36. Kedai Ice Cream

640 51 24
                                    

Hayuk vote dulu sebelum membaca:) mari kita budayakan hal ini:v
Happy reading ❤️

Ealin selalu menikmati setiap suapan ice cream yang menjadi hidangan malam ini. Setiap suapan ice cream itu begitu memanjakan lidah, begitu nikmat tingkat kelembutannya dan seakan membawa Ealin membumbung tinggi ke negeri gula. Tidak hanya itu, rasa ice cream itu begitu candu untuk terus menyendok dan menyendoknya hingga membawa ke suapan terakhir.

Ealin menghela napas, sadar jik ice cream itu tinggal satu suapan saja.

"Pesan lagi kalau suka,"

Ealin menatap ke sumber suara, tepatnya yang ada di depannya yang menjadi teman ngedate malam ini. "Lo yang traktir?" tanya Ealin penuh menyelidik dan memastikan jika dia akan mentraktir ice cream itu lagi walaupun Ealin sudah menghabiskan tiga mangkuk berukuran sedang, namun bukan untuk harganya juga yang sedang melainkan mahal.

Pandu mengangguk kemudian tersenyum simpul mendapati Ealin yang begitu lucu seperti anak kecil yang begitu ketagihan makan ice cream. "Sekalian aja di borong semua," titahnya jahil.

Mendapati ucapan itu Ealin mendengus sebal. Apakah ia terlalu berlebihan memakan ice cream itu? Pikir Ealin. Tetapi mana ada yang tidak candu dengan ice cream senikmat ini? Apalagi dalam status traktir. Bukankah kenikmatan yang berlipat ganda? Pikirnya kembali.

"Mbak," Pandu mengangkat tangan kanan berusaha mengundang pelayanan kedai ini.

Tanpa waktu lama pelayanan itu sudah berada di hadapan mereka, Ealin dan Pandu. "Iya kak?"

"Pesan seperti tadi satu porsi,"

"Baik, silahkan di tunggu," Pelayanan itu pun meleset pergi dari hadapan mereka. Doyan apa lapar ? pikirnya.

"Kan gue nggak bilang mau pesan lagi!" seru Ealin setelah pelayanan itu pergi dari hadapannya.

"Memang,"

"Terus kenapa lo pe-"

"Nggak usah banyak protes, pasti nggak lo anggurin juga tih ice cream?!" Pandu memotong ucapan Ealin dan memastikan agar Ealin tidak banyak protes dengannya.

"Nggak sekalian apelin?" Tanya Ealin dengan sinis.

"Kalo ngapelin besok kalau udah jadi pacar,"

"Emang gue mau jadi pacar lo?" tanya Ealin dengan lagak sok kaget dengan melebarkan tatapan yang menunjukkan mimik wajah mengejek. "Sok PD lo!" lanjut Ealin.

"Emang siapa juga yang mau jadi pacar lo?" tanya Pandu dengan gaya sok-sokan.

"Tadi lo bilang!"

"Belum tentu lo juga kali yang jadi pacar gue," jawab Pandu dengan santainya. Sedangkan Ealin napasnya sudah memburu.

"Tauah!"

"Lo maunya sama gue ya?" tanya Pandu spontan.

"..."

"Lin,"

"..." Ealin hanya diam tak menjawabnya.

"Ealin,"

"..."

"Kenapa ya kok lo dinamai Ealin Elista Putri?"

"Brisik lo!"

"Gue emang asik,"

Ealin hanya memutarkan bola matanya.

Selang beberapa menit pelayanan kedai menghampiri sambil membawakan pesanan Ealin. "Silahkan menikmati," pelayanan itu pun bergegas pergi untuk melayani pelanggan yang lainnya.

ANDESTIN [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang