"Dari sekian spekulasi, dari sekian peraduan nyatanya ini seperti mimpi bagaimana bisa ku melihat lagi ahh salah paham ini."
G e n g s i
***
Usai mengurus para koas dan pasienya yang lumayan bikin tengsin akhirnya ia mendaratkan diri di butik tante Afi, bukan karena ia tak tahu butik yang lain, hanya saja butik yang paling dekat rutenya dengan rumah sakit ya butik tante Afi ini. Ia masuk sambil mengucap salam dan mengulum senyum. Para karyawan yang sudah pernah melihatnya menyambutnya dengan ramah.
"Loh Ris? Tumben datangnya malam-malam?" Tegur Fita yang datang menghampirinya sambil membawa secangkir coklat panas, kebetulan ia baru saja membuatnya tadi pas setelah Carisa datang.
Carisa yang ditegur seperti itu mengulum senyum. "Eng. Aku mau beli baju tan." Jawabnya pelan
"Ooh beli baju, pasti buat persiapan nikahan ya, mau beli seragaman kan tapi kok datangnya sendirian? Afi mana?"
Carisa menggaruk tengkuknya sedikit gugup ketika ditanya soal keberadaan Afi. "Bang Afi nya lagi sibuk tan. Hehehe maklum."
Ia bingung mau menjawab apa sebab seharian ini ia tidak bertemu Afi. Ia yakin Afi sekarang benar-benar sibuk mengurus pernikahannya dengan Aila mungkin saja lelaki itu sedang berlatih mengahafalkan kalimat ijab. Bagaimana tidak? Besok kan hari H pernikahannya. Ahhh mengingat itu saja masi membuatnya pilu nampaknya hatinya masi belum bisa menerima kenyataan. Terlalu lama memahami rasa sih, terlebih gengsinya tinggi sekarang ia bisa apa? Kalau saja ia curhat pada Hafsah pasti Adik Zahra itu hanya akan menjudesinya dengan ucapan "yeeh makan tuh gengsi, gengsian sih." Cckck anak itu memang judes sih.
"Walah,, jadi ceritanya kamu calon pengantin yang pengertian nih?" Ledek Fita dengan mata mengerling jahil.
Carisa hanya terkekeh menanggapi. Ia sih, dia calon manten tapi bukan dengan Afi melainkan orang lain yang tidak ia ketahui identitasnya.
"Ya udah yuk." Ajak Fita untuk melihat koleksi gaun seragamannya. "Mau pesan berapa pasang nih?" Tanya Fita sambil jalan bersisian denganya menuju tempat gaun.
"Mmm, satu aja tan itu buat aku kok hehehe." Carisa membalas sedikit canggung.
"Hmm" Fita berbalik sambil mengerutkan kening belum percaya dengan apa yang ia dengar barusan. Sementara Carisa cengeyesan tidak jelas di hadapannya.
"Ooo astaga, hahahah kirain untuk seragaman banyak ternyata untuk kamu toh, mau kondangan dulu rupanya sebelum ngondangin orang."
"Iya tan" angguknya ahh ia seperti orang bodoh berhadapan dengan tante Afi ini mendadak tak memiliki banyak kosa kata. Kemana dirinya yang easy going bin cerewet itu.
"Em Rumiii, kesini nak tolong temani calon sepupu iparmu memilih baju." Fita memanggil anaknya yang baru saja tiba dari Maroko itu.
Rumi? Sepertinya Carisa pernah mendengar nama itu. Tapi dimana yah? Ah ia Rumi pernah di sebut oleh Afi waktu ia datang kesini mengukur baju pengantin.
"Ma mana calonnya bang Afi?" Rumi yang baru saja datang menghampiri langsung bertanya dengan antusias. Sementara Carisa menelan salivanya. Astagfirullah ternyata Afi belum juga meluruskan kesalah pahaman tantenya dan lihat sekarang sepupunya yang mirip-mirip orang arab ini juga ikut salah paham. Ya Allah kenapa ia jadi merasa bersalah seperti ini. Terlebih besok Afi akan menikah. Apakah mereka belum liat undangannya? Ia sih tadi sudah mendapat undagan namun belum sempat di raih Alfa sudah mengambilnya duluan lalu menyimpannya dan ia di seret ke mobil untuk buru-buru kerumah sakit. Ia sempat bertanya undagan dari siapa dan Alfa bilang dari Aila. Hanya itu saja abangnya menjawab dengan sangat singkat dan jelas. Baiklah ia hanya akan berprasangka yang baik-baik saja bisa jadi tante Afi ini belum menerima undangannya, alasan logisnya mungkin karena kedua orang ini belum pulang ke rumah. Oh atau jangan sampai sebentar lagi sebab Afi pernah bilang setelah Isya butik ini bukan lagi tantenya yang jaga hanya karyawan saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
G e n g s i (Complit ✔)
SpiritualBagaimana jadinya jika dua orang yang sebenarnya saling suka enggan menunjukkan rasa karna terhalang G e n g s i ? Carisa Purti Muhammad.~~~ Perempuan cantik yang sukar mengakui perasaan karna terhalang sifat tidak peka dan Gengsinya. Muhammad Ibrah...