Boss menatap tajam kearah Niel yang mencoba menentang keputusannya.
"Niel. Kembalilah duduk. Dan Fina, kemarilah. Tenanglah Boss. Niel hanya khawatir pada Fina." Alby berusaha menengahi mereka, alhasil suasana kembali tenang seperti biasanya. Jika keadaan seperti maka semua orang akan mulai memberontak pada keputusan Boss.
Meskipun wajah Niel nampak tidak senang dengan keputusan ini. Antara senang dan sedih, aku tidak tahu. Karena ada seseorang yang mengkhwatirkan ku namun disatu sisi aku merasa kecewa dia meragukan kemampuanku. Akan kubukti kan padanya jika aku bisa menjaga diriku dan tidak perlu mengkhawatirkanku lagi, Niel. Tekad ku sudah bulat.
Setelah sampai dilokasi yang dituju, Niel tampak kembali bersikap biasa dan tenang. Entah memang seperti itu atau dia hanya berusaha menyembunyikan perhatiannya.
"Aku akan baik baik saja. Jangan khawatir." Ucapku sambil menepuk bahunya pelan.
Niel menatapku dengan kernyitan didahinya. "Lupakan." Kataku tak tahan.
Aku tidak bisa menjadikan diriku sebagai beban pikiran Niel. Bagaimana jika nanyi kami gagal karena dia tak fokus?
Kami melakukan pengintaian untuk mendapatkan informasi.
"Apa Boss serius meminta kita kesini? Apa dia tidak salah tempat?" Bisik Lucy kepada Alby.
"Ini adalah tempat yang sempurna untuk mereka. Dengan keramaian seperti ini akan memperkecil kemungkinan mereka tertangkap karena begitu banyaknya orang." Jawabku atas pertanyaan Lucy yang sebenarnya ditujukan pada Alby. Sebenarnya dalam hatiku aku juga membenci tempat ramai seperti ini. Mengingatkan akan kekurangan ku, tidak punya keluarga yang bisa ku ajak bersenang-senang.
"Wah ..GG memang terbaik. Memahami hal seperti ini." Lucy mengacungkan kedua jempolnya kearahku dengan eksresi berbinar. Sedangkan Alby tersenyum melihat kelakuannya hingga menepuk pucuk kepala Lucy tanda gemas. Wajar saja, Lucy memang seorang wanita cantik yang imut saat melakukan apa saja.
Niel dengan kemeja biru tua dan celana bahan panjang sempurna melekat ditubuhnya datang membawa dua buah crepe ditangannya. Alby dan Lucy bersamaan menyodorkan tangan hendak meminta diberi. Melihat mereka membuat Niel menarik crepe itu mendekat kearahnya. Sejenak dia berpikir lalu memberikan salah satunya untuk Lucy.
"Ini untukmu."
Aku sudah menduga akan seperti ini."Kau jahat Niel. Bagaimana denganku? Dan apa kau tidak membelikannya untuk Fina juga?" Gerutu Alby kesal pada Niel karena tidak diberi.
Astaga.. aku sungguh ingin mencium pria disampingku ini. Bolehkah... aku bahkan sudah tersenyum saat melihatnya saja. Tapinitu tak bertahan lama setelah...
"Mulut pedasnya sepertinya tidak cocok dengan makanan manis seperti ini. Kau beli saja sendiri sana." Senyumku pun luntur berganti tatapan tajam krarah Niel.
Apa.. apa kau bercanda dengan ku Niel? Kau mengajak bertarung denganku? Apa kau tidak bisa mengerem sedikit cara bicaramu yang tidak sopan itu? Tentu saja aku tak mengatakan padanya.
"Apa maksudmu mulutku pedas? Kau mau kulubangi dengan peluru?" Sambarku tak terima. Harga diriku sebagai perempuan terluka disinin, kau tahu?
"Sudah-sudah. Aku akan membelinya juga. Fina, kau tunggulah sebentar. One tidak pernah peka dengan perempuan..Dan kalian jangan menghabiskannya sebelum aku sampai." Alby berlari kearah stand makanan yang menjual crepe yang sama.
"Huh.." Aku mendengus kesal kesal kearah Niel yang tampak tak berdosa dan memakan crepenya. Sungguh aku ingin menampar mulut sia*an itu.
Tak lama kemudian Alby datang membawa dua buah crepe ditangannya menyerahkan salah satunya padaku. Hatiku senang bukan main daat crepe itu berpindah ketanganku. Bukan karena crepe nya yang manis tapi perlakuan Alby yang manis membuatku berbunga-bunga. Setelah ku pegang dan hendak mengigitnya tiba-tiba Alby menyambar crepe milikku dan menggigitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Great Agent and Genius Girl ✔
Science Fiction"Maafkan aku." Cicit Fina dengan suara yang hampir menghilang. "Plakk.. seharusnya aku tidak mempercayakannya pada gadis kecil sepertimu." Setidaknya Kelly tidak menyebutnya jalang. Ini lebih baik. Wajahnya kini terasa panas. Lebih tepatnya tubuhn...