutnya jalang. Ini lebih baik. Wajahnya kini terasa panas. Lebih tepatnya tubuhn...