3. Kunci Masalah

866 83 16
                                    

"Yaudah, yuk pulang. Udah sore nih," ajak Nindi sambil menarik tangan Yunis untuk berdiri.

***

Yunis duduk termenung di bangkunya. Raut wajahnya menunjukkan kalau dia sedang memikirkan sesuatu.

Suasana kelas perlahan mulai sepi meninggalkan Yunis sendirian. Wajar saja jika kelasnya sudah sepi, karena bel pulang sudah berbunyi sedari tadi.

"Woi Yunis," teriak seseorang dari ambang pintu.

Yunis mengalihkan pandangannya. Ternyata teman akrabnya sejak SMP sudah menunggunya untuk menghadiri pertemuan eskul English Club.

"Apaan?" Yunis kembali memalingkan wajahnya, memusatkan perhatiannya kepada kertas yang sudah lusuh dan kotor penuh coretan.

"Jangan masuk!" Perintah Yunis kepada Adit.

"Kenapa?" Adit yang hampir melangkahkan kakinya ke dalam segera menariknya kembali ke posisi semula.

"Lantainya sudah di pel," jawab Yunis singkat.

Yunis segera memasukkan semua barangnya ke dalam tas, dan melangkah keluar dengan hati hati agar tidak mengotori lantai yang sudah bersih.

"Apaan?" kata Yunis mengulangi pertanyaannya.

"Lu lupa hari ini hari apa?" tanya Adit langsung.

"Selasa. Kenapa emangnya?" Yunis merasa aneh dengan sikap teman karibnya ini.

Adit menepuk jidatnya. Entah kenapa temannya yang satu ini suka sekali melupakan sesuatu. "Hari ini kan jadwal untuk eskul EC."

Yunis berusaha mengingat. Kemudian dia melihat layar ponselnya. Disana tertera pukul 15.15.

"Pertemuannya jam 3 sore ya?" tanya yunis.

"Iya," jawab Adit cepat.

"Sekarang sudah jam 3 lewat 15 menit," sahut Yunis singkat.

"Iya," jawab Adit cepat.

"Berarti gue terlambat dong?" tanya Yunis lagi.

"Iya," jawab Adit singkat.

"Kalau begitu ayo cepetan. Kenapa nggak samperin dari tadi sih," keluh Yunis cepat sambil pergi setengah berlari meninggalkan Adit yang masih di depan kelas Yunis.

"Dit," panggil Yunis singkat.

"Apa?" tanya Adit balik.

"Kumpulnya di mana?" tanya Yunis.

"Di kelas gue," jawab Adit singkat.

Yunis hanya tersenyum malu. Adit pun menggelengkan kepala sambil melangkah menyusul Yunis. "Yaudah atu, ayo cepetan."

Adit melangkah bersama disamping Yunis. Adit melihat banyak sekali kertas yang dipegang Yunis.

"Itu kertas apaan Yun?" tanya Adit penasaran.

Yunis menengok ke arah Adit. Dia tersenyum dengan wajah penuh tanda tanya sambil mengangkat sekumpulan kertas yang ada di tangan kirinya. "Ini?"

"Iya."

"Ini tugas geografi gue. Disuruh gambar denah sekolah," kata Yunis sambil menunjukkan secarik kertas yang sudah kotor dan penuh coretan.

"Tapi kok banyak coretan?" tanya Adit lagi.

One Dream, One DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang