~2~

49.2K 1.9K 12
                                    

Hari berikutnya aku dibawa mereka sesuai dengan permintaan disurat terakhir Mama. Tempat yang aneh, pikirku. Letaknya saja ditengah hutan, namun fasilitasnya tak main-main. Tak disangka ada tempat seperti ini, terlebih nyata.

Banyak petugas bersenjata berjaga di gerbang masuk.

Begitu melangkah lebih jauh mataku serasa dimanjakan oleh berbagai teknologi canggih disana.

Seseorang menghampiri, membawaku masuk ke sebuah ruangan, mirip seperti ruang pemeriksaan rumah sakit, namun lebih modern. Aku melakukan semacam test, seperti ujian sekolah. Disuguhi berbagai persoalan dalam sebuah layar komputer.

Hari berikutnya lagi Aku dipaksa melakukan semacam penelitian. Kulihat banyak wanita disini, tidak, lebih tepatnya semua yang melakukan penelitian adalah wanita, kecuali para petugas.

Kami menjalani hari seperti pelatihan tentara hampir 1 bulan lamanya. Namun tak sesederhana itu, penelitian kami berlanjut pada pembuatan obat. Kami hanya diberikan alat untuk mengolahnya dari tumbuhan yang kami tanam dan rawat disana. Tak jarang mereka memberi resep dan kamilah yang membuatnya. Aku sudah menduganya jika ini adalah narkotika.

Ketika aku menanyakannya mereka tak menjawabnya dengan jujur. Saat Aku bertanya apa alasan kami harus membuatnya katanya itu adalah obat-obatan yang nantinya akan dijual dan hasilnya di gunakan untuk pengembangan tempat ini lebih lanjut.

Meskipun separuhnya adalah kebohongan, aku akan melanjutkannya, mengikuti sampai mana mereka mampu bertindak.

Yang paling mengundang rasa penasaranku sekaligus intuisi wanita milikku adalah sebuah ruangan yang konon katanya segala jenis data berkumpul. Apa lagi jika bukan pusatnya, ruangan dengan himpunan peralatan digital seperti komputer dan lain sebagainya. Saat aku melihat sekilas akses keruangan itu sangat ketat. Memang tidak ada penjaga yang mengawasi tapi memerlukan ID card petugas yang berwenang untuk bisa masuk.

Aku harus merencanakan sesuatu untuk bisa masuk kedalam dan mencari tahu apa saja rahasia penting tempat ini.

Selanjutnya pelatihan kami sampai di pembuatan alat maupun senjata api. Tak ingin melewatkan kesempatan, aku membuat sebuah perangkat baru seperti alat penyadap super mini. Aku berencara untuk melakukan hal gila ini tadi pagi.

Masalah baru sekarang timbul, ID card siapa yang akan ku gunakan atau lebih tepatnya aku curi?

Jeremy Shawn. Kulihat dirinya sepertinya tertarik denganku ditambah ia juga petugas yang bekerja di ruang pusat. Siapa yang bisa menolak daya tarik wanita cantik sepertiku.

Oh ayolah.
Ini bukanlah sebuah kebohongan, karena fisikku memang benar bisa dibilang sempurna mendekati bidadari, biasa orang Indonesia menyebutnya.

Dengan iris dan rambut hitam sedikit cokelat, bibir sensual merah muda, hidung mancung dan wajah ramping siapa yang tidak tertarik denganku? Banyak yang menyukaiku tapi karena cara bicaraku sedikit blak-blakan dan sifatku, mereka banyak yang menjauh.

Siapa peduli banyak teman jika hanya ada maunya saja.

Beberapa kali Jeremy mencoba menggodaku. Pemandangan petugas menggoda kami para wanita disini sudah biasa. Justru sepertinya setiap petugas wajib menggoda satu wanita. Menjadikannya seolah berpasangan. Meskipun usia mereka terpaut jauh dengan kami seperti dua berbanding satu, sebut saja ayah dan anak. Sayangnya kecerdasan mereka dikalahkan oleh hasrat wanitanya hingga dengan mudah menerima perasaan para lelaki laknat.

Malam ini akan menjadi malam eksekusi.

Pasalnya malam ini akan ada pesta anggur yang diadakan para petugas tidak ada pengecualian. ID card Jeremy sudah kudapatkan dimalam sebelumnya ketika ia menggodaku.

