"Alby. Kuserahkan sisanya padamu. Aku akan membawanya pulang." Disaat begini aku akan membutuhkan Alby untuk meminta izin pada Boss."Baiklah. Aku mengerti, serahkan kepadaku. Ayo Lucy." Alby meninggalkanku dan Fina bersama Lucy yang murung.
Ku raih tangannya membawanya mengikuti langkahku.
"Pakai ini." Aku memasangkan helm yang kubelikan untuknya dikepalanya dan tak lupa sebuah jaket kebesaran untuknya, itu milikku! Aku tidak bisa membiarkannya kedinginan karena angin pagi yang membekukan."Pegangan yang erat jika kau tidak ingin jatuh." Tegasku padanya yang masih diam membisu. Setidaknya ia mengangguk paham, itu sudah cukup dari pada diam seperti patung tak bernyawa.
Fina pov.
Aku tidak ingin mendengar kalimat itu lagi. Aku ingin pulang. Siapa dia berani mengatakan Mama seorang jalang? Apakah dia ingin ku lubangi dengan peluru? Apa ibumu tak mengajari caranya menghibur orang yang sedih?Aku tidak tahu kemana Niel akan membawaku, dia hanya bilang akan membawaku pulang. Dan aku memang ingin pulang. Kembali aroma maskulin dari tubuhnya menyeruak kedalam indera penciumanku. Saat aku memluk tubuhnya yang hangat. "Nyaman." Gumamku pelan tentu dia tidak akan mendengarnya.
Saat motornya berhenti kami tiba disebuah rumah mewah sepertinya milik orangtua Niel. Sekilas aku melihat nama Sanders digerbang tadi.
"Kenapa kau membawaku kemari?" Tanyaku yang terus menyeretku hingga kedepan pintu rumah yang besar itu.
"Kau bilang ingin pulang, bukan? Dan aku juga ingin pulang kerumah. Tenang saja semua orang disini baik. Tidak ada yang akan mengganggumu."
Tunggu. Kau tahu bukan itu maksudku.
Terlambat. Kami sudah memasuki rumah itu karena Niel membuka pintunya.
"Dany!! Mommy.. daddy.."
"Dany pulang." Sepasang anak kecil datang berhamburan kepelukan Niel."Bagaimana kabar kalian? Dimana mom and dad?" Tanya Niel pada salah satunya. Ia mengusap kepala keduanya dengan gemas. Mereka sangat menggemaskan dengan pipi chubbynya.
"Kau sudah pulang sayang?" Suaranya begitu lemah dan lembut. Seorang wanita paruh baya datang menghampiri kami bersama seseorang yang kutahu itu pasti Ayah Niel dan wanita itu pasti ibunya.
Tanpa basa basi Niel menghampiri kedua orang itu, memeluknya. Sepertinya ia sudah lama tidak bertemu mereka. Dasar anak durhaka kau Niel.
"Mom. Perkenalkan ini adalah Safina Lowenn, rekan kerjaku."
"Fina. Mereka ibu dan ayahku. Dan disebelahmu itu adik kembarku Riana dan Alan." Ia memperkenalkan diriku pada keluarganya. Apa ini rasanya datang kerumah pacar? Tentu saja aku dan Niel bukan sepasang kekasih.
"Halo aunty.. uncle.. hai Riana, Alan." Sapaku meskipun ini masih sedikit canggung. Tidak sopan jika aku terus terdiam.
"Hai sayang. Panggil kami mom and dad saja." Sudah lama aku tidak mengucapkan panggilan sayang itu pada Mama. Meskipun ini berbeda, tetap saja mereka sama sama seorang ibu.
"Riana, Alan. Bisakah kalian bawa Fina untuk bermain ditaman kalian?" Pinta Niel pada adiknya.
"Aye. Aye captain." Aku terkekeh geli saat mereka kompak seperti itu.
Keduanya menarik tanganku, membawaku keluar rumah menuju sebuah taman yang indah. Jujur aku kewalahan mengikuti keduanya yang begitu bersemangat.
Ada beberapa pohon mapple dan ceri yang sedang berdaun lebat. Dicuaca sepanas ini tempat ini sangat nyaman untuk berteduh.
"Hei Fina. Apa kau kekasih Dany?" Tanya Riana dengan mata berbinarnya. Riana dengan pony tailnya tampak sangat menggemaskan.
"A..apa bu.. bukan." Aku menyangkalnya dengan cepat. Kepolosannya benar-benar berbahaya membuat jantungku hampor copot karena pertanyaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Great Agent and Genius Girl ✔
Fiksi Ilmiah"Maafkan aku." Cicit Fina dengan suara yang hampir menghilang. "Plakk.. seharusnya aku tidak mempercayakannya pada gadis kecil sepertimu." Setidaknya Kelly tidak menyebutnya jalang. Ini lebih baik. Wajahnya kini terasa panas. Lebih tepatnya tubuhn...