~28~

8K 496 7
                                    

"Menyerahlah Niel. Dia sedang marah padamu." Ujar Max membuat Niel kian murung.

"Max." Sentak Fina hanya ditanggapi endihan bahu, acuh.

"Oh ya. Aku penasaran dengan satu hal. Apa semalam kalian berdua.." Ia sengaja menggantung kalimatnya dan berhasil. Yang merasa menatap Niel penuh arti.

"A.. apa? Kami tidak melakukan apapun." Fina yang merasa dirinya semalam terbangun dikamar lelaki lain selain Niel.

"Jadi kalian benar-benar bermalam bersama?" Ia tak percaya.

"Tenanglah Niel. Jika ini sesuai dengan apa yang kau maksudkan maka tidak terjadi apapun diantara kami." Sambung Max meluruskan kesalahpahaman. Cepat atau lambat Niel juga pasti akan mengetahuinya.

Niel menyilangkan tangan di dada, "Kau memperlakukan ku begini tapi tidak dengan Max." Kini ia berbicara seolah menjadi korban perselingkuhan.

"Tenanglah Niel. Aku bersumpah tidak ada yang terjadi. Kenapa kau tidak mempercayaiku?" Ucap Fina memegang lengan Niel. Tapi Niel mendengus, sekarang ia yang berusaha untuk mengacuhkan Fina.

"Lakukan sesukamu dan aku akan melakukan hal yang ku inginkan juga." Tambah Niel membelakangi Fina.

"Niel.."

"...hhmmpp.." Niel dipaksa untuk menatap gadis itu dengan bibir yang sudah bertautan dengan miliknya. Kini Fina yang memulainya, sungguh.

"Hei kalian.. setidaknya lakukanlah setelah kita usai melaksanakan misi." Sela Max pun tak menghentikan Fina. Ia pu mengeleng gelengkan kepalanya seolah tak percaya.

Ada yang aneh dengan gadis itu, tapi Niel tak membencinya. Ia menekan tengkuk Fina beralih memimpin. Niel menjulurkan lidahnya, mengabsen deretan gigi yang tersusun rapi itu dan mengecap rasa bibir Fina dengan dalam. Gadis itu tampak kewalahan.

Fina terengah saat pasokan oksigen mulai menipis dari paru-parunya. Wajahnya memerah dan terasa panas. Mungkin ini efek ciuman tadi.

"Kita sudah sampai Tuan dan Nyonya." Lawak Max sedikit jengkel.

"Kita lanjutkan urusan ini nanti." Ucap Niel mengusap bibir Fina yang sedikit bengkak. Ia ingin merasakan lagi sensasi manis bibir itu.

"Tidak lagi." Ucap Fina dengan wajah semerah tomat. Dan tak lupa ia memberikan cubitan kecil dipinggang Niel hingga mengaduh.

"Jangan berlebihan Niel." Fina tak percaya jika itu akan menyakiti Niel. Niel merenges meskipun ia benar-benar kesakitan, cubitan itu seperti milik Samantha. Tapi ia hanya ingin menyenangkan Fina dan mengalah.

"Lama sekali." Seorang pria yang selalu menampakkan tato dilengannya menghampiri ketiganya.

"Oh Karl. Bagaimana? Apa kau menemukannya?" Max bertanya, ia sudah tak sabar lagi.

"Dia ada didalam bangunan itu. Dan itu dijaga cukup ketat dengan beberapa gadis seperti nona ke..Fina." Jelasnya. Ia selesai melaksanakan tugas sebagai mata-mata untuk Max.

"Itu pasti para gadis jenius. Tidak salah lagi." Sambung Fina yang baru mendekat dengan Niel dibelakangnya.

"Hei Fin. Kau baik-baik saja? Wajahmu terlihat kurang sehat." Tanya Karl, ia melihat wajah gadis itu memerah. Atau mungkin pria dibelakangnya itu penyebabnya?

"Ti.. tidak. Aku baik-baik saja."

"Kau tidak akan percaya. Dia..ughh.." Niel hendak pamer pada Karl tapi terhenti karena Fina lebih dulu memukul perutnya.

"Jangan mengatakan hal yang aneh." Cebik Fina merajuk dan meninggalkan Niel.

"Tapi dia benar Fin. Kau yakin baik-baik saja?" Max juga sependapat dengan Karl.

Great Agent and Genius Girl ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang