6. Nanti lo suka

1K 97 15
                                    

Langkah Ealin terhenti di ambang pintu, ia melongokkan kepala mencari keberadaan Pandu. Seulas senyum terbit diwajah setelah mata bulat Ealin berhasil menangkap sosok Pandu. Ealin merasakan gejolak kegugupan untuk mendekat, namun disisi lain Ealin begitu bahagia bisa berbagi waktu dengan Pandu. Kegugupan dan rasa bahagia Ealin berbaur menjadi hal yang luar biasa dan berhasil memicu aliran adrenalin.

Sudut bibir Ealin terangkat ke atas hingga membentuk senyum sabit. Jemari munginya bergerak merapikan anak rambut yang berpesai pesai. "Nggak boleh gugup," Ealin melangkah mantap menuju meja di sudut ruangan.

Setelah memosisikan duduknya, tepat di depan Pandu, Ealin pun meletakkan alat tulis yang ia bawa. Sekilas Ealin melirik ke arah Pandu yang masih sibuk dengan handphonenya. Mungkin dia tidak sadar atas kehadirannya? Ealin menggigit bibir dalamnya menahan senyum.

"Biasa aja lihatnya," ucap Pandu tidak berpaling dari benda pipih ditangannya.

Mendengar ucapan Pandu, Ealin segera memalingkan tatapannya. "Udah biasa," Ealin mengatur napas dan berusaha tidak gemetar.

Pandu berdecak tidak percaya. "Gue lihat lo kesemsem sama gue,"

Ealin meneguk ludah berusaha membasahi tenggorokan yang mendadak kering. "Sok tahu," jawabnya datar.

Pandu mengangkat sebelah bibirnya. "Lo kelihatan di hp gue dari pantulan kaca," jelas Pandu sembari mengarahkan ibu jari pada kaca di belakangnya.

Sial! Mengapa Ealin tidak menyadari keberadaan kata sebesar itu?

"Gila kalau gue suka sama lo," Ealin memutarkan bola mata.

"Ati-ati nanti lo suka," Pandu memikat mata Ealin membuat gadis itu salah tingkah akibat ulahnya.

Jantung Ealin pun sudah mulai maraton berapa meter. "Hem," jawab Ealin singkat kemudian sibuk dengan membaca catatan fisika.

Pandu mengambil buku paket lalu membukanya. Tanpa basa-basi ia bertanya. "Bagian mana yang gak paham?" Pandu menatap Ealin.

"Semua," Ealin menundukkan kepala begitu malu ia sekarang.

Pandu membulatkan mata tidak percaya. "Mulai materi awal kelas sebelas?"

Ealin mengangguk.

"Gue bengek kalau jelasin dari awal. Mending materi habis tes Minggu lalu," perintah Pandu.

"Oke." Ealin pun mengiyakan.

Pandu mulai menerangkan materi dinamika rotasi dengan detail. Sedangkan Ealin sibuk curi-curi pandang ke arah Pandu.

Kesempatan ini Ealin gunakan untuk  mengamati Pandu. Toh baru pertama kali ini Ealin bisa dekat dengan Pandu. Memandangi Pandu dari jarak sedekat ini, menghirup aroma parfum Pandu, dan mendengar suara Pandu dengan jelas.  Semua ini harapan Ealin sejak dulu. Ealin pernah berpikir jika semua itu hanyalah harapan konyol yang berusaha membuat hayalan imajinasi. Tapi entah mengapa harapan itu benar-benar terjadi. Tidak bisa dipungkiri kebahagiaan Ealin sekarang.

"Paham?" Pandu menatap Ealin.

Ealin gelagapan, dan berusaha menjawab. "Belum," jawab Ealin jujur.

Pandu menarik napas dalam-dalam dan membuangnya dengan kasar. Memang membutuhkan tenaga lebih untuk menerangkan manusia seperti Ealin. Pandu memijat pelipis, entah mengapa terasa sedikit pusing kepalanya.

"Bagian mana yang belum paham?"

"Ini." Ealin menunjukkan bagian rumus yang belum ia pahami.

Pandu pun menjelaskan untuk kedua kalinya. Dengan sabar Pandu menjelaskan. "Udah paham?" tanya Pandu kembali.

"Hem." Ealin menggigit bibir dalamnya.

"Paham nggak!" nada bicara Pandu sedikit naik.

Ealin tersentak oleh ucapan Pandu, Ealin meremas roknya kuat kuat. Ia memejamkan kedua mata bingung untuk menjawab apa padanya. Andai saja Pandu tahu jika pelajaran fisika hal terumit bagi Ealin, rumus dan satuannya membuat otak seakan ingin pecah.

Tak lama Ealin membuka mata bulatnya. Ealin berpikir ia harus berani bersikap jujur, memang kenyataannya ia belum paham!

"Em..V0 itu kecepatan apa?"

"Awal."

"Oh."

"Masih ingat pelajaran GLBB kelas X?" Tanya Pandu.

Ealin dan Pandu sekarang duduk di bangku kelas Xl IPA hanya mereka beda kelas. Ealin Xl IPA 4 sedangkan Pandu Xl IPA 2. Awalnya Ealin tidak menyangka akan masuk kelas IPA, karena menurutnya jurusan IPA dominan dengan anak-anak yang pandai dan cerdas. Toh Ealin setandar kemampuannya.

"Sedikit." Jujur Ealin.

"Kinematika itu masih mirip dengan GLBB."

Ealin hanya mangut mangut mengerti mendengar penjelasan Pandu. "Gue mau tanya lagi,"

"Nanti aja sekarang gue lapar," jawabnya.

"Oh oke," jawab Ealin. "Selesaikan?" tanya Ealin memastikan.

"Iya,"

Ealin pun menutup buku kemudian membereskan alat tulisnya.

Pandu melirik ke arah Ealin. Gadis itu tengah sibuk dengan urusannya, entah sengaja atau tidak sengaja Pandu berdecak kecil menerima perilaku cuek dari Ealin. Tidak biasanya seorang gadis bersikap demikian dengan dirinya. Pandu pun berdiri dari tempat duduk dan berlalu meninggal Ealin yang masih siduk sendiri. Namun, beberapa langkah kemudian Pandu membalikkan badan  menatap Ealin lekat. "Mau ikut gue?" entah mengapa mulut dan ego Pandu sejalan hingga mulutnya berucap sedemikian. Egonya pun sudah tertawa memenangkan dirinya. 

*****

Maaf baru bisa Up sekarang, banyak acara banget bulan ini. Jadi gak bisa Up dengan jadwal Up. Makasih yang setia nunggu cerita Ealin.


Cerita pendek? Maaf ya sekali lagi. Ini cerita udah aku sempet sempetin. Udah alhamdulilah bisa nulis cerita ini.

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian klik vote and komen ya

Salam
Silfiya

ANDESTIN [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang