Yunis hanya mengangguk mendengar perkataan Ryan. Benar, ini refreshing. Mungkin dia harus segera minta maaf dan berbaikan sama Nindi lagi.
***
Yunis berjalan tergesa-gesa menyusuri koridor gedung IPS. Orang orang yang dilewati Yunis merasa heran dengan sikap Yunis yang mendadak jadi serba buru-buru.
Yunis hanya tersenyum kepada orang-orang yang menyapanya dan hanya mengeluarkan kata "buru-buru" ketika ada yang menanyakan tujuannya.
Hanya ada 2 hal yang terbayang di pikiran Yunis sekarang. Yang pertama adalah kasus dan yang kedua adalah Nindi.
Yunis harus bisa secepatnya menyelesaikan kasus yang dipercayakan kepala sekolah kepadanya. Sementara disatu sisi dia tidak bisa membiarkan Nindi marah kepadanya tanpa sebab. Yunis masih tidak mengerti kenapa Nindi marah kepadanya.
Yunis akhirnya sampai di kelas Nindi. Yunis melemparkan pandangannya mencari orang yang bisa membantunya memanggil Nindi yang ada di dalam kelas.
"Kamu ngapain disini?" tanya seseorang dari belakang Yunis.
Yunis segera membalik tubuhnya. Ternyata Yunda sudah berdiri persis dibelakangnya.
"Eh Yunda. Bisa minta tolong nggak?" tanya Yunis.
"Mau minta tolong apa emang?" Yunda balik bertanya.
"Tolong panggilin Nindi dong di dalam. Ada yang mau diomongin," ucap Yunis memohon.
"Nindi nggak ada di kelas. Tadi pas bel istirahat dia langsung pergi keluar kelas. Ada apa emang? Ada yang mau disampai-in nggak, nanti aku sampai-in kalo Nindi udah balik ke kelas."
"Nindi dimana?" tanya Yunis lagi.
"Nggak tau. Tadi sih kalo nggak salah jalan ke arah kantin, tapi pas di kantin dia malah nggak ada," jawab Yunda menjelaskan.
Yunis langsung tau tempat yang dimaksud oleh Yunda. Yunis segera mengambil langkah kaki seribu meninggalkan Yunda.
"Terima kasih Yunda," teriak Yunis saat berbelok menuju tangga.
Tanpa sadar, Yunis menabrak seseorang saat selesai menuruni tangga. Yunis segera berhenti dan menghampiri orang yang dia tabrak itu.
"Eh maaf ya, gue lagi buru-buru soalnya," ucap Yunis sambil membantu orang yang ditabraknya untuk berdiri.
"Iya nggak papa kok," jawab orang itu sambil membenarkan rambutnya, kemudian tanpa disengaja mereka saling bertatap-tatapan.
"Pelangi?"
"Kak Yunis?"
"Eh maaf tadi nabrak. Buru buru soalnya," kata Yunis segera merubah suasana.
"Eh, oh. Iya kak, nggak papa," jawab Pelangi terpatah patah.
Baru aja Yunis mau melanjutkan langkah kakinya, Pelangi segera memanggil namanya lagi.
"Kak Yunis, hhmm aku mau minta maaf soal waktu itu. Soal kelakuan Semesta yang bikin waktu belajar jadi keganggu," kata Pelangi penuh sesal.
"Iya udah aku maafin kok."
"Kak Yunis kira kira ada waktu lagi nggak buat ngajarin aku lagi?" tanya Pelangi penuh harap.
"Kayaknya ada deh. Tinggal kamu atur aja mau hari apa," kata Yunis mengiyakan permintaan Pelangi.
"Beneran kak? Makasih ya kak."
"Iya sama-sama," ucap Yunis sambil tersenyum. "Tapi ada 1 syarat."
"Apa itu Kak?"
"Aku nggak mau ada gangguan lagi kayak kemaren. Kalo terulang lagi, nggak akan ada kesempatan untuk yang ketiga kali," sambung Yunis menyebutkan syarat utamanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/198684278-288-k63464.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
One Dream, One Destiny
Teen Fiction"Jika tidak dimulai dari langkah kecil, bagaimana cara mengambil langkah besar?". -Nindi- "Semua butuh waktu dan usaha yang tepat. Jangan terburu buru dan nikmati proses yang ada." -Yunis- Sesuatu mengancam keberadaan sekolah mereka...