Dengan cepat dia segera berlari keluar ruang kepala sekolah dan mengejar sosok hitam itu.
***
Yunis dengan cepat berlari mengejar pelaku yang sudah menaiki motornya yang terparkir dekat dengan gerbang sekolah.
"Sial," gertak Yunis kesal.
Dia segera berbelok dan mengambil sepeda yang sudah disiapkannya sedari tadi. Gerbang sekolah tidak terkunci, satpam yang biasanya terjaga dan selalu menutup gerbang sekolah kali ini terduduk tak sadarkan diri di dalam posnya.
Yunis melihat itu, dan segera menghentikan sepedanya. Dia melihat ke arah pelaku yang sudah sangat jauh jika dia kejar sekarang juga. Seharusnya dia tadi membawa motor dan bukan sepeda.
Yunis menghampiri pos satpam itu. Gelas kopi sudah setengah kosong dan letaknya sudah tidak di tatakannya. Yunis memegang leher satpam dan masih merasakan denyut nadinya.
"Cuma obat tidur," ucap Yunis pelan.
Yunis pun memilih berbalik dan menaruh sepedanya kembali ke parkiran. Tepat sebelum dia berjalan jauh, ambulans yang sepertinya di panggil oleh Pak Anjasmara untuk Nindi sepertinya datang.
Yunis pun membuka pakar lebar lebar dan mempersilahkan masuk. Tak jauh dari gerbang Yunis melihat sosok yang seperti dia kenal.
"Taska?" panggil Yunis pelan.
Orang itu hanya menoleh sambil meringis kesakitan. Itu memang Taska, dan keadaannya tidak baik baik saja. Kakinya berdarah cukup banyak.
"Lu kenapa?" Yunis segera menghampiri Taska.
"Tadi gue mau ke perpus, gue sengaja lewat dekat gerbang, karena gue males ada yang masih olahraga. Terus nggak sengaja gue liat satpam sekolah kayaknya tiba tiba kayak langsung nyender ke kursinya gitu, kayaknya ada yang nggak beres makanya gue samperin. Eh tiba tiba ada orang yang naik motor ngebut dari arah parkiran, terus gue keserempet motornya."
Yunis membantu Taska berdiri perlahan, memastikannya bisa berjalan supaya dia bisa dibawa ke UKS.
"Gue mau minta tolong sama yang olahraga, tapi tiba-tiba mereka menghilang gitu aja. Untung lu lewat terus balik lagi," kata Taska menyambungkan.
"Oiya, tadi ada ambulans, buat apaan?" tanya Taska.
"Itu," kata Yunis terpotong, "Nindi diserang."
"Sama siapa?" Sontak Taska terkejut mendengar kabar itu.
"Orang yang tadi nyerempet lu pake motor," jawab Yunis singkat.
"Kita liat dulu keadaan Nindi!" perintah Taska.
Yunis menaikkan alisnya keheranan. Tapi tetap dia lakukan, karena dia juga mau melihat keadaan temannya itu.
"Eh kamu kenapa?" tanya Pak Anjasmara ketika melihat Taska yang di bopong Yunis.
"Dia keserempet Pak sama pelakunya," jawab Yunis singkat.
"Oh, kamu mau ke UKS?" tanya Pak Anjasmara lagi.
"Nggak usah pak, saya mau liat keadaan Nindi dulu," jawab Taska santun.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Dream, One Destiny
Fiksi Remaja"Jika tidak dimulai dari langkah kecil, bagaimana cara mengambil langkah besar?". -Nindi- "Semua butuh waktu dan usaha yang tepat. Jangan terburu buru dan nikmati proses yang ada." -Yunis- Sesuatu mengancam keberadaan sekolah mereka...