Tapi jika aku beraksi, mereka akan sadar jika aku tidak ada. Karena para pria pasti membawa setiap wanita incaranya, tapi jika aku juga ikut lantas siapa yang akan menyalin datanya? Aku butuh wanita yang tidak diminati para petugas itu.

Setelah beberapa hari mengamati, aku menemukan kandidat yang cocok.
Karina Yuu. Sepertinya dia tepat. Penampilan fisiknya tidak begitu dipedulikan mereka, dengan wajah penuh dengan bintik hitam, rambut yang dikepang dua sekaligus kaca mata besar yang memperburuk matanya ketika dilihat sangat pas untuk misi ini. Penampilan tidak masalah jika kecerdasanmu diatas rata-rata. Hanya menunggu ia bersedia atau tidak menerima tugas ini.

Aku memulai pendekatan. "Apa kau tidak membenci tempat ini?" Bisikku pelan disamping kursinya. Kami disini selalu diawasi.

"A..apa maksudmu."

Aku membisikan semua rencanaku padanya dan sudah kuduga dia pasti akan menerima dengan alasan kebebasan. Ini adalah penjara bagi kami.

"Hei.. kalian apa yang kalian bicarakan?" Seketika kami tertegun, menghentikan percakapan kami yang lebih mirip seperti berbisik.

"Nothing Sir." Balasku mengurai senyum.

Yosh..
Semua siap tinggal melaksanakannya saja.

Malam tiba kami semua berkumpul dalam sebuah ruangan luas berisi berbagai anggur merek atas ada juga sebagian yang kami produksi sendiri, memperkecil kebutuhan ekster. Saking pekat, atmosfernya bisa membuat orang mual jika tidak terbiasa. Dengan alat pendengaran super kecil yang kubuat seperti anting, Aku dan Kirana berkomunikasi. Kini dia sudah masuk kedalam database komputer. Pesta anggur ditempatku juga sudah mulai.

Dengan cepat jemari lentik Karina menari diatas keyboard, menjelajah ke setiap file yang ter-enkripsi dengan lihai. Aku harap kami menemukan data pentingnya.

Para petugas dan wanitanya juga sudah mulai mabuk tanpa terkecuali Jeremy yang sekarang membawaku kekamarnya.

"Gawat. Kesadaranku.." Kepalaku mulai terasa berat, mataku mulai mengabur karena efek alkohol yang begitu tinggi. Aku pasti tidak punya ketahanan terhadap senyawa satu ini.

"Fin. Fina? Kau baik-baik saja." Suara Karina bergetar dan cemas.

"Tidak apa-apa. Kau lanjutkan saja dan copy semuanya jika sempat." Bohong jika aku baik-baik saja.

Sekarang aku sudah mendarat diranjang kecil empuk milik Jeremy. Tanpa tenaga, tanganku diikatnya ke kepala ranjangnya. Perlahan dia membuka pakaianku menyisakan kulit putih mulusku yang terekspos.

Apakah aku menggali kuburanku sendiri? Dalam hati.

Tangan besarnya mulai menggerayapi tubuhku, payudaraku terasa seperti diremas dan memang itulah kenyataannya. Bahkan aku merasakan benda kenyal basah menggelikan diujungnya. Satu desahan lolos begitu saja, sungguh aku membenci mulut ini, karena berikutnya pun sama. Jika dalam keadaan normal aku pasti akan menegang dan memberontak, karena dibawah pengarih alkohol rasanya kepalaku akan pecah dan tubuhku lemas tak berdaya saat tangannya mulai bergerak ke bagian yang lebih intim lagi. Jemarinya bergerak turun menyusuri perutku yang sensitif oleh sentuhan. Lagi dan lagi desahan lolos dari bibirku.

"Fina? Kau disana? Apa yang mereka lakukan sungguh biadap dan tidak berperikemanusiaan. Keluarlah dari sana sebisa mungkin, aku membawa filenya bersamaku." Katanya tergesa-gesa.

Aku harus keluar dari tempat ini.

...

Edisi Revisi.

Maaf kalo part ini terlalu..
Maklumkanlah cuman segini kemampuan author. 😄😅

Arigatou...
28 Februari 2021

Great Agent and Genius Girl ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang