9. Terbagi 2

538 59 7
                                    

"Ya itu bisa jadi salah satu alasan," jawab Latania sambil duduk dan membaca buku bacaannya.

***

Bel istirahat berakhir sudah berbunyi. Yunis lekas pergi dari perpustakaan meninggalkan Latania yang masih asik membaca bukunya.

"Gue duluan ya." Tanpa menunggu jawaban Latania, Yunis segera pergi dari sana.

Sebelum ke kelas, Yunis menyempatkan diri dulu untuk membuka lokernya. Sudah seminggu ini dia tidak membuka loker.

Saat sudah hampir sampai di loker, dia melihat sosok yang sedang asik membuka lokernya. Yunis memperlambat langkahnya dan berjalan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara.

Belum juga Yunis dekat dengan lokernya, sang orang tersebut sudah menyadari kedatangan Yunis terlebih dahulu. Orang itu langsung berlari menjauhi Yunis.

"Woi!!! Mau lari kemana lu?" Yunis segera mengejarnya, namun hanya sebentar dan berhenti tepat di depan lokernya yang sudah terbuka.

Lubang kunci lokernya dirusak dan dipaksa untuk dibuka dengan menggunakan jarum.

Yunis segera mengecek isi lokernya. Tidak ada yang hilang, karena memang isinya tidak ada apa-apa. Hanya ada secarik kertas rencananya selama setahun kedepan.

Tapi ternyata ada 1 kertas tambahan lagi yang sudah lecek dan dibentuk seperti bola. Sepertinya baru dimasukkan oleh orang misterius tadi.

Yunis membuka surat itu. Sedikit kotor oleh tinta. Sepertinya surat ini dibuat terburu-buru dan belum sempat tintanya kering orang tadi langsung membentuknya seperti bola.

Yunis membaca secara saksama isi surat itu. Yunis menghela nafas panjang. Lagi lagi surat yang dia terima berupa surat anagram. Entah kenapa ini rasanya seperti menambah pekerjaannya saja.

Ganja, diriku, dan masa laluku
menyelam dalam desa ikan gunggen.

Yunis melipat kertas itu dengan rapi dan dimasukkan ke kantong celana. Yunis menutup kembali lokernya dan menguncinya kembali.

"Loh lu disini Yun?" tanya Latania.

Yunis terkejut dengan kehadiran Latania. Latania melihat tangan Yunis yang buru-buru memasukkan kertas ke kantong celananya. "Itu apaan?"

"Ah ini," ucap Yunis terpotong, "bukan apa-apa. Hanya surat prank aja."

"Yakin prank doang? Kok lubang kunci lu Ampe banyak goresan gitu?" tanya Latania mengintrogasi.

"Iya nggak papa kok. Paling cuma salah masukin kunci," jawab Yunis mencoba untuk mengelak.

"Yunis," ucap Latania, "jangan lu kira gue nggak tau caranya ngebuka loker tanpa harus memakai kunci."

Mendengar kalimat itu Yunis menyerah. Latania sama seperti Nindi yang serba tahu. Bedanya Latania tidak sepikun Nindi.

"Oke." Yunis menyelesaikan menutup lokernya Yang sedari tadi tertunda.

"Temuin gue di perpustakaan nanti saat istirahat ke dua, dan gue bakal ceritain semua yang terjadi."

***

"Oh begitu," sahut Latania paham.

"Lalu siapa pelakunya?" tanya Latania lagi.

One Dream, One DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang