1. Malu

3.3K 159 43
                                    

Kringgg....

Bel istirahat terdengar nyaring digendang telinga. Siswa siswi pun mulai berhamburan dari kelas dengan riang. Ada yang duduk santai di taman sekolah, menghabiskan waktu dengan membaca novel di depan kelas, bahkan beramai ramai menuju surganya sekolah, kantin.

Namun berbeda dengan Ealin Elista Putri. Gadis cantik berkulit putih, mata bulat bagaikan barbie, lengkap dengan bulu mata onta yang mempertajam kecantikan matanya. Rambut panjang menjuntai sampai bahu, serta bibir ranum pelengkap kecantikan gadis ini. Badannya yang body goals pun menjadi daya tarik tersendiri baginya.

Hanya saja, ada kekurangan pada dirinya. Sikap Ealin dominan menutup diri dan tidak suka berinteraksi dengan sesama. Jadi maksudnya lebih suka berinteraksi dengan mahluk tak kasat mata? Baiklah ini tidak lelucon, maksudnya ia kurang peduli dengan lingkungan dan sesama teman. Ealin lebih tertarik dengan dunia imajinasi alam bawah sadarnya, alias ngebo.

Ealin pun terbilang jutek. Sifat diamnya menciptakan aura dingin yang menguar indah disekelilingnya. Lantas, jarang sekali yang mendekati gadis es itu.

Sifatnya yang begitu menjadi perbincangan hangat penduduk sekolahnya. Tidak hanya itu saja, Ealin terkenal karena bakatnya juga. Sudah dua tahun ini Ealin selalu mewakili sekolah dalam perlombaan pentas tari.

"Cepetan dong Lin! Keburu ramai kantinnya!" seru Tasya berkacak pinggang.

Seketika Ealin menghentikan jemari yang menari indah di atas buku tugasnya. "Belum selesai," jawab Ealin memandang datar sahabatnya. Didetik berikutnya ia kembali melanjutkan aksinya.

"Duh Ealin, gue udah laper banget nih," ucap Tasya memelas sembari memegangi perut datarnya.

"Batu di depan banyak," timpanya menggerakkan dagu ke luar kelas.

Tasya menggembungkan pipi yang sekarang bewarna merah padam. Matanya memancarkan cahaya kemarahan, napasnya pun memburu seolah mendapatkan mangsa untuk ia santap. "Gue mending makan tahan!" serunya lalu berlalu meninggalkan Ealin.

Ealin mengangkat sebelah sudut bibirnya, tersenyum puas melihat kepergian gadis cerewet itu. "Sya," panggil Ealin.

Tasya menghentikan langkah di deretan meja paling tengah, ia membalikkan badan menatap sahabat. "Apa?" jawabnya dengan datar.

Ealin tersenyum simpul sembari mengangkat bahunya.

"Lama-lama lo yang gue makan!" cerca Tasya sebal. "Astaghfirullah, Tasya yang cantik ini masih waras. Khilaf ngomong gitu," rutuk Tasya dengan lirih.

Ealin bergumam tak jelas ketika gendang telinganya masih bisa menangkap suara Tasya. " Gue nitip air mineral,"

Tasya mengembuskan napas berat. "Kebiasaan deh," jawab Tasya berdecak.

"Nggak mau?" tanya Ealin menaikkan satu alisnya.

Tasya memutarkan bola matanya. "Apa sih yang nggak buat Ealin?" tanya Tasya dengan manja. "Ealin dongo," lanjut Tasya dengan suara lirih dan datar.

Ealin tak menjawab Tasya, ia hanya tersenyum kecil dan melanjutkan mengerjakan tugas rumahnya. Ah! lebih tepatnya menyalin tugas rumah Tasya.

"Dongo beneran gue nggak tanggung," ucap Tasya melangkahkan kaki jenjangnya. "Gue bawain air kolam tau rasa! Itung-itung sekalian makan kecebong biar otak sama hati biar panas," ngedumel Tasya mengiringi langkahnya menuju ke Kantin.

ANDESTIN [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang