Hopeless and Wishes

284 24 1
                                    

Aku harus bagaimana? Bagaimana denganmu?
Lalu, cinta kita yang mendalam seperti lautan itu
Mungkin karena perpisahan, kita hanya perlu menunggunya sampai mengering..

-Kim Jisoo-
**********

Bagaimana bisa aku menyukai sebuah perpisahan? Aku sungguh mencintaimu. Kita menyerah satu sama lain karena alasan cinta.

-Kim Bobby-

***********

Angin masih berhembus, suara pecah ombak juga masih menderu.
Ku yakinkan bahwa aku sedang tak bermimpi, aku berusaha menahan sebisaku agar tak mengkhawatirkannya-- tak menangis di depannya. Ia bilang tetaplah bahagia dan jangan menangis. Aku hanya ingin terlihat baik didepannya, nyatanya hati tak pernah bisa berkompromi dengan otak, air mataku membendung tertahan.

"kumohon jangan menangis" lirihnya pelan. Matanya menatapku, sama perihnya dengan hatiku. Bila aku kuat menatap mata itu, mungkin air mata di matanya juga akan menetes. Aku tahu, ia satu posisi denganku.

Aku tersenyum pahit, menengadah, berusaha menyembunyikan air mata ini darinya. Berharap buliran itu kembali ke kelenjarnya dan tak bereaksi berlebihan seperti ini.

Tess..

Satu bulir mengalir dipipiku, membuat aliran kepedihannya sendiri. Senyum nyatanya tak bisa menahanku untuk tak menangis.

Aku kembali terkekeh bodoh, sembari membelakanginya dan secepat kilat kuhapus sisa basah di mata dan pipiku.

"mian-ne, Jichu-ya" lirihnya lagi. Tangannya memegang pundakku. Kumohon, jangan katakan apapun. Satu kata yang keluar dari bibirnya terasa menyakitkan malam ini.

"Jangan menangis, maafkan aku" katanya lagi.

Ia merangkul pundakku, menenangkanku, membiarkan tangis yang ku tahan hingga membuat dadaku sesak semakin tak terkontrol. Akhirnya rasa yang kutahan meluap juga, aku benar-benar menangis dihadapannya.

Ini kali kedua aku menangis didepannua, seperti kejadian saat aku kehilangan eomma. Benar-benar menangis.

Tak ada suara dari kami, hanya isakan dan nafasku yang masih tak stabil. Jiwon hanya diam membiarkanku terlarut dalam emosiku.

Bila aku bisa memandang wajahnya,
Mungkin ia juga menahan air matanya.
Mungkin ia ingin waktu kembali berputar jauh-jauh sebelum kami memulainya.

Sebenarnya aku tahu, ada dimana masa menyedihkan seperti malam ini akan terjadi, jauh-jauh hari sebelum Jiwon mengungkapkannya langsung dengan bibirnya. Namun aku berpura kuat akan bisa menghadapinya kelak, malam ini saat semua terlontar sendiri dari bibir Jiwon, ribuan jarum seperti mencabik dadaku. Ini sakit, dan menyesakkan. Realitanya hatiku tak sekuat pikiranku sendiri. Seperti tahu hubungan ini akan berakhir dimana. Terlarut dalam perasaan menyakitkan dan adiktif seperti cinta, kau tahu ini sakit tapi masih menikmatinya.

Ya, itu kami. Meski beban tak pernah ada bila pertemuan-pertemuan singkat antara aku dengannya, namun hubungan ini seperti menyimpan bom waktu yang bisa memisahkan kami kapan saja.

Kenyataannya, aku sungguh tak siap dengan ini.

Aku tak siap kehilangannya.
Aku tak siap untuk sebuah perpisahan.

PROMISE (BobSoo❤️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang