~14~

11K 827 3
                                    

Suasana makan malam terasa begitu nikmat, dengan berbagai cerita lucu Riana dan Alan membuat suasana semakin ramai.

Dengan kepolosan dan kekonyolan keduanya menambah kegemasan kami. Orangtua ku memang tak melarang kami berbicara saat makan, karena hanya diwaktu langka inilah kami bisa melakukannya. Mungkin ditambah kehadiran Fina suasana semakin riuh. Canda gurau menjadi satu pada malam ini.

Melihat Fina yang ikut tersenyum mendengar lelucon membuat hatiku merasa tenang. Kenapa? Itu hanya sebuah senyum pikirku.

"Mom. Maafkan aku tak bisa membantu membersihkan semua ini." Ucap Fina menyesal karena tangan yang terluka ia tak bisa membantu. Tangannya sepertinya sudah mulai terada nyeri karena terbentur bebatuan tadi siang.

"Jangan khawatir sayang. Mom bisa mengerjakannya. Lagipula ada Dany disini, dia bisa membantu." Samar kudengar mom menyebutkan namaku. Sepertinya aku yang menggantikan Fina.

"Bagaimana jika kau menidurkan Riana dan Alan?" Usul dad yang berada didepan televisi melihat acara talkshow sedangkan didepannya dua malaikat kecil sibuk bermain. Setidaknya tatap mata mereka saat dad mencoba berbicara. Kau menyeramkan dad. Tanpa melihat langsung menyambar perbincangan kami.

Ruang makan kami memang tersambung dengan ruang keluarga.

"Benar. Kau pasti sudah lelah bermain seharian ini bukan?" Mom memberi sedikit penekanan pada kata bermain.

"Mom.. aku bisa mendengarmu." Sambarku yang masih sibuk membereskan piring dimeja makan. Mom hanya terkekeh geli mendengarnya.

"Tapi.." sepertinya Fina merasa tidak enak. Tapi apa boleh buat tidak ada hal lain yang bisa dilakukannya dengan kondisinya. Seharusnya kau lebih berhati-hati.

"Tidak apa sayang. Pergilah." Bujuk mom dan mendapat anggukan dari Fina. Fina pun menghampiri kedua adikku yang tengah bermain dengan mainan didepan dad.

"Riana-Alan. Ayo kita tidur, besok kalian harus sekolah bukan?"

Sepertinya Fina sudah faham cara merayu mereka, ia terlihat seperti seorang ibu. Itu patut diberi acungan jempol,setidaknya jika mom tidak ada disampingku. Mereka akan membullyku jika tabu aku melakukannya.

Dan lagi-lagi Riana dan Alan mengangguk menurut padanya, keduanya dengan semangat memegang kedua tangan Fina masing-masing menuntunnya kekamar. Siapa sebenarnya gadis ini? Apa ia sudah mempunyai anak? Mereka semua tampak akrab saat bersama.

Aku mulai membantu mom mencuci semua peralatan makan yang usai digunakan.  Mom mengelap dan meletakkannya dirak piring disebelanya. Sedangkan dad, dia masih asik dengan tontonannya sesekali ia akan tertawa karena kelucuan sang pembawa acara.

Aku tidak tahu apa yang dad kagumi dari pembawa acara seperti itu. Memendam kesedihan dalam hatinya sendiri dan memberikan penghiburan pada orang lain saat dirinya sendiri butuh orang lain. Sungguh ironi. Tapi mereka tetaplah seorang profesional sama seperti diriku.

"Aku tidak tahu jika seleramu seorang anak kecil, Dany. Kau terlihat seperti seorang pedofil." Tiba-tiba dad berbicara setelah tertawa.

"Apa?" Aku tidak bisa percaya dengan perkataan Dad. Aku hampit saja tersedak salivaku sendiri. Bisa-bisanya aku dianggap pedofil. Mom hanya tertawa melihat kami sesekali tersenyum kearahku.

"Aku tidak akan membawa gadis kecil kerumah sebagai menantu." Sergahku. Jika hal itu sungguh terjadi maka aku telah dibutakan oleh cinta, mungkin.

"Tapi kalian terlihat cocok." Dad menambahkan. Aku hanya bisa menghela nafas melihat kedua orang tuaku yang begitu bersemangat membahas pasangan denganku.

Great Agent and Genius Girl ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang