Will Be Alright?

319 47 2
                                    

2019.

Siapa yang tahu nasib akan membawa kita pada keberuntungan atau petaka. Yang bisa dilakukan hanya menghadapinya.

1 tahun 2 bulan setelah Jisoo Bobby menjalin hubungan jarak jauh, mengeratkan komunikasi yang sempat renggang, menumbuhkan rasa yang sempat hambar. Nyatanya sejauh ini semuanya berjalan aman. Sesekali pertemuan intens mereka, menghabiskan waktu layaknya pasangan kekasih karena memang rindu harus disalurkan.

"aku mencintaimu dan akan terus mencintaimu"

Pria masa bodoh itu kini menjelma menjadi pria yang mengagungkan wanita yang selalu memikat hatinya lebih dan lebih.

Memunculkan rasa cintanya lagi dan lagi. Tak ada niatan untuk meninggalkan pujaan hatinya itu. Ia menjalin hubungan untuk kejenjang yang lebih serius. Dan Bobby tak pernah main-main. Ia menyiapkan segalanya sedikit demi sedikit. Walau tanpa sepengetahuan kekasihnya. Walau juga ia tak pernah tahu pasti kapan waktu yang tepat untuk mengatakan niat yang tulus itu.

Semuanya berjalan baik, meski mereka masih berhati-hati perihal hubungan keduanya. Memang Bobby dan Jisoo sepakat tidak mengumbar hubungan keduanya didepan publik, demi kepentingan semua pihak.

Tak ada rahasia yang benar-benar bisa tertutup sempurna. Kasak kusuk perihal hubungan keduanya pun sempat di beritakan di berbagai media online.

Bobby sempat mendengar tapi tak pernah membaca sekalipun media-media yang tak diketahui pasti kebenarannya. Bukan tak peduli, memang lebih baik begitu. Selama agensi belum mengambil tindakan Bobby tak peduli dengan kabar antah berantah itu.

Berbeda dengan Jisoo, gadis yang sering berhubungan dengan informasi, selain mencari tahu apa yang dilakukan kekasihnya atau sekedar melihat video-video reality show yang pernah diikuti oleh pemuda itu. Membuat Jisoo mau tak mau harus membaca berita yang lebih banyak menyudutkan dirinya.

Ditambah komentar-komentar negatif yang lebih banyak mendominasi kolom komentar tersebut, walau ada beberapa yang masih berpihak padanya.

"kudengar mendiang ayahnya adalah pembunuh. Suami mana yang tega membunuh istrinya sendiri"

"benarkah dia kekasih Bobby? Wajahnya terlalu murahan untuk jadi kekasih idol"

Beberapa komentar yang membuat ruang di rongga dada Jisoo sesak.

Jisoo menghela nafas sebelum menghapus bulir di ujung matanya. Ia selalu berakhir seperti ini. Berulangkali Jennie memperingatkannya untuk tak membuang waktunya membaca komentar-komentar tak berotak itu.
.
.
.
.
"eonnie aku pulang!" suara pekik riang khas yang selalu menjadi.penghibur untuk Jisoo.

"neee, kau sudah pulang? Kau bilang kau ada kerjaan sampai malam?" Jisoo menutupi tangisnya dengan senyum dipaksakan. Tapi nyatanya Jennie bisa membaca itu.

"eonni, apa kau menangis? Kenapa ada apa?" Jennie menyelidik. Menempatkan duduknya di samping sofa tempat Jisoo menyelesaikan pekerjaan dengan laptopnya. Tas nya dibuang asal.

"anniyaa, aku hanya---terpikir tentang ibuku" bohongnya, tapi tak sepenuhnya salah. Jisoo sangat merindukan eomma-nya terlebih dalam suasana hati yang buruk. Ia menghindari tatapan Jennie, tsk enak membuatnya khawatir. Ia mrngusap air mata yang masih tersisa di pipinya.

Jennie tak langsung membersihkan diri, mengkhawatirkan teman--emm,  tepatnya saudara perempuannya kini lebih penting.

"Eonnie, kemarilah. Aku hanya bisa memberikanmu pelukan" hibur Jennie. Jennie tahu Jisoo selalu sensitif bila itu tentang mendiang ibunya. Nyatanya, Jennie tak pernah tahu pahitnya rasa kehilangan sesorang, apalagi ibu.

PROMISE (BobSoo❤️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang