Jika kau percaya pada Kuasa Tuhan, kau akan menyadari, jika di setiap kesedihan akan ada kebahagiaan yang menanti di hidupmu. Pertemuan mungkin berakhir dengan perpisahan tapi ingat apa yang di tinggalkan akan selalu jadi kenangan. Jangan putus asa hanya karena Tuhan memberikanmu cobaan, karena Ia juga selalu menyediakan jawaban.
Layaknya Niel dan Fina yang selalu di hadapkan dengan beragam persoalan, tapi dengan kepercayaan akhirnya mereka mendapat kebahagiaan yang di impikan. Meskipun selalu ada yang harus di korbankan,
"Kau sudah berjuang keras Fin. "Niel mencium kening gadis itu merasakan besarnya cinta seorang ibu dalam melahirkan buah hatinya meski harus mempertaruhkan nyawa. Fina tersenyum menikmati kehangatan Niel, suami tercintanya.
"Ehemm.. Bukan maksudku ingin menyela, tapi kupikir kalian harus tahu. Anak itu mungkin akan jadi anak kalian satu-satunya. Karena setelah ini, aku ragu rahim Fina masih sanggup untuk mengandung. Kemungkinan terburuk Fina harus mengangkat rahimnya dan itu artinya ia tak akan bisa hamil lagi. Maaf aku baru mengatakannya." Erick menunduk.
"Tidak apa. Aku berpikir untuk hanya fokus pada mereka berdua. Jangan terlalu menyalahkan diri sendiri." Niel berucap meski hatinya belum sepenuhnya menerima kebenaran ini.
Steven yang melihat ketidakberdayaan Erick untuk pertama kalinya sejak mereka bertemu merasa gemas. Ia menepuk kepala pria itu dengan gemas sambil membersihkan noda yang menempel di sana. "Kau harus membersihkan dirimu." Ujarnya mengusap wajah Erick. Steven tidak sadar jika perbuatannya kini di pandang oleh banyak pasang mata.
Erick hanya tersenyum menikmati sikap perhatian pria cantik ini. "Bagimana jika kau yang memandikanku? Tanganku terlalu lelah untuk sekedar membuka kancingku." Goda Erick.
Memang benar, ia sudah melakukan banyak operasi pagi ini. Dan tidak tahu jika semua ini akan terjadi. Padahal niatnya hanya untuk mengambil obat. Sekarang tubuhnya sangat lelah.
"Kau ini hanya main-main denganku." Steven menjauh. Erick yang semula bertumpu padanya menjadi limbung dan hampir jatuh jika Henry tak menahannya.
"Kau baik-baik saja? Maaf aku tidak sengaja." Panik Steven kembali ke sisi Erick. Semua tak bisa menahan senyum, wajah Steven sudah memerah karena malu.
...
"Hai sayang.. Kau berhasil.." Ujar suara berat namun rendah seseorang. Itu Ad. Ia datang bersama David dan Samantha belakangan.
"Dad.." Lirih Fina menjawab sang ayah. Ad datang memeluk Fina dan di kecupnya berulang kali kening gadis itu yang sudah berseri kembali. Ini hari ke dua di rumah sakit, Erick bilang Fina harus memulihkan kondisinya.
"Lihatlah betapa mungilnya Dia." Ad gemas dengan bayi di gendongannya, ini pertama kalinya ia menggendong seorang bayi, tangan yang biasanya hanya membunuh kini menggendong seorang bayi? Dan bayi itu tidak menangis. Itu sungguh membuat hati Ad melembut sekarang.
"Ini sangat luar biasa, lihat lah betapa mungilnya dia." David dan Samantha tak bisa menahan senyum nya melihat Ad begitu antusias saat bayi kecil itu menggenggam jaringnya dengan seluruh tangan yang kecil.. itu.. benar-benar luar biasa.
"Kau tahu Fin.. bayimu sangat mirip dengan Niel ketika ia lahir, aku tidak menyangka jika mereka adalah orang yang berbeda." Samantha berujar. David ikut mengelus cucu pertamanya. Ia yakin bayi ini akan membuat Keluarga Sanders nya bangga. Ia tak bisa berkat apapun untuk mereka karena ia sudah sangat bersyukur jika Fina bisa memberikan kebahagiaan untuk keluarganya.
"Aku ingin liat juga Dad.." Rengek Riana dan Alan tak kalah. Mereka sangat tidak sabar ingin melihat keponakan kecilnya. Ad pun menundukkan tubuhnya guna memperlihatkan betapa indahnya sosok malaikat kecilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Great Agent and Genius Girl ✔
Science Fiction"Maafkan aku." Cicit Fina dengan suara yang hampir menghilang. "Plakk.. seharusnya aku tidak mempercayakannya pada gadis kecil sepertimu." Setidaknya Kelly tidak menyebutnya jalang. Ini lebih baik. Wajahnya kini terasa panas. Lebih tepatnya tubuhn...