Profesional

990 106 10
                                    

"Setiap perkara yang terjadi ada kebaikan yang terkandung didalamnya"

G e n g s i

***

Setibanya di rumah sakit Carisa langsung disambut Suster Fika.

"Dok, baju operasinya." Ucap Fika menyodorkan baju hijau.

Carisa mengambilnya, "berapa menit lagi operasinya dimulai?."

"Sekitar 8 menit lagi dok, semua yang bertugas sudah stay dalam ruangan operasi."

Carisa dan suster Fika berjalan beriringan. "Beritahu dokter Afi sebentar lagi saya kesana."

"Siap dok."

Carisa memilih masuk dalam ruang ganti sementara Suster Fika lurus menuju ruang IGD.

"Bismillah ya Allah lancarkan operasi malam ini." gumamnya sambil memakai kaos tangan dan maskernya. Ia sudah siap bertempur.

Keluar dari ruang ganti langkahnya cepat menyusuri koridor menuju ruang IGD. Afi mondar mandir didepan pintu sesekali melihat jam yang melingkar ditanganya semoga saja Carisa cepat datang waktunya sudah tidak lama lagi. Saat menoleh matanya menangkap siluet yang berjalan mendekat.  bayang itu pudar kemudian menampakan sosok yang ia tunggu Afi menyunggingkan senyum.

"Tidak telatkan?." Tanya Carisa yang sudah berhadapan dengan Afi.

"Allhamdulillah, ayok semua sudah siap." Balas Afi dengan senyum.

Walau jantung Carisa selalu abnormal jika berhadapan dengan Afi. Tapi malam ini ia harus profesional soal detaknya yang tak karuan ia berusaha menghiraukan mereka berdua akhirnya masuk dalam ruangan.

Alat medis seperti gunting kecil, pingset dan beberapa pisau bedah tajam sudah siap, bau obat-obatan, bunyi monitor, Stading operation lamp dan para tim sudah siap. Carisa selalu memejamkan mata sesaat jika ia sudah masuk dalam ruang operasi. Afi mendekati pasien yang sudah terbaring lemah di bed operasi.

"Rileks yah, ini tidak akan sakit."

Pasien itu mengangguk dengan senyum lemah. Afi dan semua tim medis yang ada dalam ruangan  ikut tersenyum.

Tuuuuuttt...

Bunyi waktu untuk tindakan operasi terdengar tanda bahwa operasi dimulai. Lampu LED dinyalakan Carisa mulai menyuntikan obat bius pada pembuluh dara pasien tak selang berapa lama pasien sudah tertidur pulas. Alat-alat tajam seperti pisau bedah dan yang lain mulai digunakan satu persatu. Afi dan Carisa mulai membedah. Beberapa perawat yang lain mulai mencatat  denyut jantung yang dilaporkan oleh monitor.

Tangan Carisa cekatan menyayat bagian perut bawah, otot-otot perut dengan perlahan ia iris, lalu perut pasien terbuka.

Afi mengambil benang  lalu mengikat apendiks pasien kemudian ia memotongnya dengan hati- hati namun cepat. Apendiks sudah pecah, tangan Carisa meraih air garam untuk membasuh apendiks yang telah pecah. Kemudian darah, air bilasan dan cairan tubuh yang tercampur di sekitaran area operasi mereka sedot dengan sedotan khusus untuk dikeluarkan.

"Hasil pemeriksaan Tekanan darahnya bagaimana?" Tanya Afi.

"Sejauh ini  normal dok." Balas perawat.

Afi kembali fokus dalam tindak operasi. Tangannya meminta benang kembali karna cairan dan air bilasan tadi sudah bersih. Carisa dan Afi kemudian fokus menjahit bagian irisan dan otot perut yang telah disayat. Lima menit kemudian Operasi selesai. Apendiks yang telah dipotong tadi dibawa untuk dijadikan sampel pemeriksaan lebih lanjut dilaboratorium.

G e n g s i (Complit ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang