Author pov.
"Wah. Wah. Siapa ini? Nona Sofie kembali lagi? Kau membuat pengorbanan Andreas sia-sia." Ia menyeringai licik kearah Fina yang mengernyit.
Lelaki itu akhirnya angkat bicara tanpa Fina melakukan apapun. Bahkan Fina pun tak menyangka akan secepat ini. Ia kira harus mengeluarkam tenaga ekstra saat membujuknya.
Tapi ia memang tak bisa menutupi rasa penasaran yang timbul mendadak ini.
"Apa maksudmu?" Fina mengernyit bingung atas pernyataan yang didengarnya.
"Kau benar-benar wanita jalang. Begitu mudahnya kau melupakan pria yang rela memberontak untuk menolongmu?" Seperti disambar petir disiang yang cerah, Fina terpukul karena perkataan pria tua itu. Matanya membulat, dadanya naik turun menahan emosinya. Tangannya mengepal erat bahkan nampak buku jarinya memutih. Sesaat lagi ia tidak tahu apakah akan ada yang menghentikannya karena ia yakin sekarang....
Fina yang marah bangkit mencengkram kerah baju pria yang sudah diganti itu dengan kuat. Untuk ukuran tubuhnya yang kecil tenaga Fina boleh juga. Mata bulatnya kini berubah memicing menuntut sebuah jawaban.
"Katakan apa yang kau tahu tentang Sofie Lowenn.!!" Emosinya tak dapat ia kendalikan kembali.
Tapi bagaikan tak punya rada takut, pria itu justru semakin menuangkan minyak keatas tubuhnya sendiri yang terbakar.
"Kau adalah jalang sejati nona Lowenn. Setelah hatimu kau berikan pada Andreas kau memberikan tubuhmu pada orang lain. Bagaimana dengan anak jalangmu itu? Apakah ia bisa hidup bahagia mengetahui keburukan ibunya?" Ekspresi Fina berubah menjadi penuh kebingungan.
"Dengan susah payah dia mengeluarkanmu kau malah sukarela memasuki dunia ini lagi. Apakah lelaki diluar sana kurang untuk memenuhi kebutuhan nafsumu?" Cukup sudah kedabaran Fina di uji. Ia sudah melewati limit kesabarannya.
Buagh.. satu pukulan mentah-mentah diterima pria itu dibagian perutnya hingga terbatuk. Tangan Fina saja sampai memerah karena memukul tubuh pria yang keras seperti kayu itu. Apa ada manusia seperti itu?
"Benar. Beginilah seharusnya nona Lowenn bertindak." Pria itu bahkan tertawa tak mengindahkan rasa sakit ditubuhnya.
Sedangkan Fina harus menahan airmata, kepalanya menggeleng tak percaya dengan hal yang baru saja ia dengar. Ribuan anak panah bagai menghujani jantungnya membuatnya merasakan perih yang luar biasa. Kalimat-kalimat buruk mengenai ibunya terlontar begitu saja dari mulut orang yang bahkan tak dikenalnya.
"Benarkah? Benarkah Mama orang seperti itu? Aku tidak percaya. Itu mustahil." Mulutnya berusaha menyangkal semua yang ia dengar. Tapi tubuhnya merosot tak bisa di bohongi, ia tak sanggup menahan berat badannya ketika hal buruk tentang ibunya terucap bagaikan hujan deras yang tak kunjung reda. Kedua tangannya menutup rapat pendengarannya. Dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya.
"Jalang. Benar-benar jalang. Kau adalah jalang sejati Sofie." Orang itu terus menerus mengatakannya seperti pemutar musik yang tiada henti berbunyi.
"Tidak. Tidak. Tidak!!!!! Itu tidak benar." Tangisannya terdengar histeris. Bukan ini yang ingin di dengarnya.
"Mama tidak seperti itu. Mama bukan orang seperti itu. Mama bukan Jalang!!!!" Teriakannya justru membuat orang itu semakin tertawa lepas melihat penderitaan Fina yang dilihatnya sebagai Sofie.
"Seseorang tolong hentikan dia!!" Teriak Fina menggelegar keseluruh ruangan kecil itu. Dan doanya terkabul ketika...
Seorang pria datang melayangkan tinjunya yang kedua untuk pria yang sudah menggila itu hingga terjatuh kesakitan. Pukulan itu begitu keras, setidaknya akan ada satu tulang rusuk yang patah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Great Agent and Genius Girl ✔
Fantascienza"Maafkan aku." Cicit Fina dengan suara yang hampir menghilang. "Plakk.. seharusnya aku tidak mempercayakannya pada gadis kecil sepertimu." Setidaknya Kelly tidak menyebutnya jalang. Ini lebih baik. Wajahnya kini terasa panas. Lebih tepatnya tubuhn...