Taken by

378 33 13
                                    

*******

Hal yang selalu ingin ku kendalikan adalah waktu.
Andai aku bisa me-replay dan menjeda nya sesuka hatiku.
Mengulang moment dan membiarkan kembali pada masa yg membuatku bahagia.

Sayang, aku hanyalah penikmat masa. Satu-satunya yang bisa kulakukan adalah menjejakkan kenangan indah di setiap detik yang ku punya.
.
.
.


Hei, ini sudah cukup lama tentang kita dalam mengurai cerita. Apabila ini sebuah karya sastra, pada tahap ini, mungkin orang mulai bosan membacanya.

Apalagi aku? Si pemeran utama. Aku mulai bosan, tentang apa? Segalanya.

3 tahun lalu ada seseorang yang mengendalikan hatiku pernah berjanji untuk menunggunya. Saat itu kukira menunggu adalah hal yang mudah, aku mengiyakan segala ucapannya. Namun proses yang kujalani tak semudah lisan berbicara. Sungguh.

Berapa saja derai air mata yang menguras emosi saat kurasa rindu sudah hampir menikamku, atau mungkin saat aku terbiasa dengan seseorang disampingku, yang selalu ada saat aku sedang diambang masa limit, tiba-tiba semuanya harus aku hadapi sendiri.

Itu penyesuaian yang tak mudah.

Tahun ke sekian hari ke sekian, tanpa diduga suatu momen memaksa hatiku kembali bekerja diluar kendalinya. Jujur  kali ini aku sudah lupa cara menikmati penantian yang sebenarnya. Saat aku mulai menyimpan kenangan-kenangan manis dalam ruangan khusus pada hatiku, sekejap saja waktu menguarnya kembali.

Dari dasar hatiku, masih ada ruang yang terkunci yang hanya satu orang yang bisa membukanya. Namun membiarkan ruang kosong itu tetap menanti tuannya otak warasku selalu bertolak belakang.

Terlalu menyiksa.

Aku tak benar-benar berharap ia menepati janjinya. Bukannya aku terlalu dangkal berfikir, namun membebaskan diriku dari masa lalu kurasa cukup membantuku.

Sialnya semua penyangkalan-penyangkalan yang sengaja ku terapkan pada hatiku tak semudah mengucap teori-teori tak mendasar.

Ketidaksengajaanku bermula saat aku tanpa sengaja bertemu dengannya. Aku tak ingat betul kapan tepatnya.

Siang itu aku duduk di cafetaria salah satu managemen yang bekerjasama dengan Nonagon, siapa lagi, agensi YG ent. Menunggu relasi bisnis yang memang menjadwalkan pertemuan kami disana.

Bukan sesuatu yang tak mungkin, kerja sama nonagon dengan YG memungkinkan pertemuan-pertemuan tak terdugaku dengan pria masa lalu itu.

Selama ini, entah Tuhan belum menggariskan takdir, atau waktu mendukung untuk benar-benar menghapus jejaknya, aku tak pernah sampai bertemu langsung dengannya.

Hingga saat takdir itu datang tiba-tiba dan dengan sederhananya ia mengeja satu-satu bayangan tentang pria bernama Kim Jiwon.

Membuatku kembali mengingat senyumnya, perhatian dan tingkah lakunya yang kini samar mengabu dipikiranku.

Pintu cafetaria terbuka, seorang pria masuk dengan wajah lelahnya. Ia sendirian, dengan kaos dan celana jeans andalannya. Entah kenapa Hatiku sangat gugup. Ada perasaan getir dan rindu bersamaan saat bisa memandangnya langsung seperti ini. Aku tak berusaha menyembunyikan diriku, untung saja tempatku sekarang tehalang pilar kayu, aku bisa memperhtikannya, ia tak cukup jelas untuk menemukan keberadaanku.

Aku menahan nafas, tak percaya dengan hari ini. Betapa aku masih merindukannya dalam kemunafikanku. Pria itu, pria yang sengaja kuhancurkan kenangan-kenangan indahnya, memungkiri hatiku aku akan baik-baik saja tanpanya.

PROMISE (BobSoo❤️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang