Daniel pov.
Aku pasti sudah gila melakukan ini.
"Halo." Akhirnya dia mengangkatnya juga. Tunggu.. kenapa aku peduli dengan itu?
"Bagaimana dengan pekerjaanmu?" Tanyaku basa basi.
"Tidak ada yang spesial." Jawabnya singkat. Ada apa ini? Kenapa aku tidak rela mengakhiri percakapan ini dengan singkat?
"Ka.. kau sedang apa?" Betapa konyolnya tingkah ku ini.. adakah lubang untuk mengubur rasa malu ini?
"Aku? Hanya sedang berendam untuk menenangkan pikiran." Berendam? Pikiranku langsung tertuju pada tubuh polos Fina yang malam itu kulihat.
"Bisakah kita melakukan Video call?" Asalku bicara.
"Kau gila. Tidak. Untuk apa. Dasar mesum." Puft. Aku bisa tahu bagaimana ekspresinya sekarang meski tak bisa melihatnya.
"Aku merindukanmu." Ujarku singkat tanpa berpikir panjang.
"Apa? Jangan bercanda."
Dan dia mengakhiri panggilan sepihak. Sebegitunya kau membenciku?
Apa yang kau pikirkan Niel? Kau harus ke rumah sakit sekarang.Sial.. aku sungguh ingin bertemu dengannya.
Brakk..Fina pov.
"Aku merindukanmu."
"Aku merindukanmu."
"Aku merindukanmu."Apa apaan dia itu? Apa otaknya bergeser? Bisa-bisanya mengatakan hal konyol begitu. Astaga wajahku rasanya memanas. Dan ku yakin sekarang sudah seperti kepiting rebus.
Kruyukkkkk... Ah.. laparnya.. ku pegang perutku yang mulai kelaparan. Hampir saja aku melupakan urusan perutku karena Niel.
Aku melangkah ke dapur dan memasak makanan sederhana. Ini makan malam jadi tidak perlu memakan makanan berat atau kau akan bertambah gemuk. Meskipun beratku tak pernah bertambah banyak sejak aku datang ke Amerika.
Tanpa kusadari aku memasak dua porsi. Ini kebiasaan karena biasanya Niel yang makan bersamaku. Rasanya berbeda saat pria itu tak ada. Harus ku apakan makanan ini?
Alby?? Ah iya. Siapa tahu Alby juga belum makan. Lebih baik ku berikan padanya, pikirku. Ini adalah langkah awal untuk lebih dekat dengan Alby. Kau memang jenius Fina.
*author : itu hanya karena kau berlebihan Fina. Lagi pula ini karena kau mengingat Niel masih bersamamu.
Kasihan kau Alby.Aku berdiri didepan pintu kamar Alby bersiap mengetuknya.
Cklek.. aku menoleh ke belakang dimana sumber suara itu berasal.
"Apa yang kau lakukan disana?" Tanyanya dengan nada datar.
"Kau mau kemana malam-malam begini?" Aku mendekat dan menghalaunya untuk pergi. Ia sudah bersiap seperti akan pergi dengan jaket hitamnya.
"Bukan urusanmu. Aku ingin beli makanan. Kau mau aku mati kelaparan karena mengurungku di apartemen seharian?" Belanya.
"Ini sudah malam. Berbahaya untukmu keluar sendiri. Jika kau lapar, ini ku berikan padamu." Kusodorkan kotak bekal kearahnya. Dan dengan polosnya ia menerimanya. Bahkan setelah kejadian tadi siang ia tak ada rasa canggung sedikitpun.
"Kalau begitu aku pergi." Pamitku undur diri.
Dalam hatiku,
Kau gila Fina. Kenapa kau malah memberikan padanya? Lalu bagaimana dengan acara PDKT mu dengan Alby? Bodoh.
Rasanya aku ingin menjambaki rambutku karena frustasi."Tunggu." Apa lagi sekarang? Aku berbalik memasang wajah datarku. Sambil menyilangkan kedua tangan didepan dada.
"Ambil tempat ini sendiri. Aku tidak ingin mengantarkannya padamu." Dasar gadis angkuh yang menyebalkan. Bilang saja kau tidak ingin makan sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Great Agent and Genius Girl ✔
Fiksi Ilmiah"Maafkan aku." Cicit Fina dengan suara yang hampir menghilang. "Plakk.. seharusnya aku tidak mempercayakannya pada gadis kecil sepertimu." Setidaknya Kelly tidak menyebutnya jalang. Ini lebih baik. Wajahnya kini terasa panas. Lebih tepatnya tubuhn...