~37~

6.3K 375 3
                                    

"Kau..."

"Itu benar. Saya adalah Steven Hunnington. Teman kuliah sekaligus sekretarisnya yang baru, Aku sudah banyak mendengarmu dari Tuan Sanders, saya ucapkan terimakasih sudah menjaganya selama ini."

"Tidak-Tidak.. Bukan itu maksudku. Kenapa kau bisa sampai disini? Bukankah kau .."

"Tuan Sanders khusus memanggilku kemari." Seolah mengerti Max mengangguk paham.

"Baik lah.. Kalo begitu kau harus bersikap biasa padaku. Seperti kau berbicara pada Niel.

"Baik. Saya mengerti. Kalau begitu saya permisi." Pamit Steven undur diri. Semua mengangguk tak terkecuali Jack dan Charlie.

Pria itu sepertinya bisa diandalkan. Batin Max.

"Bukakah dia tampan Max?" Goda Charlie. Ada nada aneh di pelafalannya membuat Jack berkerut alis mendengarnya.

"Apa maksudmu. Aku masih lurus kau tahu?" Teriak Max penuh kekesalan, ia tahu maksud Charlie sebenarnya. Sedangkan Alby dan Karl hanya bisa tertawa kecil melihat pertengkaran keduanya. Dan Jack masih dengan pandangan datarnya.

"Siapa yang tahu kan?" Balas Charlie mengendihkan bahunya acuh dengan tatapan membunuh Max. Dia tidak takut sama sekali.

"Jadi.. haruskah kita kembali ke masalah?" Jack menyela. Ia tak tahan jika harus menunggu percakapan konyol ini berlangsung.

"Hampir saja lupa." Tepuk Karl pada keningnya khas anak kecil yang lupa.

"Jadi.. apa yang kalian temukan." Max kembali serius menambah kesan gagah di mata para gadis yang melihatnya.

Jika kalian bertanya mereka ada dimana... tentu saja ada di Bar.

"Percuma saja. Aku tidak bisa menemukannya. Informasi yang kudapatkan tidak bernilai sedikitpun." Charlie menggeleng gelengkan kepala seperti pasrah dengan apa yang di dapatkannya.

"Tentu saja.. kau hanya menggunakan koneksi para bawahan cantik mu." Max menepuk kepala Charlie dengan sendok minuman.

Karl tak bisa menahan tawanya. "Kenapa? Mereka yang sukarela bersama kita. Kenapa tak mencoba memanfaatkannya?" Jawab Charlie enteng.

"Apa kau juga menganggap Fina begitu?" Tanggap Alby tak terima. Bukan hanya Alby semua memandang Charlie dengan marah.

Apa begitu pemikiranmu tentang wanita selama ini? Itulah isi pikiran keempat pria lainnya.

Merasa tersudut Ia pun mengaku. "Oke-Oke.. aku yang mencari informsi itu sendiri. Bukan mereka. Salahkan aku yang tak bisa menemukannya." Charlie menutup wajahnya dengan kedua tangan. Rasa malu membuat wajahnya memanas. Bukan hanya itu, matanya juga terasa akan mengeluarkan air mata.

"Aku tahu kau payah, jadi jangan menangis lagi." Cibir Max membuat menepuk bahunya pelan. Mata hazel nya menatap manik elang itu dengan tajam.

"Hentikan! Apa kalian tidak lelah terus berdebat?" Tegur Alby menjewer keduanya tanpa ampun. Tak ayal mereka pun mengaduh kesakitan.

 "Jadi Jack ..Apa kau menemukan sesuatu?" Max kembali serius.

"Jika aku menemukannya aku tidak akan ada disini bersama kalian dan langsung menjemputnya." Sergah Jack. Mengingat status Fina yang tengah mengandung anaknya.

"Aku juga aku juga." sahut Karl antusias. Ia terlihat menikmati keadaan.

"Jadi .. apa yang kau temukan Karl?"

"Aku tidak menemukan apapun. Tapi aku punya pendapat. Bagaimana jika kita mencari Nona Kecil di luar negeri? Maksudku,, Pasti ada kemungkuinan dia hidup di negara lain dan menyembunyikan identitasnya dari Lucy." Gagas Karl di tanggapi serius lainnya.

Great Agent and Genius Girl ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang