"Tentang hati tak akan pernah mudah dipahami sepandai-pandainya dokter psikiater mendiagnosa emosi."
G e n g s i
***
"Risaaa,, kamu dah balik dari kuliah." Tegur Aila yang melihatnya berjalan masuk dalam rumah sakit.
Ia sebenarnya ingin menghindar tapi sepertinya waktu memang sengaja mempertemukan mereka lagi.
"Iya kak, baru aja sampai noh Gio yang jemput." Balasnya.
Gio yang baru saja masuk menyungingkan senyum saat namanya di sebut oleh Carisa. Ia melambaikan tangan pada kedua perempuan itu sebagai tanda "hai" kemudian berlalu menuju ruangannya.
"Ehm,, deket bener sih sama Gio jangan-jangan kalian saling suka yah?" Goda Aila.
Carisa tersenyum. "Aa kak Ai ada-ada Saja, dia sahabatku dari kecil kak. Makanya dekat. Eh ngomong-ngomong gimana kemajuannya kak Ai?"
"Bagus Ris, ternyata aa juga menyukai ku.. tunggu aja beberapa bulan lagi aku bakal lamaran. Hehehe." Jelas Aila yang nampak sumringah.
"Wah selamat yah kak Ai, kalau gitu aku duluan ke ruangan yah mau ambil buku yang ketinggalan soalnya." Ucap Carisa yang mengusap pundak Aila kemudian berlalu.
"Ris aku duluan balik yah, makasih lo." Pekik Aila yang di tanggapi gelengan para orang sekitar.
Carisa hanya mengangguk lalu berbelok menuju ruangannya. Langkahnya terhenti saat melihat Afi tersenyum manis padanya.
"Gimana kuliah pertamanya di smester baru ini Ris?" Tanya Afi.
Aiiih rencana ingin menghindar malah ketemu Afi lagi. "Lancar bang." Jawab sekenanya.
Afi berjalan mendekat padanya membuat tubuhnya susah digerakkan. Tubuhnya seolah tersihir oleh kharisma Afi yang selalu ia tepis mati-matian kalau Afi itu biasa saja. Afi semakin dekat namun lelaki itu berjalan mendahuluinya lebih dua langkah. Carisa menghela nafas lega. Akhirnya ia tidak berhadapan lagi dengan Afi.
"Ris." Panggil Afi yang seketika membuat jantungnya tiba-tiba kumat lagi. Aiih padahal baru saja bernafas lega ternyata lelaki itu ada di belakanganya. Posisi mereka sekarang saling membelakangi. Carisa menoleh sambil mengernyitkan dahi.
Afi tampak memandang lurus kedepan enggan menoleh hanya untuk menatap Carisa. "Lain kali pergi-perginya bawa mahram ngga baik jalan berduan seperti tadi." Lanjut Afi.
Mata Carisa membulat, bagaimana Afi bisa tahu ia pergi dengan Gio berdua saja di kampus. Tapi kan mereka sahabatan jadi menurutnya tak mengapa selagi masih bisa jaga batasan.
"Kamu tidak usah menimbulkan berbagai macam ekspresi di wajah, berspekulasi dari mana aku tahu. Cukup dengarkan pesanku Ris." Tambah Afi lagi.
Ck. Carisa sekarang gemes ingin menggetuk kepala lelaki yang ada di depannya itu. Bagaimana bisa ia tahu kalau sekarang wajahnya menimbulkan berbagai macam ekspresi. Oh iya Afi kan cenayang ck.
"Ooh iya, besok sehabis kuliah aku saja yang jemput barengan dengan Alfa, Saga, Lim, Aila dan Nisa."
"Ngapain repot-repot sih bang, aku bisa sendiri." Sanggahnya. Ia bukan tidak senang di jemput oleh sahabat abangnya dan abangnya tapi nama Aila membuat dirinya serasa ingin menghindar. See? Semunafik itu memang Carisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
G e n g s i (Complit ✔)
EspiritualBagaimana jadinya jika dua orang yang sebenarnya saling suka enggan menunjukkan rasa karna terhalang G e n g s i ? Carisa Purti Muhammad.~~~ Perempuan cantik yang sukar mengakui perasaan karna terhalang sifat tidak peka dan Gengsinya. Muhammad Ibrah...