"Fina..!!!!" ia berlari dan menghampiri gadis itu.
"Ni..." Nafasnya selalu direnggut disaat pelukan hangat dan erat menyelimutinya. Air mata Fina tak bisa dibendung lagi. Entah sudah berapa kali ia memperlihatkan sisi lemahnya pada pria tampan satu ini. Tapi satu hal yang pasti, Fina ingin agar pria ini juga yang akan menutup kelemahannya dan mengubanya menjadi kekuatan.
"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Niel melepaskan pelukannya. Ia mengusap air mata Fina dengan ibu jarinya.
Fina terpejam menikmati sentuhan lembut Niel. Ia menggeleng, kembali memasang senyum tulus. "Aku merindukanmu." Elak Fina.
Tapi Niel tahu jelas apa yang dipikirkan Fina. "Jangan membuatku tertawa Fin. Aku ada didalam kenapa kau mencariku di luar?"
Niel tidak bisa diajak bercanda sedikitpun. Alhasil gadis itu memberikan cubitan kecil dipinggangnya. Tapi Niel tidak akan keberatan selama Fina bisa tersenyum seperti sekarang.
"Haruskan kita kembali?" Ajaknya dan diangguki sang gadis.
"Apapun untukmu my princess." Niel mengangkat tubuh Fina yang seringan kapas.Fina di buat merona hanya karena melihat wajah Niel yang begitu dekat. Ia bahkan bisa merasakan aroma segar mint berhembus dari nafas Niel. Tanpa pikir panjang ia meraup bibir tebal Niel. Kali ini ia yang memulai.
Manik amber itu membulat. Ia tak menyangka mendapatkan kejutan dengan tiba-tiba. Tapi apalagi yang bisa di lakukan Niel selain membalas ciuman itu dengan tangan yang masih menopang tubuh Fina. Jarang-jarang gadis ini yang memulai lebih dulu.
Bukan masalah.
Untuk sejenak Fina melupakan apa yang terjadi beberapa jam sebelumnya. Ia memiliki Niel, tidak ada yang harus ditakutkan lagi. Pria ini menerima dirinya apa adanya.
***
"Kau tahu Fin? Kau tidak perlu memaksakan dirimu. Ambil waktu untuk beristirahat dari misi sementara." Seorang pria bermata elang duduk di kursi barunya. Dia adalah Max, pria yang khawatir karena Fina. Begitu hari berganti ia sudah menemukan Fina kembali bekerja bersama kekasihnya. Bukan ia tak suka. Hanya saja.. apa Fina baik-baik saja?
Fina yang berdiri dihadapan Max menjawab, "Jangan khawatir. Aku baik-baik saja. Tidak perlu cemas." Semua ia lontarkan tanpa pikir panjang lagi.
Max ingin menyanggah tapi saat melihat senyum gadis itu merekah didekat Niel membuatnya tak tega untuk memisahkan mereka. Pikirnya akan baik-baik saja selama Niel ada di samping Fina.
"Kau menang Fin. Kau bisa bekerja seperti biasa. Tapi jika kau merasa sesuatu tidak beres segera beritahu kami. Kau mengerti?" Nasehat Max membuat Fina berpikir sejenak. 'Apanya yang tidak beres?' Gumamnya dalam hati. Untuk kali pertama ia tak mendapatkan jawabannya. Tapi Fina hanya mengangguk polos biasa saja.
...
"Lama sekali. Apa yang kalian bicarakan didalam?" Niel yang merangkul pinggang Fina dengan possessive bertanya. Ia cemburu keduanya begitu lama didalam ruangan.
"Tidak ada Niel. Kenapa kau bertanya seperti itu?" Fina berhenti lalu mendongak guna menatap manik indah itu. Perbedaan tinggi jadi penyebabnya.
"Aku cemburu kau tahu?" Niel terang terangan. Ia juga menundukkan wajahnya begitu dekat dengan Fina.
"A.. apa yang kau katakan? Tidak masuk akal." Sangkal Fina mengalihkan atensinya ketempat lain. Ia malu.. malu karena wajahnya yang sudah memerah bak tomat masak. Jantungnya berdetak begitu kencang hanya karena kalimat sederhana itu.
Sejujurnya ia sangat senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Great Agent and Genius Girl ✔
Fiksi Ilmiah"Maafkan aku." Cicit Fina dengan suara yang hampir menghilang. "Plakk.. seharusnya aku tidak mempercayakannya pada gadis kecil sepertimu." Setidaknya Kelly tidak menyebutnya jalang. Ini lebih baik. Wajahnya kini terasa panas. Lebih tepatnya tubuhn...