32. Insiden Perpustakaan

797 54 31
                                    

Hallo:)
Alangkah baiknya jika klik bintang dulu sebelum kalian baca:) nggak susah kok:v
Happy reading ya:)

Ke pulang Ealin dan kelompok jurnalistik membawa kabar gembira untuk warga sekolah. Kejuaraan yang diraih oleh Ealin mampu membumbungkan sekolah. Meski pun Ealin tidak lolos di babak berikutnya, tetapi usahanya sudah membuahkan hasil dan mengangkat nama SMA.

Banyak tatapan yang di lontarkan oleh para siswa yang melewati meja di mana Ealin dan sahabatnya tempati. Sesekali sapaan dan ucapan selamat Wali terima dari beberapa siswa.

"Selamat ya kak Ealin," penuturan yang sudah keberapa kali yang di dengar oleh Ealin.

"Iya," sontak Ealin menaikkan sudut bibirnya.

"Nggak nyangka deh kakak bisa sehebat itu, padahal suka cuek," ucapnya sambil tersenyum.

"Makanya jangan lihat sisi sifatnya doang, cuek ataupun pendiam nggak menjamin keberhasilan kita," Ucap Tasya sok bijak.

"Iya deh," Lagi lagi adek kelas yang entah namanya siapa tersenyum lalu berlalu pergi dari hadapan Ealin, Tasya , dan Nanda.

Nanda celingak-celinguk. "Pandu kok lama ya?" tanya Nanda.

"Mungkin antri," jawab Tasya melihat ke arah deretan kantin yang dipenuhi banyak siswa.

Nanda mengangguk kepala sebagai jawaban. "Ngomong-ngomong gimana kedekatan lo sama Pandu?" tanya Nanda ke arah Ealin.

"Biasa,"

"Kok biasa?"

"Terus?" Ealin menaikkan satu alisnya.

"Kalau di lihat-lihat Pandu makin mepetin lo,"

Mepetin? Hati Ealin hanya tertawa geli mendengarnya.

"Nah gue juga sependapat," Tasya ikut memberi suara.

"Mepetin gimana? Gue nggak paham,"

"Ya ampun Ealin! Lo ngerasa nggak sih kalau sikap Pandu berubah kalau dekat sama lo?" tanya Tasya sok heboh. "Coba deh lo pikirin,"

Jika dipikir-pikir memang sifat Pandu sedikit berubah. Namun Ealin tidak pernah mengindahkan jika ujung-ujungnya akan menjatuhkannya.

"Lumayan,"

"Nahkan!" seru Tasya.

"Gimana sikapnya? Coba cerita," bujuk Nanda.

Ealin memutarkan bola matanya. "Udah lupakan aja nggak usah bahas ini,"

"Yah pendengar kecewa," Tasya memanyunkan bibir.

"Heem,"

Ealin pun terdiam sembari berpikir. "Dia pernah manja," tutur Ealin tiba-tiba.

Nanda dan Tasya hanya menahan agar tidak tertawa. Dugaan mereka selama ini memang benar. Dalam hati mereka senyum penuh kemenangan.

"Dia siapa Lin," goda Tasya.

"Ya dia,"

"Cie-cie," ucapnya sambil tersenyum menggoda.

"Lo kenapa sih!"

"Udah-udah!" Nanda melerai. "Sekarang manja-manjaan ya Pandu? Emang gimana manjanya?"

"Susah dijelasin,"

"Serius gue kepo!" seru Tasya sambil mencubit pipi Ealin.

"Sakit!" rintih Ealin. "Lepasin Sya,"

"Tapi lo harus cerita!"

"Iya-iya!"

Tasya pun melepaskan cubitan itu dan tersenyum. "Buruan cerita keburu Pandu datang,"

ANDESTIN [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang