10. Manis

873 77 11
                                    

Pandu menepikan motor ketika dering handphone berbunyi beberapa kali. Ia pun segera mengambil handphonenya dari saku dan mengangkat panggilan telepon itu.

"Apa?"  tanya Pandu setelah panggilan terhubung.

"Masih sama Ealin?"

"Masih, kenapa?"

"Cariin kakaknya. Kenapa handphonenya gak aktif?"

Pandu menoleh kebelakang, "Handphone lo mati?"

"Heem," jawab Ealin.

Pandu kembali menghadap kedepan, "lowbat handphonenya,"

"Oh yaudah, buruan balik uda ditunggu,"

"Oke,"

"Siapa?" Tanya Ealin.

"Tasya," Pandu menolehkan kepala menghadap  Ealin di belakangnya.

"Oh,"

Hati Ealin memanas, emosinya membara begitu saja. "Enak banget si Tasya bisa deket sama Pandu," ucapnya dalam hati.

"Lo gak bilang kalau pulangnya telat?" tanya Pandu membuyarkan lamunan Ealin.

Ealin menggelengkan kepala. "Handphone gue kan mati,"

"Bakal dimarahin gak pulang jam segini?"

Ealin pun melihat jam di pergelangan tangannya. Menandakan pukul 18: 05 dan artinya tidak masalah jika pulang larut sore. "Nggak,"

Pandu kembali memacu sepeda motor, mengingat waktu sudah magrib dan membawa seorang gadis. Pandu mengurangi kecepatan motor karena jalanan lumayan ramai. Pandu mengembuskan napas berat jika dirinya dan Ealin terjebak dalam perjalanan.

Setelah lamanya bergulat dengan padatnya jalan, akhirnya mereka sampai di depan rumah yang bermodel klasik modern. Ealin pun segera turun dari motor dan mengembalikan helm pada Pandu.

"Makasih," Ucap Ealin.

Pandu mengangguk. "Gue nggak ada utang lagi buat ngajarin lo fisika,"

Di lubuk hati yang terdalam, Ealin benar-benar sedih mendengar penuturan Pandu. "Oke," Ealin berusaha menyembunyikan rasa sedihnya. Toh ia bukan siapa-siapanya Pandu.

Keduanya pun dilanda keheningan, tak ada yang berbicara. "Sana pulang!" seru Ealin lirih.

"Ngusir?" Pandu menaikkan satu alisnya.

"Nggak!" seru Ealin.

"Terus?"

"Emangnya lo mau di sini terus?" Ealin balik tanya.

Pandu terkekeh pelan. "Lo masuk aja dulu!" perintah Pandu.

"Lo pulang dulu,"

"Lo aja yang masuk dulu," Pandu kembali memerintahkan Ealin untuk masuk rumahnya.

Ealin memanyunkan bibir, ia tidak kesal ataupun marah, Ealin hanya gemas perlakuan Pandu.

"Sana masuk!" Mata Pandu berhasil memikat manik mata Ealin, kemudian  ia tersenyum manis sembari mengacak puncak rambut Ealin.

Sial! Perlakuan Pandu membuat Eali mati kutu. Organ jantungnya pun mulai bertalu-talu tak karuan. Mata tajam Pandu berhasil meluluh lantakkan Ealin saat ini juga. Buru-buru Ealin memutus kontak mata dengannya. Perlakuan Pandu sungguh membuat Ealin  salah tingkah. "Astaghfirullah senyumnya," batin Ealin.

Tanpa sepatah kata Ealin berjalan meninggalkan Pandu.

Pandu tersenyum simpul memperhatikan punggung gadis yang mulai menjauh darinya.

Segera Ealin membuka gerbang rumah setibanya, "Cepet pulang!" perintah Ealin sebelum menutup kembali gerban rumahnya.

"Iya. Lo buruan masuk,"

Ealin pun menutup gerbang rumahnya dengan sedikit gemetar. Buru-buru ia masuk ke dalam rumah dengan berbagai perasaan campur aduk.

"Assalamualaikum," salam Ealin setelah masuk ke dalam rumah.

"Walaikumsalam. Lama amat belajarnya." sindir Risti berkacak pinggang.

"Heem,"

"Kenapa  ngggak ngabarin kalo pulang telat? Ditelpon nggak bisa lagi! Gue repot tau cariin lo. Nanti kalo lo ilang gue juga yang kena omel," omel Risti bertubi-tubi.

"Mati handphonenya," Ealin menjauh dari Risti.

"Mandi sholat habis itu makan Lin!" perintah Risti.

"Iya kakakku yang bawel," Ealin menghentikan langkah di anak tangga.

Sesampai di kamar Ealin segera menancapkan colokan charger untuk mengisi daya baterai handphonenya. Dan segera ia mandi dan melaksanakan ibadah sholat.

Selesainya  Ealin malah  tidak makan, ia malah sibuk menghidupkan handphonenya.  Setelah data selulernya berhasil aktif, beberapa pesan masuk dari berbagai aplikasi.

Ealin mengerutkan kening mendapati pesan masuk tak bernama. Seketika Ealin mengulum senyum mengetahui siapa pemilik kontak itu. Dengan cepat Ealin membaca pesan itu.

From: +628.......
Jangan lupa belajar lagi fisikanya.

Dengan cekatan Ealin membalas chatting Pandu.

From: Ealin Elista P
Iya.


Read.

Ealin merebahkan tubuh di atas kasur. Matanya terpejam dengan senyum diwajahnya. Selang beberapa menit ia pun sudah terlelap dalam mimpinya. Hari ini benar-benar melelahkan, melelahkan tenaga, pikiran, dan hati.

*****

Maaf updatenya telat :( maaf juga part ini pendek.

Typo? Tolong beri tahu.

Vote dan komen jangan lupa:)

Salam
Silfi

ANDESTIN [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang