18. Pemecahan Masalah

444 37 0
                                    

"Bagus Hermawan, ini nama yang tadi gue pake buat ngebuka sandi folder file yang tadi gue kasih ke lu Yun," jawab Nindi.

"APA?!?"

***

"Lu serius kan Nin?" tanya Yunis tidak percaya.

"Iya. Ngapain gue bohong. Doang di belakang monitor kok sandinya tertulis jelas 'Bagus Hermawan' diatas kertas penanda," jawab Nindi dengan raut wajah yang tidak main-main.

Mereka bertiga pun terdiam. Mengembalikan suasana ruang konseling yang sepi layaknya tak berpenghuni.

"Jadi makin rumit ya, padahal satu kasus aja belum terselesaikan dan sekarang ruang musik dirusak menambah kasus yang pernah terjadi di sekolah," ucap Nindi memecah keheningan.

"Yah, begitulah kehidupan," sambung Yunis singkat.

"Ehem," deham seseorang yang sedari tadi hanya berdiam diri melihat percakapan mereka berdua.

"Apa gue disini sudah selesai? Gue mau balik ke kelas gue dan ponsel gue, udah bisa gue ambil?" Amora angkat bicara. Tampaknya dia sudah mulai jenuh dengan suasana ruang konseling yang hanya diisi oleh mereka bertiga.

"Oh iya, makasih ya udah mau diinterogasi. Maaf kalo kurang nyaman," kata Yunis sopan.

"Iya, gimana ponsel gue?"

"Boleh kita minta videonya? Kami masih butuh videonya buat barang bukti. Jadi, lebih baik ada di tangan kami, daripada kami memanggil lu terus cuma buat ngeliat video itu," jawab Nindi terus terang.

"Oh yaudah. Tapi bentar lagi bel, sambil dijalan aja kali biar cepet," usul Amora singkat.

"Yaudah deh. Yun, gue ke kelas dulu ya, nanti gue temuin lagi kalo udah selesai," kata Nindi beranjak pergi bersama dengan Amora.

"Iya, tenang aja, gue masih disini kok sampe jam pulang nanti. Guru gue nggak ada yang masuk soalnya, jamkos semua sampe pulang," jawab Yunis singkat.

Nindi hanya pergi meninggalkan Yunis sambil memberikan jempolnya kepada Yunis.

Pintu ruang konseling pun tertutup kembali dan suasana sunyi kembali. Yunis membetulkan posisi duduk dan mengambil buku yang biasa menjadi coret coretannya.

"Hari ini berat banget ya," gumam Yunis pelan.

***

Pintu ruang konseling terbuka, Yunis hanya menegakkan posisi kepalanya yang tadi tertunduk karena begitu serius dalam mencoret coret bukunya.

"Lu nggak ada jam?" tanya Yunis langsung.

"Nggak, tadi Pakel masuk bentar terus keluar lagi. Katanya ada keperluan, terus dia ngasih tugas spesial ke gue," jawab Nindi singkat.

"Tugas spesial?"

"Soal matematika, tapi kayaknya ini bukan kelas 11 deh. Soalnya dari judulnya aja 'soal ujian akhir semester kelas 12,'" jawab Nindi singkat.

"Spesialnya?"

"Soal yang gue dapet beda dari anak kelas lainnya."

"Ooohhh," kata Yunis singkat. "Paling itu soal lu disuruh kerjain buat persiapan lu dikirim ke Semarang buat ikut lomba matematika."

"Serius lu?" tanya Nindi tidak percaya.

"Cuma perkiraan seperti biasa aja. Kan nanti ada lomba tu 3 bulan lagi di Semarang lomba matematika. Kali aja itu buat persiapan lu nanti. Lu udah buka soalnya?"

One Dream, One DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang