Degh. Degh. Degh.
Srek.. Fina mundur beberapa langkah menetralkan detak jantung yang semakin cepat."Ada apa Fin?" Niel mendekat karena khawatir dengan perubahan mendadak Fina.
Itu karena mu Niel."Apa? Tidak ada. Aku baik-baik saja. Kalau begitu, aku pergi dulu." Fina mendongak dan menatap netra amber Niel lekat. Tak ada kebohongan dimatanya. Apa ia pantas bersenang senang disaat seperti ini?
"Mau kemana?" Cegah Niel menahan kaki Fina untuk melangkah lebih jauh lagi.
"Ha? Ada ap.." Fina terkejut, saking terkejutnya kakinya melemas. Apa yang dilakukan Niel sekarang?
"Ni.. Niel..?" Cicit Fina dengan wajah memerah bak tomat.
Hembusan angin yang lembut mampu menerbangkan rambut Fina dan menggoyangkan surai hitam Niel. Ada aroma lain tercampur dengan aroma bunga yang terbawa olehnya.
"Aku ingin melakukannya sejak tadi tapi tak bisa. Berhati hatilah." Kecup Niel singkat didahi Fina membuat gadis itu kian berdetak tak karuan.
Tatapan Fina mengosong. Yang ia lihat sekarang hanyalah wajah Niel sedang mengungkapkan perasaan dihadapanya. Kenapa Niel malakukan ini? Apa bekal yang ia masak beracun?
Dengan polosnya Fina memeriksa suhu tubuh Niel dengan telapak tangannya. Ia sedikit kesulitan awalnya tapi pria itu seperti tahu apa yang dilakukan Fina malah membungkukkan badannya.
"Bagaimana? Apa aku sakit?" Tanya Niel membuat lamunan Fina lenyap. Dan menggeleng patuh. Kekehan kecil Niel terdengar begitu melihat tingkah lucu Fina.
"Jangan bercanda Niel. Sudahlah aku pergi. Hati-hati dijalan." Fina melenggang pergi dengan perasaan berkecambuk. Sepertinya Niel sudah gila sampai membuatnya bergidik ngeri.
Niel hanya bisa menyunggingkan senyumnya tat kala melihat tingkah malu-malu Fina. Seandainya Fina tahu betapa merah wajahnya sekarang, ia pasti akan tertawa kegirangan.
Fina menghampiri Alby yang sudah lama ditinggalnya. Pria itu duduk dibawah pohon rindang dekat taman. Semilir angin yang menerpa wajahnya menambah karisma seorang Alby. Lagi lagi hati Fina dicuri olehnya.
Inilah yang Fina cari dari seorang pria, sisi coolnya. "Maaf membuatmu menunggu lama." Fina duduk disamping Alby yang sedang membaca buku.
"Tidak apa. Kau sudah bertemu dengannya?" Alby menutup buku itu. Fina penasaran dengan apa yang dibaca pria selembut ini.
"Iya. Kau membaca apa sampai tak menyadari kedatanganku?"
"Apa.. ah.. ini.. " Sikap malu-malu Alby membuat Fina semakin panasaran dibuatnya. Ia berniat merebut buku di genggaman tangan itu meskipun sang pemilik tak mengizinkannya.
"Ayolah Alby." Rayu Fina dengan masih tetap bergulat dengan tubuh kekar Alby.
"Ja.. Jangan Fin.. ini tidak ..."
Pluk.. buku itu terjatuh dan terlempar cukup jauh karena Fina berusaha menariknya dengan keras tapi Alby tak sengaja melepaskannya.
"CARA AMAN MENJADIKAN TEMAN SEBAGAI PACAR." Baca seorang gadis bernetra zamrud dengan keryitan dialis terlihat jelas.
"Buku apa yang kalian perebutkan ini?" Gadis itu menanggapi. Ini sudah saatnya istirahat dan sesuai janji ia datang ketempat Alby dan Fina. Awalnya ia menolak dengan keras tapi karena sudah mendapatkan suap maka ia menyetujuinya.
Wajah merona Alby begitu membuat Fina berdebar kencang. Sejak kapan Alby bisa malu begitu? Astaga, aku ingin mengarungi wajah itu.. gemas Fina.
"I.. ini bukan apa-apa." Alby kembali merebut bahan bacaannya. Masih dengan wajah dan telinga yang semerah tomat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Great Agent and Genius Girl ✔
Science Fiction"Maafkan aku." Cicit Fina dengan suara yang hampir menghilang. "Plakk.. seharusnya aku tidak mempercayakannya pada gadis kecil sepertimu." Setidaknya Kelly tidak menyebutnya jalang. Ini lebih baik. Wajahnya kini terasa panas. Lebih tepatnya tubuhn...