Permainan semesta

616 70 3
                                    

"Bukankah memang harus seperti ini diam tanpa saling mengetahui."

G e n g s i

***

Kamis siang, usai menemani Radit berbelanja dan jalan-jalan mereka bertiga akhirnya kembali ke rumah sakit D&G healthy. Radit, bocah berusia 9 tahun itu setibanya di parkiran langsung beralih masuk kedalam mobil supir yang menjemputnya. Barang-barangnya ia seret masuk dalam mobil di bantu oleh Afi dann Carisa.

"Terimakasih kakak dokter sudah buat Radit senang hari ini." Ucap Radit tulus lalu memeluk keduanya. Afi dan Carisa mengangguk. Bocah itu masuk kemudian melambaikan tangannya saat sang supir mulai menyalakan mesin mobil dan pelan-pelan keluar dari gerbang rumah sakit. Radit masi terus melambai dengan senyum tulus sampai mobilnya melesat jauh tak terlihat lagi. Carisa dan Afi berbalik lalu jalan yang mana Afi duluan sementara Carisa mengikuti dari belakang.

Ia masi tersenyum senang karena candaan Radit di mall tadi yang heboh menyuruhnya memakai kostum sayap. Rasanya bahagia sekali melihat bocah sembilan tahun itu ceria lagi. Saat tiba didepan pintu masuk keduanya tersentak melihat Alfa, Saga, dan Lim yang sudah berdiri melipat tangan. Ketiganya memicing menatap Afi dan Carisa yang baru balik.

"Al kayana sebentar lagi lu bakal punya adik ipar." Goda Lim yang disambut cengiran Saga. Alfa memsang senyum namun memicing curiga menatap Afi dan adiknya pasalnya ia tidak tahu dari mana mereka itu.

"Jalan berdua ngga ngajak abang yah ris baguss." Tegur Alfa.

Carisa terhenyak ia hendak protes namun Afi keburu menimpalinya. "Jalanya bertiga Al ada Radit pasienku dan Carisa dulu."

Carisa menghela nafas legah. Saga dan Lim maju merangkul pundak Afi melirik Carisa yang ada dibelakang lalu mereka tersenyum sambil menepuk pundak Afi.

"Kalau suka lamar gih fi." Ucap Lim. Alfa yang mendengar itu hanya bisa menggeleng. Sementara Afi memutar mata jengah. "Urusin dulu doi kalian masing-masing ngga usah ceng-cengin gue." Balas Afi lalu berjalan cepat setelah melepas rangkulan Saga dan Lim.

Engg.. "Ris kami keruangan dulu yah biasa mau ngumpul, selamat bertugas daah." Ucap Saga yang langsung menyeret Alfa dan Lim untuk menghampiri Afi. Aih lelaki itu selalu tak bisa tertebak apa maunya, selalu membuat keyakinan jadi sebuah terkaan saja. Manusia es, langkah memang gitu tuh. Carisa melongo saat ia ditinggal. Huft padahal ia ingin ikut ngumpul tapi sepertinya sudah susah saat Afi berubah jadi sensitif kadang baik kadang horor. Ia melanjutkan langkah  menuju ruangannya.

Sejam kemudian... pasien yang di periksanya sudah habis. Ia berdiri dari duduknya kemudian merenggangkan otot-ototnya yang pegal. Aila mengucap salam tiba-tiba muncul depan pintu.

Carisa kikuk karena terkejut dengan salam yang medadak itu. Ia menjawab salam lalu mempersilahkan perempuan yang seumuran dengan abangnya itu untuk masuk.

"Hai Ris." Sapa Aila dengan senyum manis khasnya.

Carisa tersenyum lalu duduk. Dahinya mengernyit menyimpan tanda tanya tentang kehadiran Ai diruangannya. Aila yang sadar dengan raut bingung Carisa itu tambah melebarkan senyumnya.

"Lu ya Riss, di suruh datang berkunjung ngga pernah datang, al hasil gue deh yang nyamperin." Sindir Aila.

Carisa nyengir merasa tidak enak. "Hehe sorry kak Ai, gue sibuk." Jawabnya.

G e n g s i (Complit ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang