35. Classmeeting

708 45 21
                                    

Suara riuh pikuk para siswa pecah begitu saja hingga berbaur dengan alunan musik di atas panggung. Para siswa-siswi pun tanpa enggan untuk ikut bernyanyi bersama vokalis band SMA ini.  Alvano, vokalis tampan SAMA Bangsa yang menjadi incaran para gadis di sekolahnya. Kali ini ia membawakan lagu milik Slank, band yang cukup famous  di Indonesia.

Banyak siswa yang bertepuk tangan sembari berloncat-loncatan untuk mengisi kemeriahan ini. Hingga akhir lagu pun, teriakan siswa-siswi dilontarkan secara bersamaan. "Lagi! Lagi!"

"Oke oke, kali ini kita akan bawakan lagu mellow gimana?" tanya Alvano.

"Setuju!" serentak para siswa.

"Kurang keras!"

"Setuju!"

Seketika musik keyboard mengalun disusul hentakan musik drum yang di mainkan oleh Brina, seorang gadis pemegang kendali musik drum. Tapi jangan diremehkan lagi  permainan Brina, power dan kemahiran yang di dimainkan olehnya sangat di acungi jempol.

Semua tangan mulai diangkat ke atas dengan kompak kemudian digerakkan dengan lambaian ke kanan dan ke kiri. Seperti inilah suasana SMA Bangsa saat mengadakan classmeeting. Classmeeting ini diadakan setelah usainya penilaian akhir semester. Untuk apa? Tentu saja untuk melepas pikiran penat para siswa.

Di sini Ealin berdiri sembari celingak-celinguk mengamati keadaan sekitar. Rasanya ia inggin sekali mundur dari kerumunan ini. Terik matahari begitu panas membuat keringat bercucuran. Apalagi keadaan sekitarnya sangat bising membuat kepala Ealin seakan ingin pecah. Berada di barisan depan memang tidak menjadi impian Ealin. "Kalau nggak di paksa Tasya nggak bakal gue ada di sini, udah ngelayap ke dunia mimpi!" gumamnya pelan.

"Sya," Ealin menarik seragam Tasya.  Sedangan Tasya tidak menghiraukan ucapan Ealin.

"Tasya!" Ealin menaikkan nada suaranya agar Tasya mampu mendengar.

"Apa?"

"Cabut yuk?" teriak Ealin tepat di samping telinga Tasya.

"Maut munyuk?" tanya Tasya sedikit teriak dengan heran.

Memangnya kurang keras teriakan Ealin?

"Nyamuk?" kini Ealin berbalik tanya.

"Kenapa ngamuk?"

"Karena gemuk?" tanya Ealin mengerutkan keningnya bingung.

"Hah?"

"Hah?"

Ealin bertambah pusing sekarang, jika meladeni Tasya dalam kondisi seperti ini menambah cenut-cenut kepalanya. Tanpa ba-bi-bu pun Ealin menarik paksa Tasya untuk keluar dari kerumunan.

"Permisi permisi," Ealin menyela para siswa yang menghalangi jalannya. Sedikit kesulitan saja mereka keluar dari barisan sebab posisi Ealin dan Tasya ada di barisan  depan sendiri.

"Apa?" tanya Tasya setelah berdiri jauh dari kerumunan.

"Gue ajak pergi dari situ,"

"Lah emangnya kenapa?" tanya Tasya dengan bingung kemudian raut wajahnya menjadi muram.

"Terlalu ribut gue nggak suka," jujur Ealin.

Jika mengingat keadaan tadi yang begitu panas, suara sound sistem begitu memecahkan gendang telinga, aroma parfum yang bercampur dengan keringat para siswa lain membuat Ealin tidak  betah berada di situ lebih lama.

"Seru tahu!" Tasya mengerucutkan bibirnya.

"Kantin aja gimana?"

"Laper?"

ANDESTIN [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang