15. Ragu

930 68 12
                                    

Pandu melangkahkan kakinya berat menuju bangku Zehan yang berada di pojok depan kelas. Tanpa basa basi dia menyodorkan buku milik Zehan sesampainya. Tanpa sepatah katapun Pandu melenggang pergi begitu saja.

Pandu melangkah cepat untuk meninggalkan kelas itu. Tetapi yang Pandu rasakan waktu berputar dengan lambat, membuatnya terjebak dalam situasi.

Tanpa Pandu sadari dua pasang mata memperhatikannya dari jauh.

"Ndu!" panggil Abid dari kejauhan.

Langkah pandu seketika berhenti dan menghadap ke arah sumber suara. "Apa?" tanya Pandu acuh.

"Ada yang mau gue omongin," jawab Abid.

Sial! Pandu tidak bisa menghindar saat ini. Mau tidak mau Pandu berjalan mendekati Abid dan Ealin. "Apa?" tanyanya berat sembari memberikan tatapan tajam pada Abid.

"Besok kita ada kumpul jurnalistik, jadi gue harap lo datang!"

"Oh," jawabnya membuang muka kesegala arah.

"Jangan cuma oh!" desis Abid. Sebagai ketika dia harus tegas.

"Oke gue datang,"

"Bagus kalau gitu," ucap Abid sedikit lega. "Lo udah bikin laporan yang kemarin kita diskusikan?" tanya Abid teringat laporan itu.

"Cek aja, udah gue kirim tadi malam,"

Abid memundurkan kursi, lalu dirinya berdiri dari tempat duduknya. "Bentar gue cek dulu, sekalian gue revisi," ucap Abid sebelum lenyap dari pandangan Pandu dan Ealin.

Pandu melirik ke arah Ealin. Menatap tajam gadis jutek itu. Mereka saling diam, tidak ada kata pun yang keluar dari mulut Pandu ataupun Ealin. Dan akhirnya Pandu memilih untuk meninggal Ealin.

"Lo marah?!" tanya Ealin menghentikan langkah Pandu.

"Menurut lo?" tanya Pandu sinis.

Ealin diam tidak menjawab. Dimainkan otaknya untuk berpikir. Kesalahan apa yang ia buat sehingga membuat marah cowok di depannya itu.

"Marah karen gue gak balas chat?" Ealin gadis paling peka terhadap perasaan, ia pun teringat jika kemarin sore Pandu mengirimkan pesan, tetapi tidak Ealin balas.

Pandu mengangkat bahunya acuh.

Dalam hati Ealin terkekeh pelan, melihat reaksi Pandu seperti ini. Seperti kekasihnya saja marah karena tidak mendapat kabar. Tunggu sebentar, jadi apa artinya?

Senyum Ealin merekah ketika hatinya lagi-lagi berteriak menampilkan pikirin itu. Tidak, Pandu tidak mungkin menaruh rasa padanya.

Ealin pu  meraih handphone didalam laci meja. Jemarinya mengetik lincah di atas layar keyboard. Sedangkan Pandu hanya bisa mengawasi gerak gerik Ealin.

Seketika Handphone Pandu bergemetar, dilayar utama menampilkan sebuah pesan masuk. Dengan sigap ia membuka dan membaca detail isi pesan itu.

From: Cewek Jutek
Kenapa chat gue semalem?

Pandu terkekeh pelan saat membaca pesan itu.  Pandu melangkah mendekati Ealin, memutar sebuah kursi di depan meja Ealin dan mendaratkan tubuh di atas kursi itu. "Gue kangen," singkatnya.

Dua kata itu berhasil membuat Ealin terkinjat dari jiwanya. Hati Ealin seolah tidak percaya namun disisi lain ia ingin  berteriak senang. Dan paling parahnya Ealin ingin menarik cowok yang ada di hadapannya ke dalam pelukan.

"Bengong!" Pandu menjitak jidat Ealin.

Ealin merintih sakit sembari memegang
jidat lebarnya. "Lo bilang apa?" tanya Ealin memastikan kembali.

ANDESTIN [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang