Detak awal.

2.1K 128 3
                                    

"Rasa itu ibarat teka teki sulit tertebak dan sukar terbaca"

*****

"Dokterr.. dokter Risaaa"

Fanya berteriak panik saat memasuki ruangan Carisa. Ia menghela nafas gusar saat tiba dalam ruangan itu.
Sang empunya nama berbalik dengan kenyitan dahi menatap  heran. "Ada apa?"


"Ituu dok, paa.. paa... pasien kamar 4 kritis"

Carisa terkejut, ia langsung berdiri dari kursinya kemudian melangkah keluar menghampiri Perawat yang membeirnya informasi itu. "Hubungi dokter Afi segera" tukasnya sejurus kemudian langkah lebarnya sudah menuju ruang pasien. Fanya melongo namun langsung mengangguk, perawat itu berlarih kebilik anak, sebelum keruangan dokter Carisa, Fanya sempat melihat dokter Afi kearah sana.

Saat langkahnya memasuki kamar nomor 4. Ia dan  dua perawat yang mengikutinya disambut dengan isakan panik orang tua pasien.

"Dokter selaamatkan anak saya, dia..." rengek ibu itu dengan linangan air mata. Menatap penuh harap padanya. Ia berusaha tenang lalu menepuk pundak ibu pasiennya dengan ramah mencoba menenagkan. Walau dalam hati ia panik tak bersisa.

"Ibu, ibu yang tenang yah sebaiknya ibu keluar dulu tenangin diri" tuturnya dengan tatapan tenang menghunus,  salah satu perawat yang ikut dengannya langsung menangani pasien yang meronta ronta kesakitan. Sementara perawat lain turut andil dalam menenangkan ibu pasien.

"Iya bu, sebaiknya ibu dan adik Anaya keluar dulu yah, Radit nanti dokter yang tangani" ujar suster Fika menambahkan lalu membuang senyum padanya yang ia tanggapi anggukan

"Fik mohon yah." Sorot matanya menandakan harapan agar perawat itu bisa bantu menenangkann sang ibu

"Siap dok, yuk bu tunggu diluar ya." Fika membawa keluar Ibu dan anak itu.  tepat saat keluar Afi dan Fanya  datang dengan langkah tergesa gesa. Sontak saja membuat sang ibu langsung menghampiri Afi.

"Dok tolong selamatkan anak saya" ucap Ibu itu lagi sambil terisak.

Afi mengangguk diikuti senyum tulus diwajahnya."Insha Allah, ibu dan adik bantu doakan yah"

"Iya dok, pasti-pasti" jawab ibu itu dengan semangat. Afi kemudian melengos masuk dalam ruangan, saat tiba pemandangan pertama yang ia lihat adalah Carisa, perempuan itu sudah sibuk menangani pasien.

"Arrghhh Dok, sakiit" pekik Radit yang kesakitan.

"Sabar ya, tahan sakitnya". Ujar Carisa mencoba menenangkan Afi mendekat, ia kemudian menyuruh agar perawat memberi tindakan lanjut. "An, lakukan tindakan anestesi"

"Baik dok." Ana menyahut, perawat itu mengambil obat bius pereda sakit. Cairan bening dalam botol ukuran kecil perlahan disedot menggunakan suntik kecil. Radit sibuk meronta kesakitan. Carisa yang menanganinya kewalahan tapi tak melunturkan semangatnya untuk mencegat gerakan berlebihan pasien.

"Ini dok." Ana menyodorkan suntik yang telah berisi cairan obat bius, Afi dengan cepat mengambil spoit suntik yang diberikan,  Jarum suntik berisi obat bius pereda nyeri itu langsung ia suntikkan pada Radit, perlahan lahan gerakan Radit melemah Carisa dan yang lain menghela nafas legah.

G e n g s i (Complit ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang