"Kayaknya ini masih baru deh," gumamnya dalam hati.
Nindi pun membawa lemon tea itu beserta dirinya menuju ke kelas.
***
Nindi sampai di kelas tepat sebelum guru memasuki kelasnya. Nindi langsung duduk di bangkunya di barisan paling belakang.
Ketika Nindi baru duduk, Yunda yang duduk di bangku depan Nindi langsung berbalik dan melayangkan tatapan bingung.
"Nindi abis dari mana?" tanya Yunda begitu Nindi sudah duduk.
Nindi melirik sambil menaikkan alisnya, sementara mulutnya sibuk meminum lemon tea yang tadi ditemukan.
"Di taman, emangnya kenapa? Ada yang nyariin?" tanya Nindi balik.
"Iya, tadi Yunis kesini terus nanyain Nindi. Yunda jawab aja nggak tau," jawab Yunda.
"Terus dia ngomong apa lagi?" tanya Nindi lagi.
"Nggak ada, tadi Yunis langsung pergi," jawab Yunda singkat, "oh iya, kalo nggak salah tadi Yunda bukan jawab nggak tau tapi Yunda bilang pergi ke arah kantin."
"Ooohhh," sahut Nindi singkat.
Nindi menghentikan tegukannya sebentar. Dibenaknya dia berpikir sebentar, lalu bertanya lagi.
"Dia ke kantin?"
"Iya, terus larinya kenceng banget, kayak buru-buru gitu."
Nindi terdiam, hampir saja dia memuntahkan minuman yang ada di mulutnya saat guru sudah masuk ke kelasnya.
Cepat cepat dia menelan semua minumannya dan merapihkan posisi duduknya lalu menaruhnya di kolong meja.
"Hampir aja ketauan," batin Nindi singkat.
***
Yunis balik lagi ke kelas dengan muka datar khasnya, namun dalam pikirannya tidak sedatar wajahnya.
Yunis masuk kelas dengan seribu satu pikiran yang menyerang dirinya. Mulai dari kasus sampai yang dia lihat di taman tadi.
Yunis masih memikirkan apa kesalahannya sampai Nindi marah sama dirinya. Yunis segera duduk karena Pakel sudah masuk begitu dirinya sudah memasuki kelas.
Pelajaran demi pelajaran dilewati sampai akhirnya bel pulang pun berbunyi. Yunis keluar kelas paling akhir dengan dahinya yang mengkerut memikirkan sesuatu.
Di punggungnya sudah ada ransel yang biasa dia pakai, tangan kirinya dimasukkan ke dalam kantong dan tangan kanannya memegang secarik kertas yang beberapa hari lalu ditemukan di dalam lokernya.
Yunis ingat kalau hari ini hari Selasa jadi bergegas pergi menuju kelas XI IPA 2 untuk
Mengikuti eskul English Club. Yunis mengecek ponselnya dan memastikan bahwa dia belum terlambat.Saat ingin berbelok di koridor, Yunis berpapasan dengan Nindi. Nindi tersenyum dan menyapanya pelan. Yunis membalasnya dengan senyum kecil.
Tak jauh, Nindi pun berbalik dan memanggil Yunis. Yunis berhenti dan berbalik menghadap Nindi. Mereka saling berhadapan, tidak ada yang bersuara satu pun.
"Yun, ada yang pengen gue omongin," kata Nindi membuka obrolan.
"Sebenernya ada yang pengen gue omongin juga sama lu," balas Yunis.
"Jadi siapa yang mau ngomong duluan?" tanya Nindi.
Mereka terdiam sesaat, namun kemudian mereka bersuara bersama-sama, "lu duluan."
![](https://img.wattpad.com/cover/198684278-288-k63464.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
One Dream, One Destiny
أدب المراهقين"Jika tidak dimulai dari langkah kecil, bagaimana cara mengambil langkah besar?". -Nindi- "Semua butuh waktu dan usaha yang tepat. Jangan terburu buru dan nikmati proses yang ada." -Yunis- Sesuatu mengancam keberadaan sekolah mereka...