"Kebetulan gue kenal satu orang dari jurusan bahasa, namanya Taska dari kelas 11 Bahasa 3."
***
"Terus sekarang kita mau kemana?" tanya Nindi begitu keluar dari ruang konseling.
"Ke kelas," jawab Yunis singkat.
"Kelas?"
"Iya kelas."
"Kenapa ke kelas?" Nindi menaikkan kedua bahunya kepada Yunis.
"Lu nggak mau pulang?" tanya Yunis balik.
"Pulang?" Raut wajah Nindi semakin heran.
"Sekarang udah jam 3, lu nggak mau pulang ke rumah? Bentar lagi bel pulang bunyi."
Nindi melihat jam di layar ponselnya. Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore lewat 5 menit. "Iya juga ya. Nggak kerasa udah mau pulang."
"Lu mau pulang bareng?" tanya Yunis tiba-tiba.
"Hah?"
"Pulang bareng. Lu nggak tuli kan?" kata Yunis mengulang kata katanya.
"Hhmm ..."
"Mau nggak? Kalo nggak mau nggak papa, gue bisa pulang duluan kalo gitu," sambung potong Yunis sebelum Nindi melanjutkan kalimatnya.
"Ih sabar kek. Orang lagi mikir loh malah dilanjutin terus," kata Nindi sambil memasang muka cemberutnya.
"Iya iya, mau pulang bareng apa nggak?" tanya Yunis sekali lagi.
"Mau," jawab Nindi singkat.
"Yaudah, gue tunggu di pinggir lapangannya pas bel pulang nanti," kata yunis membuat persetujuan.
"Ok. Awas, jangan ninggalin lu," ancam Nindi.
"Iya iya."
Mereka pun berjalan menyusuri koridor. Mereka berpisah di tangga yang menuju kelas Nindi, sementara Yunis masih melanjutkan perjalanannya menyusuri koridor.
Kelas mereka terletak di 2 gedung yang berbeda. Nindi, kelasnya XI IPA 2 terletak di gedung A dimana seluruh kelas disana hanya terdapat kelas jurusan IPA.
Sementara kelas Yunis, XI IPS 1 terletak di sebelah kiri gedung A, yaitu gedung B. Gedung yang khusus untuk jurusan IPS.
Masih ada 1 gedung lagi, yaitu gedung C, isinya hanyalah kelas dengan jurusan bahasa. Ruang konseling yang barusan mereka tinggali terletak disamping gedung C, saling membelakangi dengan lapangan parkir.
Sesuai kata Yunis, bel berbunyi tak lama setelah mereka masuk kelas. Seluruh siswa ADS berhamburan keluar kelas masing masing dan mulai memenuhi lapangan parkir dan gerbang sekolah.
"Yunis," panggil Nindi begitu melihat Yunis sedang menunggu di dekat tiang bendera.
Yunis berbalik ke arah sumber suara. Betapa terkejutnya Yunis saat melihat seseorang dan mengikuti Nindi dari belakang. "Adit?"
"Hai Yun," sapa Adit kemudian.
"Dia katanya mau ke rumah gue buat ngambil tugas dia yang kebetulan kebawa sama gue kemaren. Dia ikut nggak apa apa kan?" tanya Nindi.
"Yaaaa, nggak papa. Lagian kan lebih rame lebih bagus," jawab Yunis cepat.
Mereka pun berjalan meninggalkan lingkungan sekolah. Hanya perbincangan kecil yang terjadi diantara Nindi dan Adit, sementara Yunis hanya terdiam memikirkan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Dream, One Destiny
Teen Fiction"Jika tidak dimulai dari langkah kecil, bagaimana cara mengambil langkah besar?". -Nindi- "Semua butuh waktu dan usaha yang tepat. Jangan terburu buru dan nikmati proses yang ada." -Yunis- Sesuatu mengancam keberadaan sekolah mereka...